Hari Sabtu, setelah pulang syuting pukul setengah dua, aku hanya menemukan papa di ruang keluarga. Awalnya, beliau sedang membaca, tetapi ketika aku kembali dari kamar setelah berganti baju dan turun ke dapur untuk mengambil minum, beliau sedang berbicara di telepon dengan seseorang. Dari beberapa kata yang kudengar, percakapan itu tampak menarik, hingga tanpa sadar aku mendekat secara diam-diam, berusaha menguping lebih banyak tanpa sepengetahuan papa.
"Tentu, nanti kuatur makan malam kedua, tapi yang ini khusus untuk anak-anak kita. Pertemuan sekali tidak cukup untuk saling mengenal lebih dalam."
"..."
"Aku tak bisa menjanjikan apa pun. Kalau Artemis hanya ingin berteman dengan Batara, kita harus menerimanya. Sebagai orang tua, aku menghormati keputusannya."
"..."
"Jangan menaruh harapan terlalu besar, Surya. Bisnis kita tetap bisa berjalan baik, meski tanpa melibatkan pernikahan di antara anak-anak kita."
Kelopak mataku melebar mendengar inti dari pembicaraan ini. Luar biasa, ternyata rekan kerja papa tertarik pada Artemis dengan tujuan mempererat hubungan keluarga kami. Tentu saja ini kabar bagus. Niat baik para orang tua harus didukung, sebagai saudari kembarnya, aku yang akan maju paling depan dan mendeklarasikan diri akan membantu papa.
Setelah memastikan panggilan telepon berakhir, aku menghampiri beliau dan menyapa setenang mungkin agar tidak terlihat ada maksud tertentu di balik sikap ramahku yang tiba-tiba ini. "Sendirian saja, Pa?" tanyaku pelan.
Papa melirik sebentar, lalu meletakkan kacamata bacanya ke atas meja dan mengusap sudut matanya yang tampak lelah. "Ya. Ada apa, Athena?"
"Tidak ada apa-apa, aku hanya penasaran, ke mana mama dan Artemis hari ini? Biasanya kalian selalu menghabiskan waktu bersama saat akhir pekan."
"Mereka pergi perawatan ke salon. Kau mungkin tidak tahu karena tidak pernah ikut. Kalau sesekali ikut, kau tidak akan menanyakan hal ini pada Papa."
Aku mengangguk-angguk, menahan diri untuk tidak memperpanjang soal 'pergi perawatan ke salon bersama' karena tidak ingin teralihkan dari tujuan asliku mendekati papa. "Oh iya, tadi aku dengar Papa menyebutkan makan malam dan nama 'Batara'. Siapa dia, Pa?"
"Apa kau menguping pembicaraan Papa dengan Om Surya?"
"Tidak, maksudku ... tidak sengaja."
Papa sempat menghela napas sejenak sebelum akhirnya menjawab, "Dia anak bungsu Surya Salim, pemilik Salim Group yang juga turut berinvestasi dalam pembangunan ibu kota. Kami berteman dekat. Batara pernah bertemu Artemis saat makan malam keluarga, dan sejak saat itu, dia mulai tertarik pada kembaranmu."
"Bukankah itu hal yang baik? Kalau Papa dan Om Salim berbesan, bisnis keluarga kita akan berkembang pesat."
"Kau bicara seperti itu karena ada maksud tertentu, kan? Jangan menjerumuskan adikmu pada sesuatu yang tidak dia inginkan. Papa kenal Artemis, kalau dia sudah berkomitmen pada sesuatu, dia tidak mudah digoyahkan, Athena."
"Mereka belum menjalin hubungan, jadi Batara layak diberi kesempatan. Apalagi Papa belum sepenuhnya kenal dengan ... Atlantis." Melihat tatapan Papa yang menelisik, aku melanjutkan, "Sebagai anak kesayangan, Papa pasti menaruh harapan besar pada Artemis, kan? Tidak mungkin Papa membiarkan dia bersama pria yang tidak sesuai dengan keinginan Papa."
"Kau tidak berhak memutuskan siapa yang layak dan tidak layak di mata Papa, Athena. Dan jangan merusak citra seseorang hanya demi membuatnya tidak lolos penilaian di mata orang tuamu."
"Oke, oke, aku akan berhenti." Sambil mengangguk dan berdiri, sekali lagi aku berusaha meyakinkan Papa sebelum benar-benar meninggalkan beliau, "Pikirkan kata-kataku tadi. Aku anak yang tidak banyak diharapkan, sementara Artemis selalu lebih unggul dariku. Dia pantas mendapatkan kehidupan yang luar biasa, dan seseorang dengan status tinggi cocok disandingkan dengannya yang nyaris sempurna."
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong, Cintai Aku!
Romance"Kalau bisa mengulang masa lalu, apa yang ingin kau perbaiki?" *** Selama ini Athena Ranjana hanya mencintai satu pria yang bernama Atlantis Pranadipta. Namun, begitu sulit mendapatkan hatinya karena Atlantis justru tertarik pada kembarannya, Artemi...