Bab 7 : Ancaman Baru

39 19 21
                                    

Di sebuah kastil yang sederhana, malam begitu dingin. Seluruh jendela ditutup rapat-rapat dan perapian menyala-nyala membakar kayu menjadi abu. Orang-orang yang berada di sana sudah meringkuk di ranjang mereka masing-masing, kecuali beberapa prajurit yang bertugas, mereka harus memastikan keamanan kastil, begitu pula dengan beberapa prajurit yang menjaga wilayah tersebut.

Ketika angin berembus dan bulan di langit tertutup oleh awan, kegelapan singgah sebentar. Seseorang dengan pakaian dan jubah yang tipis tanpa alas kaki, muncul berdiri di dekat sumur.

"Permisi kawan, malam ini cukup dingin, jadi cepat masuk ke rumahmu. Jika kamu masih seorang remaja, tolong jangan berlama-lama di luar, atau kamu akan bergabung dengan sebagian anak-anak di tempat pemulihan." Seorang prajurit berbicara dari kejauhan, mengingatkan orang di dekat sumur itu.

"Apakah bertambah banyak?" balasnya dengan bertanya.

"Sore ini ada tiga anak yang datang, untungnya Bintang Dermawan Eldoria akan datang untuk acara amal. Betapa beruntungnya kita. Sampai jumpa kawan, aku harus melanjutkan pekerjaan." Prajurit itu melambaikan tangannya dan melanjutkan pekerjaannya melakukan patroli.

Sementara itu orang yang berdiri di dekat sumur tidak menjawab, seolah ada banyak hal yang memenuhi kepalanya. "Apa Celestia akan datang?" gumamnya dengan menyeringai.

Dinginnya malam itu terasa samar juga di ibukota. Beberapa orang membuat selimutnya lebih tebal dan beberapa orang menambah selimutnya. Mereka enggan untuk beranjak dari kamar yang hangat, tapi ketika mendapat panggilan darurat, tidak ada yang bisa menolak.

Dan di sinilah Duke Alaric, Sir Gareth, dan Lady Selena berada. Ketiga orang tersebut menghadap kedua pemimpin kerajaan Eldoria, Raja Leonidas dan Ratu Isabelle. Air hangat dengan beberapa rempah dalam cangkir di hadapan masing-masing dari mereka membantu menghangatkan tubuh.

"Sudah lama tidak bertemu dengan kalian. Setelah berhadapan dengan kalian aku sadar bahwa, pria tua ini sudah semakin tua. Yah, meskipun aku sedikit terkejut dengan Duke Alaric yang ada di ibukota," ujar Raja Leonidas dengan senyuman simpul.

"Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Yang Mulia," ujar Lady Selena membalas dengan sopan.

"Senang bertemu Anda, Yang Mulia. Saya di sini karena pendamping Anda berhasil membuat jebakan untuk saya," balas Duke Alaric yang segera mendapatkan lirikan tajam dari Ratu Isabelle. "Saya cukup penasaran dengan panggilan Anda saat ini, apakah ada hal yang tidak bisa ditunda?"

Tiba-tiba saja angin membuka jendela ruangan itu, aliran udara itu masuk dan menggoyangkan api yang menerangi ruangan itu. Ekspresi hangat Raja Leonidas berubah, menjadi datar dan sedikit dingin meski kekhawatiran terlihat jelas di kedua mata pria itu.

"Lady Selena, Bintang Dermawan Eldoria, dimana acara amal berikutnya?" tanya sang raja.

"Wilayah barat, lebih tepatnya wilayah yang dikelola oleh Baron Reginald," jawab Lady Selena kemudian menelan salivanya, pertanyaan tadi bukan sekedar pertanyaan biasa.

"Benar, dan acara amal kali ini tidaklah sama dengan acara amal sebelumnya. Dia kembali." Raja menatap Duke Alaric dan Sir Gareth. "Kalian berdua akan membantu bersama dengan prajurit dan Baron Reginald. Besok berlatihlah, Lady Selena juga latih kekuatan Anda."

Mendengar perintah ini, ketiga orang itu sedikit kebingungan. Masalah apa yang akan mereka hadapi hingga Raja Leonidas meminta bertemu pada malam hari? Mengapa pula Lady Selena harus melatih kekuatannya?

Merasakan dan melihat kebingungan itu, Ratu Isabelle berbaik hati menjelaskan bahwa mereka akan berhadapan dengan seorang penyihir jahat yang dikenal dengan Morgath. Penyihir itu mendambakan kekuatan yang lebih besar dari kekuatannya dan menjadi ancaman bagi Eldoria beberapa dekade yang lalu. Morgath di kurung jauh dari Eldoria, tapi sihir yang menahan pastinya akan melemah setiap waktu dan itu tergantung juga pada apa yang ditahan.

"Jadi kami akan berhadapan dengan Morgath?"

"Benar Duke Alaric, kalian akan berhadapan dari dia. Ini mengejutkan karena sepuluh bulan yang lalu kami baru saja memperkuat penahannya. Kedatangannya adalah sebuah ancaman, dia bertambah kuat. Aku dan Pangeran juga sudah membuat pembatas tambahan dan memperkuatnya di sekitar tambang batu sihir," ujar Raja Leonidas menjelaskan.

"Kalian tetap lakukan persiapan acara amal seperti biasa, untuk hal-hal yang berkaitan dengan Morgath akan diurus oleh kami." Kalimat itu adalah akhir dari pertemuan di malam hari yang cukup dingin.

Sir Gareth berdiri di dekat pintu dan bersandar di tembok, pria itu menunggu atasannya yang tiba-tiba saja dipanggil kembali untuk masuk. Lady Selena yang hendak kembali juga mengurungkan niatnya dan memilih bergabung dengan Sir Gareth, menunggu Duke Alaric.

"Sir, apa menurut Anda akan ada pertarungan di sana?" tanya Lady Selena membuka topik.

"Ya Lady, mendengar bagaimana Yang Mulia menyampaikan masalah ini, sepertinya akan ada peristiwa yang cukup besar. Anda khawatir?" Sir Gareth menatap Lady Selena, kepala gadis itu menunduk.

"Saya takut, saya belum pernah berhadapan langsung dengan hal seperti itu."

Jawaban Lady Selena membuat Sir Gareth terkejut. "Bukankah Anda membantu evakuasi dan penyembuhan?" tanyanya dengan dahi berkerut.

"Yang Mulia meminta saya berlatih, itu artinya saya harus berusaha lebih keras lagi dalam menyembuhkan orang-orang. Dan saya yakin Yang Mulia ingin saya bergabung untuk membantu menjaga orang-orang yang bertarung." Lady Selena kemudian menunjukkan sebuah kalung dengan permata berwarna merah. "Ini adalah akses ke hutan ajaib, besok kita akan berlatih di sana."

"Itu luar biasa dan juga gila! Hutan ajaib adalah tempat yang sangat ingin saya kunjungi!" Sekarang dahi Lady Selena-lah yang berkerut melihat reaksi dari Sir Gareth yang tampak bersemangat, betapa mudahnya pria itu melupakan ancaman yang muncul. Tak lama kemudian Duke Alaric bergabung dengan mereka dengan wajah serius.

Malam berlalu dan pagi pun tiba. Setelah sarapan, Lady Selena bersama dengan Lady Arabella dan Lady Ariadne memegang sebuah kertas yang berisi daftar barang yang akan mereka ambil hari ini. Setelah mengecek ulang mereka bersiap untuk pergi mengunjungi toko-toko.

Kereta kuda mereka sudah menunggu, hanya saja ada satu hal yang berbeda. Kusirnya. Mereka tidak menemukan bahwa kusir kereta kudah itu adalah kusir yang biasanya, melainkan dia orang pria yang baru saja datang beberapa hari lalu. Duke Alaric dan Sir Gareth.

"Kita baru bertemu mereka kemarin dan sekarang bertemu lagi? Kebetulan yang mencurigakan," kata Lady Arabella dengan tawa pelan.

"Yang Mulia telah mengaturnya, Lady Arabella. Ingat bukan hari ini kita akan berangkat dengan rute yang berbeda. Mari, kita harus mengumpulkan semua barang secepat mungkin." Lady Selena berjalan lebih cepat, terkesan terburu-buru.

Perubahan jadwal yang mendadak ini membuatnya khawatir, apalagi dengan sesi latihan nanti. Sejak Duke Alaric datang ke ibukota, semuanya sungguh tidak bisa diprediksi.

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang