Bab 14 : Tempat Pemulihan

28 11 14
                                    

"Hei, tidak perlu memaksakan diri. Tuan Duke pastinya juga sedang beristirahat, kamu bisa menyampaikan rasa terima kasih besok atau lusa."

"Tidak, aku ingin hari ini." Thomas terus saja melangkahkan kakinya menuju kamar tamu yang ditempati oleh Duke Alaric, dengan bantuan dari rekannya, Thomas diperbolehkan untuk sedikit berjalan-jalan meski membutuhkan istirahat yang cukup.

Ketika hendak sampai di kamar tamu, kedua orang itu mendengar percakapan seseorang. "Bukannya itu suara Lady Selena?" tanya rekan Thomas kepadanya dan dibalas dengan anggukan kepala. "Lihat, sudah kubilang besok atau lusa saja. Beruntung kamu tidak jadi mengganggu waktu khusus Duke Alaric dengan Lady Selena."

"Baiklah, baiklah. Ayo kembali."

Baru beberapa langkah mereka hendak kembali, mereka dikejutkan dengan suara Lady Selena yang terdengar jelas. "Saya khawatir setengah mati saat sampai di sini!Tolong bekerjasamalah dengan saya, Duke Alaric. Saya belum pernah merasa seburuk ini."

Tanpa pikir panjang lagi, Thomas dan rekannya mendekat ke kamar Duke Alaric dan memasang telinga mereka baik-baik. Dengan berhati-hati kedua orang itu berdiri di dekat pintu yang terbuka lebar dan mendengar pembicaraan di dalam sana.

"Anda bisa berpura-pura, bukan?"

"Bisakah saya berpura-pura tidak khawatir saat Anda tidak ada dalam jangkauan mata saya? Anda benar-benar membuat saya pusing. Besok siang temui saya dan bantu saya dengan acara amal di sini."

Thomas dan temannya itu menutup mulut mereka dengan telapak tangan dan segera pergi dari sana. Secepat mungkin mereka keluar dan berteriak sekencang-kencangnya hingga membuat beberapa orang di sekitar mereka kebingungan.

"Sial, kita harus ceritakan ke yang lain!" kata mereka berdua bersamaan. Mereka berdua pergi ke tempat pemulihan di mana rekan-rekan mereka berada di tempat tersebut, mereka menceritakan apa yang mereka dengar barusan dan melakukan reka ulang percakapan antara Duke Alaric dan Lady Selena.

Keesokan siangnya Duke Alaric menyusul Sir Gareth di dekat tempat pemulihan, ksatrianya itu sedang sibuk mengasah pisau di bawah pohon. "Sir, di mana Lady Selena?" tanya Duke Alaric kepada Sir Gareth.

"Ah, lihatlah ini. Anda mengganggu saya karena ingin tau di mana Lady Selena berada." Sir Gareth menghentikan kegiatannya dan menatap Duke Alaric dengan senyuman miring. "Harusnya Anda mendengar baik-baik apa yang dikatakan oleh Lady, Duke."

"Cepat katakan saja," desak Duke Alaric dengan terburu-buru, dia tidak ingin dan tidak suka mendengar omelan dari gadis itu.

Namun tampaknya Sir Gareth menangkap lain maksud dari ketergesa-gesaan tuannya itu. Bagaimana tidak, jika dia mulai memercayai apa yang dikatakan oleh Thomas dan rekannya itu. "Yah, tentu saja ada di tempat pemulihan."

"Seharusnya kamu katakan sejak tadi, dasar aneh," gerutu Duke Alaric meninggalkan Sir Gareth di tempat itu dan Sir Gareth hanya menggelengkan kepalanya sembari terkekeh kecil.

Saat sampai di tempat pemulihan, Duke Alaric segera menemukan orang yang dia maksud. Pria itu segera mendekati Lady Selena. "Lady Selena, saya sudah di sini," lapornya.

"Baguslah, Duke Alaric. Bantu saya mengurus anak yang sulit untuk minum ramuan," ujar Lady Selena sembari menunjuk ke arah seorang anak yang sedang dikerumuni oleh Lady Ariadne dan Lady Arabella.

Tanpa menunggu perintah untuk kedua kalinya, Duke Alaric mendekat ke tempat anak tersebut. Senyuman putus asa di wajah Lady Ariadne terlihat jelas, sedangkan Lady Arabella sudah menyerah sejak tadi.

"Gale~ saya mohon minumlah, apa Gale tidak melihat anak-anak lain yang sudah menghabiskan ramuan? Kenapa Gale tidak melakukannua seperti mereka?" Lady Ariadne masih mencoba untuk membujuk anak laki-laki yang terduduk di ranjang dengan wajah cemberut.

"Mereka mau dibodohi oleh orang dewasa, sedangkan saya tidak. Lady bilang ramuannya tidak pahit, tapi nyatanya pahit dan membuat lidah saya mati rasa. Camilan yang diberikan juga tidak cukup untuk menutupi rasa pahit itu. Saya sudah mengatakannya berulang kali!" jawab anak laki-laki itu.

"Jika kamu ingin lebih banyak camilan bilang saja."

"Saya butuh camilan yang banyak supaya rasa pahit itu dilupakan oleh lidah saya. Tapi orang dewasa pasti akan bilang saya serakah, ibu saya sering berkata begitu."

Anak kecil itu, Gale memalingkan wajahnya tidak peduli dengan helaan napas Lady Ariadne. "Anda di sini untuk membantu kami, bukan Duke?" tanya Lady Ariadne dengan senyuman lemah, lalu dia menyerahkan mangkuk kecil berisi ramuan ke tangan Duke Alaric. "Tolong bantu kami, dia tidak mau minum sejak kemarin."

Pria itu menarik napas dan menghembuskannya, dia menatap Gale dan berpikir kapan terakhir kali dia berhadapan dengan anak kecil? Duke Alaric meletakkan sebuah bukusan yang dia bawa dari mansion, lalu memerhatikan ramuan yang ada di tangannya.

"Katamu ini pahit?" tanya Duke Alaric.

"Dari aromanya saja sudah membuat saya muak," balas Gale dengan kesal.

"Gale, namamu mengingatkanku pada seseorang." Tidak mendapatkan jawaban apapun, Duke Alaric pun bertanya, "Kamu bisa menggunakan sihir angin?"

Pertanyaan itu berhasil membuat Gale menatap Duke Alaric dan memusatkan perhatian kepada pria yang baru saja muncul. "Ya, tapi saya baru memulainya." Gale menjawab dengan lugas dan membuat Lady Ariadne terkesiap.

"Tidak buruk," ujar Duke Alaric kemudian menenggak habis ramuan yang ada di tangannya membuat beberapa orang kaget. "Sial, ini terlalu pahit!"

"Saya sudah bilang tadi!"

"Benar, harusnya aku mendengarkanmu. Tapi kurasa aku akan baik-baik saja jika segera makan permen." Duke Alaric pun membuka bungkusan yang dia letakkan tadi, sebuah toples kaca berisi puluhan butir permen. Dia mengambil satu butir permen dan memasukkannya ke mulut. "Ini tidak buruk, kamu harus mencobanya."

"Biarkan saya mencoba permennya!"

"Minum ramuannya, lalu kamu bisa makan permen. Kamu pasti bosan berbaring di ranjang selama berhari-hari dan dilarang oleh Lady Selena saat ingin bermain."

Gale menatap lekat-lekat Duke Alaric, bagaimana pria ini hampir mengatakan semua hal yang dia rasakan? "Tapi kalau Anda berbohong, Anda harus memberikan semua permen yang Anda bawa." Duke Alaric mengiyakan perkataan itu.

Satu mangkuk ramuan baru pun datang, Gale menerimanya dan menatap benda cair yang dibencinya sekarang. Glek! Anak kecil itu mencoba menghabiskan semua ramuan tanpa tersisa sedikitpun, lagi-lagi rasa pahit itu memenuhi mulutnya, tapi itu segera tergantikan dengan rasa manis saat Duke Alaric memberikan permen kepadanya.

"Saya tidak akan membawa semua permen, tapi bisa saya mendapatkan satu lagi?" Satu butir benda manis itu mendarat di telapak tangan Gale.

Sementara itu dari kejauhan, Lady Selena memperhatikan Duke Alaric. Peri kecilnya, Pippin, duduk di bahu gadis itu. "Lihat, Alaric lumayan saat berhadapan dengan anak-anak," puji peri kecil itu.

"Ya, aku tidak mengira hal itu. Baguslah, dia membantu pekerjaanku," balas Lady Selena.

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang