Bab 3 : Retakan di Balai Rakyat

53 20 21
                                    

Kini ketiga orang tersebut berada dalam perjalanan menuju balai rakyat di ibukota. Duke Alaric, Lady Selena, dan Lady Ariadne berada di dalam satu kereta kuda dan kecanggungan tak dapat terelakkan. Sejak awal masuk dan duduk, Duke Alaric tak pernah berhenti memandang keluar jendela dan diam bagaikan patung. Sedangkan Lady Selena masih berkutat dengan beberapa kertas.

"Lady Selena, Anda sudah memastikan daftar itu sebanyak lima kali. Saya rasa itu sudah cukup," ujar Lady Ariadne kepada Lady Selena yang membaca ulang daftar keenam kalinya.

"Ini yang terakhir kali aku membacanya. Ngomong-ngomong, kenapa wajah Anda tidak terlihat cukup nyaman?" balas Lady Selena.

Mata Lady Ariadne melirik sekilas ke arah pria yang duduk di depannya. "Menurut Anda, apakah Duke Alaric masih marah?" tanyanya dengan berbisik.

"Entahlah. Yang Mulia hanya meminta saya untuk membuat Tuan Duke sibuk dengan acara sosial. Bagaimanapun caranya dan apapun yang akan terjadi acara bulan ini harus sama baiknya dengan tahun lalu," jawab Lady Selena.

Tidak lama kemudian kereta mereka berhenti di sebuah bangunan yang ramai dengan anak-anak dan beberapa orang dewasa dengan pakaian pelayan. Lalu seorang gadis dengan rambut pirang panjang dan mata biru cerah menyambut mereka dengan sukacita.

"Arabella Fairwind memberi salam kepada Lady Selena, Lady Ariadne, dan Duke Alaric." Gadis itu, Lady Arabella memberi salam dan memandu orang-orang yang telah dia tunggu sedari tadi ke dalam balai rakyat.

Ada banyak orang yang sedang bekerja di dalam, mereka adalah para pelayan dan anak-anak. Dahi Duke Alaric mengerut saat melihat anak-anak yang membantu pekerjaan sambil bermain-main, bahkan ada yang sampai membuat pekerjaan yang tadinya selesai menjadi pekerjaan yang baru.

Tuk!

Sebuah benda besar menabrak kaki Duke Alaric, saat pria itu berbalik, sebuah pot bunga besar sedang terhuyung-huyung. Pria itu pikir seorang peri kecil yang mirip dengan Pippin-lah yang membawa benda sebesar itu, tapi nyatanya tidak.

"Ah, maafkan saya, Tuan." Gadis kecil dengan rambut pirang sebahu meminta maaf setelah mendapatkan  kembali keseimbangannya dan di detik selanjutnya dia kembali berjalan membawa pot bunga besar tersebut.

Tanpa Duke Alaric sadari, dia sudah terpisah dengan para Lady. Dia segera menyusul dan ingin bertanya mengapa lebih banyak anak kecil yang membantu dibandingkan orang dewasa.

"Oh Duke, tolong jangan terkejut. Mereka sedang berlatih. Mengerjakan secara langsung adalah proses belajar terbaik. Lihat anak laki-laki itu, dia mulai menumbuhkan benih bunga! Lihat juga di sebelah sana bagaimana gadis kecil itu memindahkan barang dengan sihirnya!"

Dengan senyuman yang ceria Lady Arabella menunjukkan betapa dia bangga dengan hal yang dikerjakan oleh anak-anak. Sebelum Duke Alaric mengatakan hal lain, Lady Selena memberikan tugas kepadanya.

Di tempat itu, Duke membantu memindahkan barang-barang berukuran besar, terkadang juga barang dengan bobot yang cukup berat di mana sihir dari anak-anak belum bisa mengatasinya. Lusa, balai rakyat ini akan menjadi tempat untuk acara amal pertama, yaitu pesta kecil untuk para lansia.

Hari ini balai rakyat akan dibersihkan, mulai dari gedung dan juga taman di sekitar. Dengan bantuan peri-peri kecil yang mengurus taman, orang-orang bisa fokus membersihkan gedungnya. Tapi Duke Alaric bertanya-tanya, apakah mungkin hari ini bisa bersih jika hanya beberapa anak yang benar-benar memiliki niat untuk membantu, sedangkan sisanya hanya bermain-main dengan sihir mereka.

"Minggir! Ini pekerjaanku, jangan coba-coba merebutnya!"

"Benar, bocah sepertimu seharusnya tidak berada di sini. Mengapa Lady Selena dan Lady Arabella membiarkanmu di sini?"

Di salah satu bagian dari tempat itu, beberapa anak terus berteriak. "Harusnya tidak apa-apa. Anak-anak itu sedang bermain dengan temannya yang lain. Mereka berteman, ya mereka berteman dan sebentar lagi mereka akan berbaikan seperti biasanya." Duke Alaric bergumam dan bergumam, meyakinkan dirinya bahwa semuanya seperti apa yang baru saja dirinya ucapkan.

Namun tiba-tiba....

Prang!

"Orang yang tidak bisa menggunakan sihir, apa yang bisa kamu lakukan di sini?" Nada merendahkan yang terdengar dengan jelas membekukan tubuh Duke Alaric sekaligus membakar dadanya dengan api yang tak terlihat.

"Berhenti bermimpi bisa memindahkan barang, menumbuhkan tanaman atau menyembuhkan luka. Di umurmu yang sudah tujuh tahun ini, kamu tidak sepatutnya bergabung bersama kami!"

Benang kesabaran Duke Alaric terputus, telinganya sudah cukup mendengar omong kosong dari mulut kecil itu. Duke menaikan lengan kemejanya dan berjalan mendekati sekelompok anak kecil yang membuat keributan tersebut.

"Hei bocah, sebaiknya tutup mulutmu selagi aku masih memiliki rasa kasihan," katanya sembari menahan amarah. Dia menatap gadis kecil yang menahan air mata, hatinya pasti terluka karena omong kosong yang baru saja dia dengar.

"Paman beruang, jangan ikut campur urusan kami. Paman beruang tidak tau apa-apa, lebih baik melihat saja!" Sebuah balasan yang tak pernah Duke Alaric bayangkan dari seorang bocah, belajar dari mana dia?!

"Dengar dan lihat baik-baik," ujar Duke Alaric dengan senyuman kamu. Dia menyentuh dinding di dekatnya dan berkata, "Dinding ini kamu, dan ...."

Brak!

Krek!

"Tutup mulut kecilmu itu sebelum aku membuat semua tulang kecilmu retak," tambahnya dengan penuh intimidasi dan berhasil membuat anak tadi berlari ketakutan entah kemana.

"Paman beruang, hebat!" Suara lirih dari gadis kecil mengalihkan perhatian Duke Alaric. Pria itu berjongkok dan menatap si gadis kecil dan ternyata gadis itu adalah gadis yang membawa pot bunga tadi.

Matanya kemudian mencari tanda-tanda luka dan beruntungnya tidak ada sama sekali. "Terima kasih pujiannya, kamu juga hebat bisa mengangkat pot bunga besar," katanya sembari mengelus rambut gadis kecil itu.

Senyuman lebar segera terbit, tapi hal itu tidak berlangsung lama setelah kedatangan Lady Selena bersama dengan anak tadi, anak yang penuh omong kosong dan juga Pippin yang bergerak lincah dengan senyuman nakal.

Peri kecil itu terbang mendekati Duke Alaric dan berbisik di dekat telinga pria tersebut, "Alaric, saatnya kamu menerima amukan Selena. Hahahaha." Pippin tertawa nakal dan begitu bersemangat melihat retakan di dinding yang dibuat oleh Duke Alaric.

"Kita baru saja bertemu, Pippin, peri kecil sepertimu ternyata bisa menyimpan dendam ya."

"Ayolah, tidak adil jika aku saja yang mendapat teguran dari Selena. Pippin sudah lama mengenal Selena, sedangkan Alaric baru bertemu dengan Selena. Alaric tidak tau seberapa galak Selena saat anak-anak imut itu menangis karenamu, ditambah dengan retakan yang kamu buat. Kamu mengacaukan persiapan acara amal pertama, Alaric."

"Tunggu, retakan?" tanya Duke Alaric sedikit kebingungan. Pippin pun menunjuk dinding yang dimaksud sebagai jawabannya. "Sial, sejak kapan retakannya sebesar itu?"

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang