7

15 3 0
                                    

𝙆𝙖𝙢𝙪 𝙖𝙙𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙡𝙖𝙝 𝙨𝙖𝙩𝙪 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠𝙣𝙮𝙖 𝙝𝙖𝙡 𝙮𝙖𝙣𝙜 𝙩𝙖𝙠 𝙗𝙞𝙨𝙖 𝙖𝙠𝙪 𝙘𝙖𝙥𝙖𝙞.
-𝘼𝙮𝙖𝙨𝙮𝙖 𝙈𝙖𝙪𝙙𝙞 𝙇𝙖𝙨𝙝𝙞𝙧𝙖

.
.
.


Sore itu, Ayasya masih berada di SMA BANTARA. Ia sedang mengurus surat-surat absennya, dikarenakan kecelakaan yang ia alami membuat nya berada di ruang guru bersama wali kelasnya untuk mengurus surat-surat tersebut. Setelah selesai, gadis itu berjalan menuju halte bus di depan sekolahnya, Ayah dari gadis itu tak bisa menjemputnya karena sedang melakukan meeting di kantornya.

Kini, Langit sore seolah menggantungkan awan-awan kelabu yang bergelayut malas, seakan menahan tangis yang siap tumpah kapan saja. Gadis itu sedang duduk menunggu bus datang, namun tak ada satu pun bus yang datang dan memberinya tumpangan.

Hujan turun deras seperti butiran berlian yang jatuh dari langit, membasahi segala sesuatu di bawahnya tanpa henti. Langit mendung itu perlahan mulai gelap dengan matahari yang akan segera terbenam di ufuk barat.

Ayasya masih belum mendapatkan tumpangan. Karena Ia sangat menyukai hujan, gadis itu berniat menerobos hujan. Tetapi Ia teringat tentang kondisinya yang belum cukup pulih, Ia segera mengurungkan niatnya.

Entah menapa gadis itu malah teringat oleh Danan, karena setahunya Danan akan pulang sore jika ada urusan organisasi. Ia mengecek handphone nya berniat meminta tolong kepada laki-laki itu. Namun gadis itu mengurungkan niatnya, karena laki-laki itu sudah meng-unfollow akun Instagramnya.

 Namun gadis itu mengurungkan niatnya, karena laki-laki itu sudah meng-unfollow akun Instagramnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Ternyata udah di unfollow." gumamnya.

Ia termenung sejenak untuk mengambil keputusan, gadis itu ingin menerobos hujan dengan tas yang berada di kepalanya.

★★★

Disisi lain, Danan memandang seorang gadis yang sedang terduduk di halte menunggu bus datang. Ia memandang lekat gadis itu, Danan sama sekali tak mengalihkan pandangannya dari Ayasya, Ia ingin memastikan gadis itu mendapatkan tumpangannya.

Hujan turun dan hari mulai petang, namun gadis itu masih berada di sana, Ia termenung sembari menatap hujan yang jatuh pada tanah, gadis itu masih mempertimbangkan antara menunggu bus atau menerobos hujan.

Danan yang sudah mengetahui arah pikiran dari gadis itu, buru-buru mengambil payung yang sempat dia ambil di ruang guru, laki-laki itu segera berlari mendatangi seorang gadis yang sedang berada di halte bus tersebut. Setelah menimang-nimang Ia memutuskan untuk menerobos hujan saja, saat Ayasya ingin mengambil langkah untuk berlari.

Tanpa sepengetahuan Ayasya, tiba-tiba seseorang datang dan mencegah aksinya itu. Tidak membuang-buang waktu, Danan langsung memberikan sebuah payung kepadanya dan pergi tanpa sepatah katapun, meninggalkan Ayasya dengan beribu pertanyaan yang ada di dalam benaknya. Ia menatap laki-laki yang merupakan adik kelasnya itu, sosok laki-laki itu tengah berlari menerobos hujan dengan tangan yang melindungi kepalanya, Gadis itu bergumam kecil.

"Makasih buat payungnya, nan."

Ayasya segera pergi meninggalkan halte bus tersebut, berjalan dengan payung yang menjaganya dari jangkauan hujan.

Ayasya baru saja selesai membersihkan diri, gadis itu keluar dari kamar mandinya. Dari jendela kamarnya, gadis itu sedang mengamati hujan yang masih mengguyur tanah padahal sudah menjelang malam.

Ia melamun merenungkan kejadian tadi sore, laki-laki itu terus berputar dipikirannya dengan banyak pertanyaan yang mungkin tidak akan dijawab oleh lelaki itu. Tak ingin terlalu ambil pusing, gadis itu memilih untuk tidur, Ia segera menghampiri ranjangnya dan menyelimuti tubuh yang kedinginan itu.

DANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang