16

8 1 0
                                    

𝘽𝙚𝙧𝙩𝙖𝙝𝙖𝙣, 𝙨𝙚𝙩𝙞𝙙𝙖𝙠𝙣𝙮𝙖 𝙨𝙖𝙢𝙥𝙖𝙞 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙢𝙚𝙧𝙖𝙨𝙖𝙠𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙗𝙖𝙝𝙖𝙜𝙞𝙖𝙖𝙣. 𝙅𝙞𝙠𝙖 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢, 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙧𝙩𝙞 𝙗𝙚𝙡𝙪𝙢 𝙨𝙖𝙖𝙩𝙣𝙮𝙖 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙚𝙧𝙖𝙝.

.
.
.

Sepulang sekolah, Ayasya langsung bergegas ke kamarnya berniat untuk beristirahat. Namun baru saja Ia memasuki rumah, gadis itu sudah disuguhkan pemandangan yang tak mengenakan. Ibu tirinya sudah membawa sebuah sapu dan memberikannya kepada gadis itu.

"Nih, bersihin rumah." Ucap wanita itu dengan seenaknya.

"Ogah, lo aja sendiri gue bukan pembantu" Ucap gadis itu.

Saat ia ingin melangkah pergi hijabnya ditarik oleh wanita itu, Ayasya memberontak meminta untuk dilepaskan.

"Heh ani-ani kedaluarsa, lepasin gue nggak?!!" Ucapnya sembari memberontak.

"Bersihin atau gue laporin ke ayah lo" Ancam wanita itu.

"Eh lo siapa?!! laporin aja gue nggak takut."

"Oh nantangin, lihat aja akibatnya." Ujar wanita itu, sembari melepaskan tangannya dari hijab gadis itu.

Gadis itu segera memasuki kamarnya dan bergegas untuk istirahat, tak lama kemudian suara mobil ayahnya memasuki halaman rumah. Ayasya yang sedang tertidur di kamarnya, dibuat terbangun oleh gebrakan pintu yang cukup keras.

Gadis itu segera membukakan pintu kamarnya, Ia mendapati ayahnya yang sedang penuh amarah menatap dirinya. Belum sempat gadis itu bertanya, sang ayah langsung menarik Ayasya ke dalam kamar mandinya dan mengunci dirinya.

"Kelakuan mu sudah keterlaluan Ayasya, sampai malam kamu akan tetap di dalam sana." Ucap sang ayah dengan penuh amarah.

Ayasya yang tidak tahu letak kesalahannya di mana di buat bingung, Ia berteriak dari dalam kamar mandinya.

"Ayah bukain!!" Ucapnya sembari menggedor-gedor pintu kamar mandi.

Hening tidak ada sahutan dari luar, Gadis itu hanya meratapi nasibnya yang berakhir di kamar dalam mandi. Ayasya sudah mengira, bahwa ini adalah kelakuan ibu tirinya itu. Entah apa yang ibu tirinya lakukan, sehingga ayahnya bisa semarah ini. Malam hari sudah tiba, tapi pintu kamar mandi belum dibukakan oleh ibu tirinya itu. Ayasya berteriak dari dalam kamar mandi.

"Ini udah malam, tolong bukain."

Namun nihil tak ada jawaban, tiba-tiba lampu mati, gadis itu berteriak histeris meminta untuk dibukakan.

"Please buka pintunya, di sini gelap tolong bukain!!"

Lagi-lagi tidak ada jawaban, Ayasya hanya bisa pasrah. Seluruh tubuh gadis itu bergetar ketakutan dengan keringat yang terus jatuh bercucuran.

"Tolong.. gue takut gelap.." Ia bergumam dengan suara paraunya.

Pagi telah tiba, Gadis itu sama sekali tidak tidur. Di saat dirinya tengah melamun, ada seseorang yang memberikan kunci dari bawah pintu. Gadis itu segera mengambil kunci itu dan membuka pintu, gadis itu langsung bersiap-siap dengan tergesa-gesa.

Sampai di kelas. Gadis itu hanya diam, tak mengeluarkan sepatah kata pun. Kedua sahabatnya yang menyaksikan itu merasa khawatir padanya.

"Sya, Lo gapapa? Muka Lo pucat banget." Ivy bertanya kepada gadis itu.

"Iya sya, muka lo pucat banget, kantong mata lo juga kelihatan. Lo semalem nggak tidur ya?" Tanya Clara.

Kedua pertanyaan dari kedua sahabatmu itu tidak dijawab olehnya, kedua sahabatnya dibuat semakin bingung oleh sikapnya yang berbeda. Karena merasa khawatir mereka berdua membawa Ayasya ke ruang UKS, sesampainya di ruang UKS Gadis itu baru berani mengeluarkan suara.

"Gue.. nggak tidur dari semalam, gue dikunciin di kamar mandi. Kalian tahu kan kalau gue takut gelap, gue dikunci di ruangan itu sendirian tanpa cahaya sedikitpun. Gue takut banget, gue nggak bisa tidur saking takutnya."

Ivy dan Clara dibuat terkejut mendengar perkataan sahabatnya.

"Ya ampun, lo gapapa kan?" Ucap Clara dengan wajah khawatirnya.

"Ini pasti kelakuan ibu tiri lo kan, sya?kampret emang tuh ani-ani ga tau diri." Ivy mengumpat.

Mereka berdua segera menenangkan Ayasya, menyuruhnya untuk tidur dan beristirahat.

DANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang