HADES
Teman
Gue mempertahankan status itu dengan Sania.
Untuk sementara, gapapa.
Gue nggak mau ngejar brutal seperti sebelum-sebelumnya. Pelan tapi pasti aja karena gue masih berharap bisa balikan sama Sania.
Meski sekarang pikiran gue sedikit banyak terbagi karena manusia bernama Hera.
Gue sampai menenggelamkan kepala ke wastafel di pagi hari setelah apa yang gue lakukan di kamar Hera.
Karena itu juga gue bisa berpura-pura kelihatan lempeng di depan dia. Aslinya gue mau ngilang.
Alias tenggelam aja sekalian.
Kenapa gue bisa ngelakuin hal sampah kayak gitu sih?!
Harusnya malem itu gue nggak pulang ke rumah. Mama juga ngapain ngasih kabar mendadak kalau mau pergi.
Tidur manis di apartemen aja habis dari kelab. Gausah balik ke rumah buat jagain Hera.
Ingat, dia bukan anak kecil.
Huh, gue udah gila kayaknya. Itu yang terakhir. Karena gue minum alkohol kan walaupun dikit.
Ya, anggep aja gitu. Meskipun gue aslinya gak mabuk.
Memang enggak. Gue cuma denial aja nyalahin segelas whisky yang dikasih Javin ke gue.
Justru karena itu gue merasa sangat sial. Gue inget dengan jelas apa yang gue lakukan.
Mau melupakan juga susah. Bajingan memang.
Guenya. Gue yang bajingan.
Jadi gapapa sekalian kalau gue anggep apa yang terjadi diantara gue dan Hera malem itu cuma main-main.
Kita bersenang-senang meski akhirnya gue nggak senang juga karena itu terus menganggu.
Lebih brengsek kalau gue membuat Hera sebagai pelampiasan gue karena rasa sakit hati gue ke Sania.
Tidak apa-apa. Toh Hera pasti juga melakukan itu karena dia mau melupakan mantannya.
Dia bersenang-senang dengan orang baru untuk melupakan masa lalunya.
Jadi gue rasa Hera yang lebih brengsek.
Hari ini adalah hari yang gak gue sangka-sangka karena ini pertama kalinya gue ketemu dengan mama Hera.
Orang yang sudah meninggalkan Hera di sini hampir dua bulan lamanya akhirnga ada di depan gue.
Penampilannya sangat casual. Dengan celana dan jas yang senada. Dia seperti business woman. Tapi pekerjaanya bukan itu. Gue denger dari mama kalau tante Tamara adalah seorang arkeolog.
Baru beberapa tahun terakhir setelah dia mejadi kurator museum. Jadi dia adalah seseorang yang berkecimpung di bidang seni.
Gue langsung mengingat satu orang kalau nyebut seni. Siapa lagi kalau bukan Sania?
"Akhirnya kita bisa bertemu Hades. Kamu lebih tinggi dari yang tante duga. Gen siapa yang menang?"
Ucapan tante Tamara membuat papa dan mama tertawa. Ya jelas dari kakek dan buyut gue lah.
Papa sama mama memang tinggi, tapi nggak yang tinggi banget. Tinggi badan gue sih katanya keturunan dari kakek.
Gue meresponnya dengan senyuman. Berbeda dengan manusia yang hanya diam di ujung sofa sambil memainkan kuku-kuku tanganya.
"Kamu tertarik dengan seni, Hades?"
"Eh? Lumayan tante. Beberapa kali pergi ke museum."
Fuh, gue bisa menjawabnya karena Sania menyukai museum date. Jadi gue lumayan punya pengalaman lah.
![](https://img.wattpad.com/cover/371381610-288-k990962.jpg)
YOU ARE READING
HADESHERA
RomanceHanya kisah dua manusia yang punya nama unik mirip dewa dewi Yunani. Hades dan Hera.