💌 Lagu di multimedia
Update lagi hihuu
Mana yang selalu nungguin cerita ini?
Absen duluuu yuu 🐮🍓
Sudah? Mari bakar part ini ❤️🔥
Selamat mbaca~
Mobil rubicon putih berhenti di depan sebuah gedung tua yang berada di kawasan pabrik terbengkalai. Banyak gedung-gedung mangkrak yang beralih fungsi jadi kafe atau markas perkumpulan para geng motor.
Seragam sekolahnya sudah ia ganti kaos oversize hitam dan celana pendek selutut yang memang ia simpan di mobil. Sabda menutup pintu mobilnya, berdiri melihat ke atas gedung, rumput-rumput di parkiran tumbuh cukup tinggi sebatas betis. Tempat ini tergolong sepi jauh dari keramaian jalan raya.
Meladeni undangan dari rival lamanya, ia melangkah berani ke dalam markas tanpa ada seorang pun yang menjadi sekutunya. Lantai pertama tak ada siapapun, ia menaiki tangga beton memutar tanpa pembatas samping. Sesuai isi chat, ia tiba di lantai lima gedung. Dari luar sudah terdengar keramaian di dalam sana.
Sabda mendorong pintu besi, musik berhenti setelah salah seorang pemilik tatto ular di dada menjentikkan jari. Mungkin sekitar puluhan orang--Sabda tak punya waktu untuk menghitung, yang jelas kedatangannya sudah seperti ditunggu sejak tadi.
Kedua wanita berpakaian tak senonoh menyingkir dari laki-laki bertato tadi.
"Yo, Bulldozer Asia. Lo masih inget gue kan? Yang hampir lo patahin lehernya 8 tahun lalu?"
Sabda berjalan masuk ke dalam kandang musuh. Toh, ia merasa Axel hanyalah rival di atas ring, sudah lama juga berlalu. Ia berdiri mengantungi kedua tangannya di depan Axel yang duduk. Tak terganggu sama sekali.
Di tengah-tengah ruangan sudah tersedia ring, temboknya dipenuhi coretan pilox, Sabda baru sadar kemungkinan besar orang-orang yang ada di ruangan ini adalah penonton yang siap bertaruh untuk pertandingan.
"Kita ketemu lagi." Axel menyilangkan kakinya menimpa kakinya yang lain, dagunya menunjuk ke lengan Sabda dengan sorot mata dendam dan merendahkan. "Dengan bahu rusak lo itu? Berani banget lo ke sini."
Sedikit pun Sabda tak menunjukan getar. Ia memiringkan kepala dan mengedikkan salah satu pundaknya. "Why not? Bahu gue emang robek tapi bukan berarti gak bisa bikin rahang lo tutup mulut."
Jelas Axel dan para pengikutnya tersulut. Sabda delapan tahun lalu dan Sabda yang sekarang benar-benar ingin ia cabik-cabik. Dendam kesumat masa lalu itu menjadi bahan bakar baginya untuk membuat tangan Sabda cacat selamanya.
Sudah tahu cacat, cucu konglomerat itu masih berani menerima undangan bertarung dengannya. Axel yang mengira Sabda tak akan memakan umpannya jadi makin kesal. Apa boleh buat, selama ini Axel tak berani menantang karena Sabda memiliki nama keluarga berpengaruh tetapi kali ini dia sendiri kan yang datang minta dihabisi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Sepatu Pencuri Takdir
Fantasy|STORY 22| Peony terlahir kaya, ia terbiasa hidup dalam segala kemewahan. Tak ada yang mempersiapkannya untuk menjadi miskin. Ketika ayahnya dipenjara dan dimiskinkan karena kasus korupsi, dalam semalam kehidupan Peony berubah malang. Tanpa dukungan...