Hayiii, sudah lama nggak update nih
Gimana kabar kalian?
Boleh dong setor absen dulu biar semangat nulisnya 🐮🍓🦱
Udah? Mari bakar lagi part ini ya ❤️🔥
Belakangan aku jarang update memang karena lagi stres banget sampai pusing kepala hihi
Selamat mbaca 👯
"Kapan pun kamu mau nangis, kamu bisa nangis meluk aku."
Kapan pun?
Sabda berhenti mengaduk sup cream sarapannya, melirik ke arah istrinya yang duduk menikmati makanan tepat di sebelahnya.
Kursi mereka cukup berjarak. Ingatan tentang dirinya seminggu lalu yang menangis seperti anak kecil muncul di di waktu tidak tepat.
Sangat memalukan. Mata Sabda memejam, mengingat bagian paling memalukan lainnya. Tahu apa?
Saat dirinya sedang menangis tersendat-sendat memeluki perut Raeya, gadis itu malah menciumi kepalanya. Kejadiannya begitu cepat hingga membuat otak Sabda beku untuk sepersekian detik. Tentu saja tangisan Sabda seketika berhenti, kepalanya mendongak meminta penjelasan maksud kecupan tadi apa?
"Rae? Kok main kecap kecup?"
Tetapi yang terjadi selanjutnya, Raeya menoyornya agar menjauh. Situasi di meja makan jadi canggung hanya karena perkara ciuman di kepala.
Raeya berkedip cepat, otaknya belum terkoneksi betul ketika Sabda bertanya demikian.
Gadis itu malah kabur tanpa menjawabnya. Sementara Sabda memegangi kepalanya masih tak percaya. Tangannya berpindah ke dada, tak lama senyumnya terbit beriringan dengan detak jantung yang memompa darah lebih cepat.
Hari-hari berikutnya kapan pun mereka tak sengaja berpapasan, Raeya akan segera menghindarinya, minimal tidak ada kontak mata. Tidur pun sengaja lebih awal untuk menghindari Sabda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu Pencuri Takdir
Fantasy|STORY 22| Peony terlahir kaya, ia terbiasa hidup dalam segala kemewahan. Tak ada yang mempersiapkannya untuk menjadi miskin. Ketika ayahnya dipenjara dan dimiskinkan karena kasus korupsi, dalam semalam kehidupan Peony berubah malang. Tanpa dukungan...