Ayasya Maudi Lashira, tak pernah mengira bahwa Ia akan jatuh hati kepada seorang laki-laki seperti Danan Januarga Kasandanu, yang merupakan adik kelasnya itu. Semua berawal saat Ayasya memimpikan seorang Danan Januarga Kasandanu. Mimpi yang katanya...
Hari mulai petang, waktu untuk study tour sudah berakhir dan semua murid kini telah siap untuk pulang. Saat ini, Ayasya sedang duduk di kursi sambil memegang handphonenya. Gadis itu mendapat pesan dari Ayahnya, namun belum sempat ia membaca pesan tersebut, Clara memanggilnya.
"Sya, boleh pinjam hp Lo bentar ga? Gue mau ngabarin orang rumah tapi hp gue malah lobet."
"Boleh ra, nih pake aja. Tapi baterai hp gue juga tinggal dikit, selesai Lo pake matiin langsung ya ra."
"Siap, thanks ya sya."
POV CLARA:
Clara segera mengabari orang rumah, Ia berniat mematikan handphone itu. Namun, tanpa sengaja jari-jarinya menekan pesan dari Ayah Ayasya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Gadis itu terpaku sejenak, begitu terkejut sehabis membaca pesan yang tertera di layar. Tanpa pikir panjang, Clara segera mematikan ponsel itu dan memberikannya pada Ayasya.
"Ini hape lo sya, thanks ya, udah gue matiin kok."
POV OFF
Ayasya saat ini sudah tiba di rumahnya, gadis itu langsung membereskan barang-barangnya. Ia ingin beristirahat sejenak, melepas lelah sebelum makan malam bersama Ayahnya. Setelah cukup beristirahat, Ia segera menyiapkan makanan untuk makan malam. Saat sedang asik menikmati makanan, Ayah dari gadis itu tiba-tiba membuka percakapan.
"Ayah mau ngasih tau sesuatu, dan Ayah rasa Ayas sudah mengetahui tentang pernikahan ayah. jad-"
Belum selesai ayahnya berbicara, gadis itu langsung memotong ucapan sang Ayah.
"Hah? nikah? Ayah ga pernah ngasih tau Ayas, bahkan Ayas ga ngerasa udah di kasih tau. Kenapa tiba-tiba mau nikah, Ayah bahkan ga pernah nanya pendapat Ayas. Yah, Ayas aja belum berdamai atas perpisahan kalian, tapi apa? Ayah lebih memilih nikah lagi." ucapnya sambil berkaca-kaca.
"Ayas, dengerin penjelasan Ayah dulu. Ayah nikah lagi buat diri kamu, karena ayah tau kamu masih butuh kasih sayang seorang ibu. Ayah juga butuh pendamping, keputusan Ayah sudah bulat. Besok kamu harus siap-siap bertemu dengan ibu sambung mu, dan minggu depan Ayah akan melaksanakan pernikahan."
Ayasya menggeleng dengan air mata yang jatuh mulai membasahi pipinya. Gadis itu tak menyelesaikan kegiatan makannya, ia segera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan ayahnya seorang diri.
. . .
Dan untuk kedua kalinya, lagi-lagi Ayasya berada di jembatan itu, baginya tempat ini sudah menjadi tempatnya untuk mencari ketenangan. Disaat gadis itu tengah menangis ada dua orang preman yang bertubuh kekar menghampirinya, salah satu dari kedua preman tersebut berbicara.
"Sendiri aja nih, ikut kita yuk."
Kedua preman itu semakin mendekat, dengan ketakutan yang mulai merayapi hati, gadis itu mundur beberapa langkah untuk menghindari kedua preman tersebut. Tapi naasnya, tiang jembatan yang ada di belakang tubuh gadis itu membatasi ruang geraknya. Tanpa disadari, ada seorang lelaki yang berdiri di belakang kedua orang tersebut.
Danan, diam-diam mengikat kaki kedua preman itu menggunakan sarung. Dengan gerakan cepat, ia langsung menarik sarung tersebut dengan kekuatan penuh hingga membuat kedua preman itu terjatuh. Ayasya yang menyaksikan kejadian itu, tak dapat menahan tawa. Ia tertawa lepas, suaranya melengking mengisi udara malam.
"Mampus, rasain!!" serunya sambil tertawa, puas melihat kedua preman itu terkapar di tanah.
Dengan langkah terburu-buru Danan langsung menggenggam erat tangan gadis itu dan menariknya untuk berlari meninggalkan kedua preman yang bertubuh kekar itu. Mereka berlari hingga akhirnya sampai di depan rumah laki-laki itu, Ayasya masih tertawa mengingat kejadian barusan yang begitu lucu.
"Lo punya ide dari mana sih, kocak banget. Gue cape ketawa." ujarnya sambil terengah-engah.
"Yakali gue lawan tuh dua orang yang badannya keker-keker begitu, habis gue yang ada." jawab Danan sambil tertawa kecil, namun terlihat lega.
"Ga sesuai ekspektasi sumpah, gue kira bakalan kece abis karena berantem sama tu dua orang, eh ternyata kaga. minimal ada bonyok dikit lah." Ayasya melanjutkan sambil mengusap matanya yang berair karena tertawa.
"Seneng banget ya gue liat-liat, pengen banget keknya gue bonyok." sahut Danan, masih bercanda.
"Bercanda elah, tapi ide lo keren juga sih. bener-bener definisi otot akan kalah dengan otak. keren-keren, thanks ya udah nolongin gue."
"Sama-sama, by the way gue liat-liat Lo seneng banget keluyuran malem-malem ya. Udah dibilangin jangan keluyuran malem-malem, ga baik."
"Ayah gue mau nikah lagi." Tanpa basa-basi, gadis itu menyatakan hal yang membuat laki-laki itu terkejut.
"Ekhm, gue anterin Lo pulang ya." Danan mencoba mengalihkan topik dan gadis itu hanya mengangguk.