Aku berdiri di depan cermin, memandang pantulan diriku dengan perasaan campur aduk. Dress merah yang Atlantis pilihkan gagal memberi penghiburan, walau telah melekat sempurna di tubuhku. Padahal beberapa waktu lalu setiap membayangkan akan memakainya membuatku berdebar tak sabar ingin melihat bagaimana reaksi Atlantis. Ingin mendengar penilaian, serta tanggapannya, tetapi dia malah menolak ajakanku dan memilih untuk pergi bersama Artemis.
Lucu sekali, bukan? Aku berangan-angan bisa pergi berdua dengannya, tetapi angan-angan tersebut hancur karena kehadiran kembaranku sendiri. Artemis yang sebenarnya bukan bagian dari organisasi atau kampus kami, justru diundang oleh Atlantis untuk dikenalkan kepada teman-temannya. Mungkin sepenting itu Artemis bagi Atlantis, sehingga pelan-pelan dimasukkan ke dalam dunianya.
Teringat kembali kata-kata Artemis tentang mereka yang tidak punya status, tetapi sama-sama serius. Jadi, bukankah hal yang wajar kalau mereka saling ingin memberitahu lebih dalam tentang kehidupan dan lingkungan sosial masing-masing?
Aku menggelengkan kepala, mencoba mengusir rasa pesimis. Tekadku menjadi antagonis sudah bulat, hal semacam itu tentu tidak seharusnya membuat goyah. Lagi pula mereka masih sebatas proses, akhirnya belum tentu akan bersama. Aku harus berusaha lebih keras untuk memisahkan mereka, meskipun usaha tersebut tidak sepenuhnya baik.
Dengan semangat yang baru, aku memutuskan keluar dari kamar setelah menyampirkan sling bag di bahu. Menuruni tangga menuju lantai satu, aku hanya mendapati mbak dan bibi yang mondar-mandir menyelesaikan pekerjaan, sementara Artemis tak terlihat keberadaannya. Sudah dijemput Atlantis, kah?
Pertanyaan tersebut terjawab saat aku sampai di garasi. Artemis dengan wajah yang menyesal sedang berbicara di telepon, kemudian masuk ke mobil papa dan duduk di jok penumpang. Dari percakapan yang kudengar, dia meminta maaf karena tidak bisa menemani Atlantis ke tempat reuni karena tiba-tiba papa mengajaknya pergi bersama untuk acara penting.
Langkahku terhenti, aku segera berbalik dan mendekati mobil papa yang sebentar lagi akan berangkat. "Kalian mau ke mana?" tanyaku tanpa pikir panjang sambil mengetuk kaca beberapa kali. "Ada urusan apa sampai pergi barengan seperti ini?"
Kaca mobil diturunkan, dan mama langsung menjawab, "Ada acara makan malam penting dengan relasi bisnis papamu. Kenapa, Thena? Tumben penasaran? Biasanya nggak peduli, atau kamu mau ikut juga?"
"Tidak ... tidak apa-apa! Aku hanya bertanya saja." Dengan cepat aku berbalik, sembari diam-diam tersenyum tipis. Sepertinya keadaan sedang mendukungku. Artemis sibuk dengan urusan lain, dan Atlantis sendirian malam ini. Ini peluang bagus untuk mengubah pandangan Atlantis terhadap hubungan kami.
Siapa yang tahu, kan? Aku harus memanfaatkan setiap kesempatan. Sebab segala sesuatu terjadi karena sebuah alasan, dan pasti ada alasan di balik kenapa papa mendadak mengajak Artemis pergi padahal Artemis sudah lebih dulu punya janji.
Langkahku jadi terasa lebih ringan saat menaiki mobil, padahal biasanya selalu ogah-ogahan karena malas menyetir sendiri. Kemudian sebelum menyalakan mesin, aku mengeluarkan ponsel dari tas dan mengirimi pesan kepada Atlantis.
Kak Atlantis : [Kakak sudah di tempat reuni? Kalau iya, tolong bilang ke panitianya aku mungkin terlambat beberapa menit.]
Setelah menekan tombol send, aku memasukkan kembali ponsel ke tas. Sungguh, aku merasa puas meskipun ini hanya hal kecil. Tidak ada salahnya 'kan merasa bahagia? Karena aku jarang merasakan perasaan seperti ini.
***
Acara reuni kami diadakan di sebuah cafe bar yang tidak sepenuhnya formal. Meskipun begitu, niat para panitia yang menggabungkan silaturahmi dan amal patut diacungi jempol. Hasil uang yang terkumpul akan disalurkan ke panti asuhan, sebagian dibelikan peralatan sekolah untuk anak-anak yang membutuhkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tolong, Cintai Aku!
Romance"Kalau bisa mengulang masa lalu, apa yang ingin kau perbaiki?" *** Selama ini Athena Ranjana hanya mencintai satu pria yang bernama Atlantis Pranadipta. Namun, begitu sulit mendapatkan hatinya karena Atlantis justru tertarik pada kembarannya, Artemi...