7. Baik-Baik Saja

176 31 7
                                    

HADES

Sania ada di depan gue.

Dan ini nyata.

Akhirnya gue bisa berduaan lagi sama dia setelah sekian lama.

Terakhir itu waktu dia minta putus sama gue. Setelahnya kita sering bertemu di kampus cuma ngobrol-ngobrol tipis.

Karena Sania langsung menghindar begitu gue membahas tentang hubungan kita.

"Kenapa kamu repot-repot nyiapin semua ini Hades?"

Gue sama Sania enggak balikan. Dari awal aja gue denial kalau kita udah putus.

Jadi memperingati anniversary kita yang ke tujuh adalah sebuah kewajiban.

Siapa tau Sania akan berubah pikiran.

Gue tau Sania pasti lemah banget kalau gue bilang nyiapin semua ini. Makanya Sania mau kan dateng ke apartemen gue.

"Kan aku udah bilang mau ngerayain ulang tahun kita yang ke tujuh seperti tahun kemarin yang."

Tahun kemarin memang kita merayakannya berdua seperti ini. Ada kue dan juga lilin.

Bahkan gue juga membeli bunga yang sama. Biar Sania teringat lagi sama masa lalu kita yang gabisa gue lupakan.

"Kita udah putus Hades."

Gue mengenggam tangan Sania. "Nggak San. Aku nggak pernah nganggep kita berdua putus."

Gue menatap mata Sania. Sania gue yang cantik dan baik, gue aja masih bisa melihat rasa sayangnya buat gue.

Sama! Gue juga gak bisa berpaling dari dia.

"Tujuh tahun San.. aku nggak mau hubungan kita kandas gitu aja."

Bilang ke gue kalau angka tujuh bukan angka keramat kan?

"Lihat San," gue menunjuk ke foto yang sengaja gue jadikan pajangan. "Ada banyak kenangan yang nggak bisa aku lupain gitu aja."

Foto-foto itu diambil dari jaman kita sekolah. Segimananya kita pacaran ala remaja. Cinta monyet katanya, nggak ada! Gue mah cinta mati sama Sania.

Sania menatap foto-foto itu. Dia pasti juga teringat sama apa yang selama ini kita lakukan.

Pacaran di sekolah.

Berduaan setelah jadi panitia pensi.

Dukung gue main bola dan berakhir kita foto bersama.

Jadi anak Osis juga. Panitia buat adik-adik kelas baru.

Ikut acara kemah, perpisahan juga bersama.

Belajar buat kuliah dengan tumpukan buku yang biasa kita bagi dua.

Masuk kuliah, Ospek, jadi anak kuliahan bersama.

Main bareng temen, liburan.

Rasanya setiap hal dan setiap momen di hidup gue selama tujuh tahun terakhir gue habiskan bersama Sania.

Nggak ada yang enggak.

Gimana gue bisa ngelupain semua itu?!

Karena itu omongan Sania tentang putus cuma gue anggep sebagai candaan semata.

"Hades..." lirih Sania.

Setelah melihat lama foto-foto itu dia kembali menatap gue. Ada setetes air mata yang jatuh ke pipinya.

"Kamu harus tau, aku juga kesulitan mengambil keputusan ini. Tapi mau gimanapun hubungan kita nggak ada masa depannya."

"Jangan khawatir," ucap gue.
"Kita sebentar lagi lulus setelah itu aku janji akan nikahin kamu."

HADESHERAWhere stories live. Discover now