15

10 2 0
                                    

𝙆𝙖𝙢𝙪 𝙗𝙖𝙜𝙖𝙞𝙠𝙖𝙣 𝙡𝙖𝙣𝙜𝙞𝙩, 𝙩𝙚𝙧𝙡𝙞𝙝𝙖𝙩 𝙙𝙚𝙠𝙖𝙩 𝙣𝙖𝙢𝙪𝙣 𝙗𝙚𝙧𝙖𝙙𝙖 𝙟𝙖𝙪𝙝 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙟𝙖𝙣𝙜𝙠𝙖𝙪𝙖𝙣.
-𝘼𝙮𝙖𝙨𝙮𝙖 𝙈𝙖𝙪𝙙𝙞 𝙇𝙖𝙨𝙝𝙞𝙧𝙖

.
.
.

Kini, mentari terbit di atas cakrawala dengan suara kicauan burung yang bernyanyi. Saat ini Ayasya tengah memakai seragam sekolahnya, setelah siap gadis itu keluar dari kamarnya. Saat Ia melewati ruang makan, Ayahnya dengan wanita itu sedang sarapan. Gadis itu terus berjalan tak menghiraukan mereka berdua, saat ingin memegang kenop pintu Ayahnya memanggilnya.

"Ayas sini, Ayah mau bicara."

Ayasya yang mendengar itu menghela nafas dan menghampiri sang Ayah, Gadis itu berdiri di depan Ayahnya.

"Jadi, selama satu minggu Ayah tidak ada di rumah karena kerjaan, kamu sama ibu dirumah."

Ayasya hanya mengiyakan ucapan Ayahnya, dan mencium tangan sang Ayah. Gadis itu langsung bergegas tanpa bersalaman dengan ibu tirinya, Ayahnya yang menyaksikan itu segera memanggil namanya.

"Ayas, salaman sama ibu juga."

Ayasya tak menggubris perkataan sang Ayah, Ia pergi meninggalkan mereka berdua.

☆☆☆

Ayasya kini sedang duduk di bangkunya, menunggu kedua sahabatnya. Dan akhirnya mereka berdua datang, lalu menghampiri dirinya.

"Good morning my gurll!!" Ivy dengan semangatnya yang pernah habis itu.

"Good morning sya." Clara dengan sikap tenangnya.

"Good morning guys." Ayasya berucap dengan senyuman di wajahnya.

Mereka duduk di bangku masing-masing, ketua kelas menyampaikan pesan bahwa guru yang mengajar tidak masuk karena sedang sakit.

"Kitakan IPA ya, heran gasih kalo kita paling banyak jamkosnya?" Ivy tiba-tiba bertanya.

"Engga, tiap kelas pasti sering jamkos." Tutur Clara menimpali pertanyaan Ivy.

"Yeuu, kalo gitu kaga usah bayar SPP rugi yang ada." Ivy dengan wajah sewotnya.

"Lah kenapa malah debat sih, mending ke kantin yuk." Ayasya mengajak kedua sahabatnya.

Mereka bertiga menuju ke kantin, sesampainya di sana kedua sahabatnya mengajak untuk balik lagi.

"Duh sya, gue lupa uang gue ketinggalan." Ivy memegang bahu gadis itu untuk mengalihkan perhatian Ayasya

"Gapapa, ini pake uang gue dulu aja."

"Tapi sya.." Ivy bersikeras untuk balik ke kelas, namun tatapannya tak lepas dari dua insan yang sedang duduk di meja kantin.

Ayasya yang merasa kedua sahabatnya sedang memperhatikan sesuatu, segera menoleh. Clara dan Ivy langsung memegang lengan gadis itu, bermaksud untuk pergi dari kantin, Ayasya yang menyaksikan itu mengeluarkan suara.

"Kenapa? Gapapa kok gue udah biasa, santai aja elah." Ucapnya kepada kedua sahabatnya, Ivy dan Clara hanya bisa menghela nafas.

Setelah sampai di meja kantin, mereka bertiga segera memesan makanan.

"Bu mie ayam tiga, es tehnya dua, sama air putihnya satu." Ivy berteriak kepada ibu kantin.

"Siap neng!!" Balas ibu kantin.

Tak lama pesanan mereka datang, mereka segera menyantapnya sedangkan Ayasya masih menatap kedua insan yang tengah duduk jauh di depannya. Kedua sahabatnya yang mengetahui hal itu langsung menyadari gadis itu dari lamunannya.

"Sya, kenapa ngelamun?" Tanya Clara sembari melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu.

"Udah jelas banget ra, lagi liatin si onoh." Ucapnya sambil menunjuk kedua orang itu dengan dagunya.

"Udah sya, jangan diliatin yang ada tambah buat lo sakit" Clara berujar.

"Tau tuh!! tadi kan kita udah larang ni bocah satu, tapi malah ngeyel bilang gapapa-gapapa" Omel Ivy.

Ayasya mendengar celotehan kedua sahabatnya langsung mengabiskan makanannya.

"Yaudah ayo pergi." Ajak Ayasya kepada temannya

"Lain kali kalo di kasih tau itu nurut, jangan sok-sokan kuat lo" Tutur Ivy padanya.

"Iya sya, kita yang ga tega ngeliat lo" Ucap Clara.

"Iya iyaa, thanks yaa udah seperhatian itu sama gue, i love you guys!!" Ucapnya berterimakasih.

DANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang