Haii.. makasih sudah menyempatkan diri untuk mampir di cerita ini. Btw ini tulisan pertama aku. Selamat membaca.
__________________________
Kisah ini dimulai sejak Kinara masih berkepang dua. Menemui berbagai hal dalam hidup yang membuatnya mulai bertanya-tanya apa itu takdir. Hingga peristiwa hidup sahabatnya mencungkil keyakinan dalam hatinya bahwa takdir bisa diubah.
Pagi yang khidmat. Saat itu matahari sudah bergerak naik. Cahaya hangatnya membasuh gundukan tanah basah. Menyingkirkan embun yang masih lengket di pucuk rerumputan.
Kinara yang saat itu baru menginjak usia remaja, terduduk menggenggam tanah kuburan di hadapannya. Bibirnya diam seribu bahasa namun isi kepala ribut di dalam sana. Sibuk memutar ulang kisah sebelum kepergian sahabat dekatnya.
Namanya Ayu, gadis penjual buah kamonji (Kluwih) rebus. Kinara mengenalnya lewat jajanan itu. Hampir setiap sore Ayu bersama Neneknya berjalan keliling kampung menjajakan buah kamonji. Termasuk melewati rumah Kinara.
Mama Kinara sering memborong habis jualan mereka, padahal kamonji termasuk tanaman yang mudah dijumpai bahkan banyak tumbuh liar di dekat rumah. Kinara sering memungut bijinya dan membawanya pulang setelah selesai bermain. Meskipun begitu, Mama tetap membeli jualan Ayu. Siapa yang tega melihat gadis kecil berpakaian lusuh berjalan tanpa alas kaki menjajakan cemilan sederhana itu. Pun dengan sang Nenek, susah payah berjalan, terbongkok-bongkok. Tangannya menggenggam sebatang kayu sebagai tumpuan.
"Kenapa hidup mereka tidak sama seperti kita, Ma ?" Tanya Kinara kecil pada Mamanya suatu hari.
"Itulah takdir, Nak."
"Takdir ?"
Setelah Nenek meninggal, Ayu kembali diasuh oleh Ibu kandungnya. Dulu, ketika Ayu baru berusia tiga tahun, Ibunya menikah lagi dan menitipkannya kepada Nenek. Setelah kepergian Nenek, Ayu pun hidup bersama Ibu, Bapak tiri, dan kedua adiknya yang masih balita.
Tak ada yang berubah setelah itu. Ayu masih berjualan kamonji dan bermain bersama Kinara. Memanjat pohon mangga, mandi di sungai, mencari keong emas di sawah, dan mengumpulkan buah kamonji bersama-sama. Tak jarang Kinara ikut berjualan. Berteriak-teriak menjajakan dagangan memutari kampung.
Karena iba, Mama menyekolahkan Ayu dan memfasilitasinya. Kinara girang bukan main. Akhirnya Ia bisa berangkat sekolah bersama Ayu, sahabat karibnya.
Saat itu takdir berbaik hati pada Ayu. Ia bisa merasakan apa yang selama ini tidak ia rasakan yaitu bersekolah. Memakai tas dan sepatu. Juga punya pensil dan buku baru.
"Apakah takdirku akan berubah menjadi lebih baik, Kinara ?" Ayu tersenyum.
"Takdir ?"
Namun takdir baik itu tidak berlangsung lama. Menjelang kelulusan Sekolah Dasar, kampung digemparkan berita pemerkosaan Ayu oleh Bapak tirinya sendiri. Kinara menyaksikan bagaimana hancurnya sahabatnya itu. Terduduk gemetar di pojok rumah bambu mereka. Mama segera merangkulnya, memberi sedikit rasa aman.
Setelah kejadian keji itu, Bapak tiri Ayu dipolisikan dan sang Ibu dipekerjakan di toko kue Mama. Orang-orang kampung juga bersatu memberikan bantuan. Gotong royong membangun rumah beton yang lebih layak huni. Serta memberikan sembako dan perlengkapan rumah tangga. Melihat rumah barunya, Ayu akhirnya kembali tersenyum meski luka di hati belum sepenuhnya pulih.
Seiring berjalannya waktu, kehidupan Ayu membaik. Ia berhasil masuk ke sekolah yang sama dengan Kinara. Memulai kehidupan barunya sebagai remaja.
"Apakah takdirku benar-benar berubah sekarang, Kinara ?"
Kinara menarik napas panjang. Dari dulu ia tidak punya jawabannya.
"Takdir berkata aku akan jadi orang yang sukses di masa depan" Kata Ayu optimis.
Tangannya mengepal yakin.
Sejak saat itu, Ayu bertekad akan mengubah nasibnya. Ia menjadi lebih tekun belajar. Dua kali lipat dari sebelumnya. Ia juga giat membantu Ibunya bekerja di toko. Sekedar melayani pembeli atau mencuci piring.
Namun kebahagiaan itu tidak berlangsung lama. Bapak tiri Ayu tiba-tiba muncul entah dari mana. Memukuli Ibu dan adik-adiknya. Ayu yang baru pulang sekolah menjerit histeris. Berusaha menyelamatkan mereka. Namun sayang ia kalah kuat. Badannya remuk diinjak-injak si bejat. Tak puas hati, Bapak tiri itu menghantamkan cobek batu ke kepala Ayu. Membuat gadis remaja itu meregang nyawa.
Kembali pada Kinara yang masih mencengkram tanah kuburan Ayu. Batinnya berkecamuk.
Apa sebenarnya takdir ? Kenapa tega mengambil Ayu dariku ?. Untuk apa mengubah takdir jika semua hanya berakhir sia-sia ?
Sejak hari itu Kinara menjadi pribadi yang bermasa bodoh dengan keadaan. Membiarkan alur kehidupan mengalir begitu saja. Tidak punya tujuan hidup. Sampai ia bertemu Rayyan, remaja yang dilihatnya menjadi pasangan hidupnya di masa depan. Kinara kembali bertekad untuk mengubah takdirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Takdir Berkata
Teen Fiction"Rayyan, apakah dengan melihat masa depan bisa menjamin aku akan hidup bahagia dengan kamu di sisi aku ? Apakah benar demikian ? Bukankah takdir tidak pernah menjanjikan kehidupan bahagia secara cuma-cuma ?"