🩰 Letupan Pesta

7.6K 1.6K 1K
                                    

🎻 JUNHA PARK|THE TOWN
Sumpis ini lagu candu bgt, bakal gue pakai untuk nulis cerita ini

Kalian harus dengar juga, ost Mr. Plankton

Kalian apa kabar?

Yuk setor absen dulu 🍓🐮

Ramein yaakk 🐒

Hanguskan lagi part ini ❤️‍🔥

"Aghh, pelan-pelan, kan masih sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aghh, pelan-pelan, kan masih sakit."

"Ini udah pelan kok, kamunya aja yang jerit-jerit dari tadi."

Kembali ke rumah nyatanya tak membuat Sabda berhenti bertingkah. Berhubung gipsnya belum bisa dilepas, Peony jadi bulan-bulanan Sabda. Ia tak ubahnya seorang pekerja rodi di mansion Sabda.

Seperti sekarang saja, ia diminta untuk memakaikan krim pelembab di wajah Sabda tetapi baru juga disentuh sudah menjerit berlebihan.

Dipakaikan bando beruang milik Peony, Sabda duduk di depan meja rias gadis maniak pita pink itu.

"Merem, Sabda!"

"Iya ini merem kok."

"Mata kamu masih ngintipin aku sebelahnya!"

Sabda tertawa jail. Barulah menutup kedua matanya, memasrahkan wajahnya pada tangan mumpuni Raeya.

Sesekali ia iseng membuka mata, bibirnya tersenyum diam-diam saat melihat Raeya tengah mengoleskan krim di wajahnya.

"Dasar lebay, ditonjok di ring kamu biasa aja, giliran aku toel sedikit langsung jerit-jerit kayak tikus kejepit pintu! Huh!"

Lagi-lagi Sabda hanya tertawa. Kali ini tangan kirinya menjalar ke pinggang Peony yang berdiri persis di sela-sela kakinya yang terbuka lebar. Bukan tanpa alasan sore ini dirinya harus dipermak oleh Peony, hari istimewa, Opa berulang tahun. Tamu-tamu penting akan hadir dan Sabda harus tampil baik demi menjaga muka Opa.

Sapuan bedak di wajah Sabda berhenti Peony lakukan. Ia menunduk melihat tangan Sabda memegangi pinggangnya.

"Apa kamu anak kecil, Sabda?"

Mata Sabda terbuka. Peony mengangkat satu alisnya, melirik ke tangan Sabda. "Aktif ya tangan kamu."

"Oh." Bukannya menyingkirkan tangannya dari sana Sabda malah menempelkan pipinya ke perut Peony.

Peony mendorong pundak Sabda agar berhenti menempelinya. "Aku mau siap-siap."

"Baju gue gimana?" tanya Sabda seraya menunjuk tangannya yang tergips sebelum dibentak lagi.

Suara hembusan napas Peony terdengar berat. "Aku yang bantu pakein."

"Celana juga?"

"Kamu bisa pasang sendiri? Kalau bisa coba aja."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sepatu Pencuri Takdir Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang