10. Drunk on Tears

223 38 20
                                    

HERA

Gue menangis.

Ya, di depan seorang Hades gue mengeluarkan air mata.

Itu karena sebuah kabar yang diberikan oleh temen gue di Amerika. Kabar buruk yang gak pernah gue bayangkan sebelumnya.

Victor meninggal. Dia bunuh diri.

Dm instagram Jennifer masuk ke gue. Temen deket gue saat kuliah.

She said, "Hei kitty, have you heard about your ex-boyfriend? He died two days ago because of suicide."

Kitty adalah panggilan gue yang biasa digunain sama temen-temen deket gue buat manggil gue.

Gue beneran membeku, nge-frezee setelah membaca pesan itu.

Posisi gue sedang memainkan ponsel untuk sekedar scroll-scroll Tiktok. Dm itu baru gue lihat setelah gue iseng cek instagram.

Benda itu langsung jatuh menimpa wajah gue saking gue kagetnya. Gemeteran langsung gue sebadan-badan.

Gue menangis. Aneh meski gue berusaha melupakan karena mulai membencinya, gue histeris begitu dia dikabarkan meninggal.

Lalu fakta kalau dia bunuh diri di dalam penjara membuat dada gue bergemuruh hebat.

Bagaimana bisa?!

Rasanya gue nggak pernah mengenal Victor dengan baik.

Dan gue juga nggak bisa mengenali diri gue dengan baik. Gue seharusnya bersyukur karena si brengsek itu mati. Tapi gue justru bersedih kaya gini.

Kebiasaan gue setiap kali merasakan sesak adalah berlari. Lari sejauh mungkin.

Sama seperti saat gue suntuk berada di rumah dan sedih. Gue selalu lari ke tempat Victor.

Kali ini gue lari ke tempat Hades. Entah kenapa itu menjadi satu-satunya tempat yang gue jadikan tujuan akhir.

Gue tau tempatnya. Gue masih menyimpan alamatnya.

Lama gue ragu mengetuk pintu Hades. Itu karena gue nggak bisa menghentikan air mata sialan ini.

Pada akhirnya gue cuma bisa meringkuk di depan pintu. Meringkuk seperti yang biasa gue lakukan.

"Lo? Lo ngapain di sini?"

"Gue tanya sama lo Hera. Lo ngapain duduk jongkok di depan pintu gue? Dari kapan lo di sini?"

"Hera?"

"Lo kenapa?"

"H-hades gue... hiks!"

Gue beneran gak bisa berhenti nangis. Gue tau setiap kali gue terluka seperti ini gue butuh orang lain untuk bersandar.

Gue butuh dan cuma Hades yang gue pikirkan.

"He died..." ucap gue dengan cepat.

Tubuh Hades bergerak menjauh, dia sepertinya nggak mendengar dengan jelas apa yang gue katakan barusan.

Gimana mau denger kalau tangisan gue aja lebih kencang dari pada gumaman gue.

"Victor.."

Gue bahkan menyebutkan nama itu di depan Hades. Sampai gue sadar kalau gue udah keterlaluan.

Malu gue. Beneran! Langsung gue tutupin mata gue dengan lengan tangan. Gue gak suka kelihatan rapuh.

Seorang Hera?!

Hello!

Pada akhirnya gue kembali pada poker face gue. Bahkan saat gue kembali dikenalkan dengan teman Hades.

HADESHERAWhere stories live. Discover now