14. Kejutan

129 31 8
                                    

HADES

Sepertinya ucapan Hera tentang dia yang nggak mau pergi dari rumah gue itu benar adanya.

Gue malah melihat keakraban Hera dan papa mama.

Di mata gue Hera adalah gadis nakal, nggak bener, begajulan, nggak jelas, dan gila. Tapi di mata papa dan mama sepertinya enggak.

Mereka kelihatan sayang saam Hera layaknya anak sendiri. Berasanya Hera anak baik-baik. Padahal aslinya, gajelas banget tuh cewek.

Walau dingin dan selalu seenaknya dia nggak berani melawan orang tua gue. Gak nyusahin juga, katanya.

Katanyaaa! Tapi gue ribet mulu tiap kali berurusan sama dia tuh.

Papa sama maka diguna-guna apa ya?!

Kesel gue. Walaupun gue bersyukur juga karena di depan orang tua, Hera gak berperilaku buruk.

Ya itu mah topeng aja. Pinter juga ya dia

"Jangan jahat-jahat sama dia. Anggep aja lo punya adek cewek."

Merinding gue mengingat ucapan Raga waktu itu.

Gue memang pengen punya saudara, pengen punya adik. Tapi gak yang bentukannya kayak Hera.

Lagian kata papa mama kita aja lahir cuma beda sehari. Bukannya adik, dia lebih cocok jadi saudara kembar gue.

Hih amit-amit juga siapa yang mau punya kembaran kaya dia.

Sebenarnya gue juga merinding karena kelakukan gue semalem yang mau ngerokok pakai bekas Hera.

"Udah gila gue," kata gue menggusak rambut dengan kasar.

Gue ini sepertinya lemah sama cewek yang lagi sedih. Kelihatan gak berdaya.

Harusnya kalau mau jahat gue gausah setengah-setengah.

"Ck!"

Gue berdecak sebal. Bahkan udah keluar dari rumah pun masih kepikiran soal si Hera. Beban banget sih. Ganggu keseimbangan otak gue.

"Woi Hades! Jangan ngalamun. Fokus!"

"Iya iya, berisik banget lo. Baru juga pemanasan setann!"

"Hahahaha!"

Suara gelak tawa di lapangan terdengar nyaring. Sore ini pertandingan gue melawan anak prodi sebelah.

Kapan itu yang gue gak berangkat ternyata tim kita kalah. Yasudah. Hari ini mau tanding lagi karena antara kedua tim ngerasa cocok.

Biasalah cuma sparing. Anak-anak dari prodi sebelah bagus mainnya. Ada dua orang yang masuk dalam tim kampus.

Gue mah main bola cuma buat hobi aja. Seperti anak-anak pada umumnya.

Gue suka sesuatu yang melatih otak. Seperti teka-teki atau permainan yang harus dimainkan dengan taktik.

Pemanasan udah hampir selesai. Sampai mata gue melihat sesuatu yang nggak asing di pinggir lapangan.

Gila!

"Ngapain lo? Kelilipan?" seseorang menempuk pundak gue saat melihat gue mengucek mata.

Sekali lagi gue melakukannya. Masalahnya ini gue lihat si Hera di sini!

Ada gila-gilanya penglihatan gue.

Sayangnya gue memang gak salah lihat. Di sana, di pinggir lapangan gue melihat Jovan, Jovin, dan Raga sedang bersama.

Si Raga yang harusnya ikut main malah nonggol terakhir. Udah gitu sama Hera di sini?!

Gue biasanya lihat Jovan, Jovin, Raga bersama satu cewek. Cewek gue, Sania.

HADESHERAWhere stories live. Discover now