16. Out of Control

127 26 7
                                    

HADES

Gue bodoh.

Percuma juga mengetuk pintu depan karena nggak akan kedengeran sampai kamar gue.

Ralat, kamar Hera sekarang.

Jadi opsi lain yang agak gila adalah gue memutari rumah, pergi ke belakang. Mencari batu untuk dilemparkan ke balkon kamar Hera.

Gue nggak terlalu berharap sebenernya. Masalahnya gue juga nggak waras kenapa jam satu dini hari melakukan hal gila seperti ini?

Siapa sangka Hera keluar setelah lemparan ke dua gue mengenai kaca tebal itu. Bunyinya mantep banget.

Kalau sampai rusak atau lecet sudah pastilah papa atau mama bakalan ngomelin gue.

"Hades?"

Gue melihat Hera yang kebingungan menatap gue.

Dia baik-baik saja?

Yah, sepertinya memang baik-baik saja setelah gue lihat dia kebingungan. Lucu juga segala miringin kepala ke kanan dan kiri.

Dia pikir gue setan apa? Udah jelas manusia gini, punya bayangan juga mulai mengigil kedinginan.

"Loh kok ada di sini?

"Ini rumah gue."

Hera menganggukan kepala. Dia mengajukan pertanyaan yang aneh.

Tapi keberadaan gue di sini sebenernya juga aneh. Ini semua karena mama yang mendesak gue untuk terus bersama Hera.

Rentetan pesan dari mama nggak bisa gue abaikan begitu saja.

Jaga Hera. Udah gak jauh-jauh dari sana. Sampai gue pergi meninggalkan Jovan dan Javin di kelab dan datang ke sini.

"Gue takut rumah gue kenapa-napa," kata gue.

Gue pulang buat jagain rumah ini, bukan untuk mengurusi Hera. Sekali lagi, dia bukan anak kecil.

"Cih!"

"Buruan bukain pintu depan!" perintah gue.

Siapa yang mau berdiri di sini terus? Kaki gue butuh istirahat. Badan gue juga.

"Muka lo kelihatan merah. Lo minum? Mabuk?"

"Berisik. Gue kedinginan goblok."

"I'm not stupid!"

Haha, dia akhirnya mengerti juga kosa kata itu.

Gue pergi ke depan. Gak lama gue mendengar kunci yang dibuka.

Mabuk katanya? Gue cuma minum dikit. Gue mah beda sama manusia yang sok minum sebotol tapi endingnya kobam.

Gue aja masih sadar bener menenteng paperbag pemberian Sania. Sejak keluar dari taksi online tadi emang udah begini.

"Kunci pintunya," perintah Hera.

"Gausah lo suruh juga gue kunci." gue meletakan paperbag itu ke lantai dengan hati-hati sebelum menutup kunci.

Hera memindai gerak-gerik gue sebelum pergi ke arah dapur untuk menuju ke kulkas.

Sekarang gue baru sadar kalau pakaian Hera sangat amat tidak layak untuk dia tatap dengan matanya.

Seingat gue, crop top berwarna putih yang dikenakannta tadi sudah berubah menjadi tankrop berwarna mocca.

Lalu celana jeans panjangnya sudah berganti menjadi celana pendek kain super ketat.

Dia kenapa jadi lebih seksi dari pada biasanya?

Gue menggelengkan wajah pelan. Gue nggak mabuk. Sama sekali enggak.

HADESHERAWhere stories live. Discover now