"𝙒𝙝𝙚𝙣 𝙄 𝙬𝙖𝙠𝙚 𝙪𝙥, 𝙄'𝙢 𝙖𝙛𝙧𝙖𝙞𝙙 𝙨𝙤𝙢𝙚𝙗𝙤𝙙𝙮 𝙚𝙡𝙨𝙚 𝙢𝙞𝙜𝙝𝙩 𝙩𝙖𝙠𝙚 𝙢𝙮 𝙥𝙡𝙖𝙘𝙚."
-𝘼𝙛𝙧𝙖𝙞𝙙, 𝙏𝙝𝙚 𝙉𝙚𝙞𝙜𝙝𝙗𝙤𝙪𝙧𝙝𝙤𝙤𝙙.
.
.Gadis itu kini sedang terbaring tak sadarkan diri di brankar rumah sakit. Dokter berserta perawatnya sedang menangani dan membersihkan luka-luka yang ada pada tubuh gadis itu.
Satu jam tak sadarkan diri, gadis itu akhirnya terbangun dari pingsannya. Matanya yang terpejam perlahan-lahan terbuka, Ia mendapati dirinya sedang berada di ruang ICU dengan sang Ayah yang menemaninya.
"Akhirnya kamu sadar nak, Ayas ada ngerasain sakit ga? sakit di bagian mana?"
Gadis itu hanya menunjuk bagian bahu sebelah kirinya, sang Ayah langsung memberitahukan dokter tentang keluhan tersebut. Dokter itu segera memeriksa kondisi gadis itu,
"Pasien sepertinya mengalami benturan yang keras sehingga menyebabkan ada keretakan di tulang bahu sebelah kirinya. Jadi putri Bapak harus menjalani rawat inap beberapa hari ke depan, agar proses pemulihannya berjalan lancar."
"Baik, terimakasih dok." Ucap sang Ayah.
"Kalau begitu saya permisi dulu." Tutur dokter tersebut sembari tersenyum dan meninggalkan sang Ayah dengan putrinya.
Karena haus gadis itu ingin mengambil air di meja samping brankar nya, Sang Ayah segera membantunya untuk beranjak dan memberikan air itu kepada putri semata wayangnya.
Lima hari Ayasya tak dapat menghirup udara segar, kini gadis itu sudah di perbolehkan untuk pulang dan sedang dalam perjalanan menuju rumah bersama Ayahnya. Suasana malam itu lumayan sepi, hanya mobil milik Ayahnya dan beberapa kendaraan lainnya yang berlalu lalang. Gadis itu melamun sembari menatap pemandangan malam dari kaca jendela mobil. Suara Ayahnya membuyarkan lamunan gadis itu,
"Ayas kenapa ngelamun gitu, ini kita udah sampai."
Gadis itu segera turun dari mobilnya dan bergegas memasuki rumah.
.
.
.
Matahari bergerak dari timur, memanjat langit seraya menebar sinarnya ke seluruh penjuru, membangunkan dunia dari tidur panjangnya.Ayasya kini tengah siap dengan seragam sekolahnya, gadis remaja itu sedang menunggu Ayahnya yang tengah sarapan. Ia tak ikut makan karena tidak bisa sarapan terlalu pagi, jadi dia hanya mengamati Ayahnya yang sedang menyantap makanannya itu.
Setelah sampai di sekolah, gadis itu segera berpamitan kepada Ayahnya dan bergegas memasuki sekolahnya. Sesampai di ruang kelasnya, Ia mendapati kedua sahabatnya yang sedang menatapnya penuh khawatir.
"Lo kemana aja sih sya, hampir seminggu Lo menghilang tanpa kabar. Kita khawatir banget tau ga." ujar Clara yang menghampiri gadis itu.
"Iya sya, kita sampai kebingungan cari kesana kesini tapi nihil, Lo hilang entah kemana. Lo kemana sih sya?" Ivy menyuarakan isi hatinya kepada Ayasya.
Ayasya dibuat gelagapan oleh pernyataan dari kedua sahabatnya itu, gadis itu baru menyadari bahwa ia sama sekali tidak memberi kabar terhadap kedua sahabatnya.
"Ya ampun, Gue sampai lupa ngabarin kalian, Sorry ya guys. Singkatnya, sehabis pulang sekolah itu gue kecelakaan dan harus rawat inap di RS. Jadi gue ga sempat ngasih kabar ke kalian, sorry ya."
Mendengar penuturan dari Ayasya, kedua gadis itu terkejut dengan raut wajah yang semakin khawatir.
"Ya Allah sya, Lo gapapa kan? Lo baik-baik aja kan? Oke-oke aja kan sya?"
Ivy menyerbunya dengan pernyataan beruntun itu, Ayasya terkekeh mendengar pertanyaan dari Ivy, sahabatnya.
"Gue udah gapapa kok, tenang aja. Liat nih, gue fine-fine aja kan?"
"Ayasya, kita itu beneran khawatir. please be careful, Lo itu kalo udah naik motor kaya kesetanan tau ga, ga bisa pelan. Pokoknya Lo ga boleh ngebut-ngebutan ga jelas kaya gitu." Tutur Clara memperingati gadis itu.
"Iya iyaa, ga lagi deh suer." Ucap Ayasya dengan tangannya membentuk emoticon dua jari.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANAYA
Teen FictionAyasya Maudi Lashira, tak pernah mengira bahwa Ia akan jatuh hati kepada seorang laki-laki seperti Danan Januarga Kasandanu, yang merupakan adik kelasnya itu. Semua berawal saat Ayasya memimpikan seorang Danan Januarga Kasandanu. Mimpi yang katanya...