𝘿𝙪𝙣𝙞𝙖 𝙗𝙖𝙣𝙮𝙖𝙠 𝙢𝙚𝙣𝙮𝙞𝙢𝙥𝙖𝙣 𝙠𝙚𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝𝙖𝙣, 𝙠𝙖𝙢𝙪 𝙟𝙪𝙜𝙖 𝙩𝙚𝙧𝙢𝙖𝙨𝙪𝙠 𝙗𝙖𝙜𝙞𝙖𝙣 𝙙𝙖𝙧𝙞 𝙠𝙚𝙞𝙣𝙙𝙖𝙝𝙖𝙣 𝙞𝙩𝙪.
-𝘼𝙮𝙖𝙨𝙮𝙖 𝙈𝙖𝙪𝙙𝙞 𝙇𝙖𝙨𝙝𝙞𝙧𝙖.
.
.
Semenjak kejadian itu, Ayasya tidak melawan ibu tirinya lagi. Mau tidak mau, Ayasya harus menuruti perkataan ibu tirinya itu. Karena, setiap kali Ayasya ingin memberontak, Ia akan mendapatkan hukuman. Dan sejak saat itu, perlakuan ayahnya berubah drastis. Sang ayah, kini menjadi sosok yang selalu menuntutnya dan berperilaku kasar. Jikalau Ayasya tidak memenuhi harapan ayahnya, Ia akan mendapat hukuman dari sang ayah.Ayasya saat ini baru selesai menyapu halaman rumahnya, belum sempat ia menarik napas panjang untuk beristirahat. Tiba-tiba ibu tirinya datang membawa setumpuk baju kotor di tangannya.
"Cuci nih baju, terus yang di jemuran langsung setrika." perintahnya tanpa memberikan ruang untuk penolakan.
Gadis itu hanya menghela nafas, untungnya Ia masih memiliki mesin cuci yang bisa meringankan pekerjaannya. Namun disaat Ayasya ingin menyalakan, mesin cuci itu mati total. Karena tidak ada pilihan lain, mau tidak mau gadis itu mencuci semua pakaian menggunakan tangannya.
Setelah selesai mencuci, gadis itu segera menyetrika pakaian. Tubuhnya yang lelah perlahan mulai memberatkan kelopak matanya. Tanpa sadar, gadis itu terlelap dengan tangannya yang masih menggenggam setrika panas.
Suara teriakan dari ibu tirinya membangunkannya dengan kasar. Ayasya terkejut, matanya membelalak saat melihat salah satu pakaian milik ibu tirinya sudah hangus gosong akibat keteledorannya.
"Ayasya!! Lo apain baju gue?!! Anak sialan!!" bentak ibu tirinya dengan wajah memerah penuh amarah.
Erlina, tanpa belas kasihan Ia langsung mengambil setrika yang masih panas itu dan menempelkannya langsung ke punggung tangan Ayasya.
"Arghh!! Panas Bu, sakit... tolong lepasin." jerit Ayasya histeris, air matanya mengalir deras sementara rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya.
Mendengar teriakkan Ayasya, bukannya berhenti Erlina justru semakin menekan kuat setrika itu.
"Ini akibat dari kesalahan yang udah lo perbuat." katanya dingin, matanya memandang gadis itu tanpa setitik belas kasihan.
"ma-maaf Bu, maafin Ayasya.." lirih gadis itu, suaranya nyaris tak terdengar. Rasa sakit yang luar biasa telah menguras habis energinya, membuatnya tak mampu untuk berteriak.
Erlina akhirnya mengangkat setrika itu dari tangannya, dan berkata.
"Gue ga mau tau lo harus cariin baju seperti ini, yang sama persis!!" membentak gadis itu lalu pergi ke memasuki kamarnya.
Ayasya menatap tangan yang sudah melepuh, rasa pedih bercampur perih membuatnya meringis kesakitan. Dengan sisa tenaga, ia segera mengompres tangannya menggunakan air dingin. Berharap bisa meredakan rasa sakit, meski hanya sedikit.
☆☆☆
Ayasya kini sudah berada di mall, berusaha mencari baju yang diinginkan oleh ibu tirinya itu. Saat sedang mencari-cari, tak sengaja Ia bertemu dengan seorang laki-laki yang dikenalnya, Danan.
"Kebetulan banget sya kita ketemu di sini, gue mau minta tolong sama lo. Temenin gue nyari barang, gue bingung banget" sapa Danan dengan nada antusias.
"Boleh, tapi gue juga lagi nyari baju." jawab Ayasya, mengiyakan ajakan laki-laki itu.
"Yaudah samaan aja, yuk."
Laki-laki itu langsung menarik tangannya, Ayasya meringis pelan. Rasa perih di tangannya yang terluka kembali terasa, Danan yang menyadari itu langsung bertanya.
"Kenapa sya? Lo sakit?" tanyanya, menatap Ayasya dengan khawatir.
"Engga, gue gapapa kok, yuk." jawabnya sambil tersenyum tipis, berusaha mengabaikan rasa sakit yang menjalar di tangannya.
Setelah berhasil menemukan baju yang di cari Ayasya, mereka melanjutkan langkah ke sebuah toko perhiasan. Danan tampak serius memilih-milih cincin dari etalase, sesekali menanyakan pendapat Ayasya.
Hingga akhirnya, Danan menemukan sebuah cincin yang menurutnya bagus. Ia mengambil cincin itu lalu menyelipkannya di jari manis Ayasya.
"Gimana? Bagus nggak?" tanya Danan, dengan tatapan penuh harap.
"Bagus." jawabnya singkat, sambil mengangguk pelan.
"Okay, yang ini satu mbak." katanya kepada penjaga toko.
"Kalo boleh tau, cincin itu buat siapa ya?" tanya Ayasya, dengan raut wajah penasaran.
"Kado, buat cewe gue." jawab Danan dengan santai.
Ayasya yang mendengar itu hanya tersenyum tipis, dengan perasaan cemburu ia membatin dalam hati.
"Nggak usah cemburu, Lo bukan siapa-siapanya." batinnya, meski rasa sesak mulai menguasai dirinya.
☆☆☆
Saat ini mereka duduk di salah satu meja restoran, menunggu pesanan datang. Suasana terasa hangat, meskipun hati Ayasya masih sedikit terusik oleh kejadian di toko perhiasan tadi. Tiba-tiba Danan menyodorkan tangannya ke arah Ayasya.
"Sini tangan lo, sya." pintanya pada gadis itu.
"Buat apa?" tanyanya sambil mengerutkan kening.
"Ntar juga tau, kalo gue kasih tau sekarang ga seru." jawabnya santai, dengan tatapan yang seperti menyembunyikan sesuatu.
Gadis itu menyerahkan tangannya pada laki-laki itu. Danan mengeluarkan sebuah gelang, Ayasya yang melihat itu segera menarik kembali tangannya. Danan yang melihat reaksi gadis itu semakin curiga, Ayasya seperti menyembunyikan sesuatu.
"Gue udah curiga lo nyembunyiin sesuatu sya." ujarnya, dengan nada tegas namun tetap lembut.
Ayasya hanya terdiam, berusaha menyembunyikan kegelisahannya. Tanpa memaksa, Danan menarik pelan tangannya.
"Gue izin cek ya.." katanya hati-hati, seperti tak ingin membuat gadis itu merasa tertekan.
Laki-laki itu meminta izin mengangkat lengan bajunya. Danan meringis, terlihat jelas tangan gadis itu melepuh. Ayasya buru-buru menarik tangannya dan menyembunyikan luka bakarnya itu.
"Siapa yang ngelakuin hal ini ke l.o?" tanyanya dengan suara yang masih terdengar lembut.
Gadis itu hanya diam tak menjawab pertanyaan dari laki-laki itu. Danan menghela nafas, dan berdiri dari tempat duduknya.
"Lo tunggu di sini." ia berlalu pergi meninggalkan gadis itu.
Tak lama kemudian dia membawa obat salep di tangannya, Danan meminta gadis itu menjulurkan tangannya.
"Sini, tangan lo." katanya lembut namun tegas, tak memberi ruang
untuk penolakan lagi.Dengan telatennya Danan mengoleskan obat salep itu di tangan Ayasya, gadis itu hanya menatap laki-laki yang ada di hadapannya dengan tatapan yang penuh kagum. Danan sudah selesai mengoleskan obat itu, namun Ayasya masih setia menatap laki-laki itu. Danan yang menyadari hal itu, melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu, Ayasya tersadar dari lamunannya. Gadis itu buru-buru mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatiannya, Ayasya dibuat salah tingkah atas perlakuan dari laki-laki itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
DANAYA
Teen FictionAyasya Maudi Lashira, tak pernah mengira bahwa Ia akan jatuh hati kepada seorang laki-laki seperti Danan Januarga Kasandanu, yang merupakan adik kelasnya itu. Semua berawal saat Ayasya memimpikan seorang Danan Januarga Kasandanu. Mimpi yang katanya...