Bab 13 : Datang dengan Luka

26 12 14
                                    

"Bagus, pastikan dia baik-baik saja." Duke Alaric berlutut, dia mengistirahatkan tubuhnya dan mengatur napasnya yang sedikit memburu sembari menatap Thomas, prajurit yang bersamanya tadi dengan luka sayatan di bahu kanannya dan beberapa luka lain.

"Anda harus membuatnya merasa lebih baik, Lady. Thomas berulang tahun hari ini," tambah Duke Alaric dengan senyuman tipis dan sedikit penyesalan di wajahnya.

Lady Selena mengangguk mengerti dan kembali mengurus luka sayatan di bahu Thomas yang merupakan luka paling parah. Luka itu tidak terlalu dalam, tapi pria yang tengah kehilangan kesadaran itu sudah darah yang mengalir sejak beberapa waktu yang lalu membuatnya kekurangan darah. Setelah memanggil bantuan dari seseorang, Thomas pun berhasil ditangani. Sebenarnya apa yang terjadi?

Untuk mengetahui jawaban atas pertanyaannya, Lady Selena menghadap Duke Alaric. Kini pria itu duduk bersandar di sebuah tiang kayu dengan kepala tertunduk. Awalnya Lady Selena mengira Duke Alaric memiliki jam tidur yang kurang, ditambah lagi perjalanan mereka kemarin memang tidak membuatnya beristirahat.

"Setidaknya kalau ingin tidur, tidak tidur di tempat seperti ini," gumam Lady Selena melihat kelakuan lain dari Duke Alaric. Gadis itu mendekatinya dan menepuk bahu Duke Alaric, tapi sebelum Lady Selena melakukan hal itu tubuh Duke Alaric segera tergeletak di tanah secara perlahan. Pada saat itulah Lady Selena menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

Wajah pria itu pucat dan berkeringat.

Lady Selena segera berlutut, dia menggoyang-goyangkan tubuh pria tersebut sembari memanggilnya. Saat tidak ada respon, Lady Selena memutuskan untuk memeriksa keadaan fisik Duke Alaric. Tak membutuhkan waktu yang lama, gadis itu menemukan sebuah luka tusuk di perut bagian kiri bawah pria itu.

Lagi-lagi dia meminta bantuan rekan-rekannya yang lain yang sedang mengurus anak-anak. Duke Alaric pun dipindahkan ke kamar dan segera mendapatkan pertolongan. Selama beberapa jam pria itu tak sadarkan diri dan terus terlelap hingga sore tiba.

"Oh Duke, Anda sudah siuman!" ujar Sir Gareth yang sedari tadi menjaga Duke Alaric dan membantu pria itu untuk mengubah posisinya menjadi duduk. "Kata siapa Anda bisa menarik benda yang menusuk Anda, hah? Belum lagi Anda menyusul kami. Lalu apa-apaan dengan prajurit yang bersama Anda?"

Duke Alaric menutup kedua telinganya dengan telapak tangan mendengar ocehan Sir Gareth yang tidak bisa ditunda. "Sir, berhenti mengoceh dan ambil minum saja," katanya dengan ketus.

Tak lama kemudian Baron Reginald datang, pria tua itu sangat senang dengan keadaan terbaru Duke Alaric. Dia segera menjejeri Sir Gareth dan berkata, "Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan Anda, Duke Alaric!"

"Begitupula dengan saya, Baron Reginald," jawab Duke Alaric.

"Ohoho, hati saya sangat tersentuh! Anda bahkan tau nama saya!" Baron Reginald merasa seperti terbang di atas awan, sedangkan Sir Gareth dan Duke Alaric hanya saling menatap satu sama lain.

"Baron adalah salah satu penggemar Anda," ujar Sir Gareth tanpa bersuara. Dahi Duke Alaric pun berkerut. Penggemar? Apa yang membuat Baron Reginald menjadi salah satu penggemarnya? Juga, sejak kapan dia memiliki penggemar?

Baron Reginald pun menenangkan dirinya, meski saat ini dia ingin memeluk Lady Ariadne, putri semata wayangnya dengan sangat erat karena kesenangan. "Tampaknya ada sebuah ketidaknyamanan saat Anda melakukan perjalanan ke tempat saya. Jika Anda sudah sampai terluka seperti ini, saya yakin ini adalah ulah Morgath," ujar Baron Reginald dengan serius.

"Maksud Anda dia mengendalikan bayangan, juga bisa membuat ilusi?"

Anggukan kepala dari Baron Reginald membuat atmosfer di ruangan itu berubah. "Itulah mengapa Raja Leonidas meminta melakukan perjalanan secepat mungkin. Jika rombongan kalian terjebak dengan ilusi yang dibuat oleh Morgath, mungkin kalian tidak akan bisa pulang."

"Ilusi seperti apa, Baron?" tanya Sir Gareth.

"Ilusi yang diciptakan oleh Morgath bisa jadi sebuah memori yang ada di alam bawah sadar, memunculkan ketakutan tertentu, atau memanfaatkan emosi yang sedang mendominasi kalian. Dan saat kalian tidak menyadarinya dan terbawa oleh arus, rekan di hadapan kalian akan berubah menjadi musuh. Benar begitu, Duke Alaric?" jelas Baron Reginald dan dibalas dengan anggukan kepala.

"Saya baru menyadarinya saat belati Thomas menyentuh kulit saya. Apakah itu adalah satu-satunya cara kita sadar bahwa itu ilusi?" tanya Duke Alaric menerka-nerka.

Baron Reginald menghela napasnya dan menggelengkan kepala. "Anda beruntung bisa menyadarinya saat belati itu baru meninggalkan luka kecil, tapi itu bukan salah satu solusi atau lebih tepatnya itu bukan solusinya." Pria tua itu berpindah ke dekat jendela dan menatap keluar. "Jika luka fisik memang bisa segera menyadarkan kita dari ilusi itu, bagaimana pendapat Anda jika itu tidak berhasil untuk sebagian orang?"

"La-lalu bagaimana Morgath bisa diselesaikan? Yang Mulia bilang dia dikurung di suatu tempat dan sekarang berhasil kabur." Sir Gareth mengubah topik pembicaraan, karena jika melanjutkan yang tadi, rasanya akan menyentuh luka tertentu.

"Sihir pemurnian bisa mematahkan ilusi dan menjaga kesadaran kalian. Ini menjadi keberuntungan kalian bisa bertemu dengan Celestia dan keberuntunganku bertemu dengannya untuk kedua kali," jawab Baron Reginald.

"Celestia?" tanya Duke Alaric dan Sir Gareth bersamaan.

"Celestia adalah salah satu unicorn dengan kekuatan pemurnian yang besar. Dan hal yang lebih menariknya lagi adalah Celestia menjalin kontrak dengan Lady Selena!"

Lady Selena datang bersamaan dengan selesainya ucapan Baron Reginald. Dengan beberapa orang rekannya, Lady Selena mengganggu percakapan antara ketiga pria tersebut. "Sepertinya saya mengganggu Anda bertiga, tetapi pasien harus beristirahat," ujar Lady Selena dengan ramah.

"Maafkan orang tua ini, Lady. Saya begitu bersemangat dengan  kedatangan Duke Alaric. Karena Bintang Dermawan berkata demikian, maka saya harus menunda pembicaraan." Baron Reginald pun meninggalkan tempat itu.

Pemeriksaan pun dilakukan segera, memastikan tidak ada luka lain dan Duke Alaric merasa lebih baik dari sebelumnya. Setelah dirasa cukup, Lady Selena meminta semua orang keluar termasuk Sir Gareth. Tanpa menanyakan satu hal pun, mereka mematuhi perintah gadis itu.

Duke Alaric menelan salivanya, pria itu enggan untuk bertatapan dengan gadis yang sedang duduk dan menatapnya lekat-lekat. Dia ingin mengatakan sesuatu, tapi mengurungkan niatnya, lebih baik menunggu Lady Selena yang memulai percakapan terlebih dahulu.

"Duke Alaric, katakan kepada saya bahwa sejak awal tujuan Anda adalah memberikan kukis kepada saya dan Lady yang lain," ujar Lady Selena dengan nada menginterogasi.

"Yah mana mungkin saya memberikannya dalam bentuk cair. Makannya saya sudah menyiapkannya sejak masih di istana," balas Duke Alaric dengan suara yang semakin lirih.

"Saya tidak tau isi kepala Anda terbuat dari apa atau dari mana sebenarnya Anda berasal. Saya khawatir setengah mati saat sampai di sini!"

"Ayolah, itu bukan hal serius."

"Tolong bekerjasamalah dengan saya, Duke Alaric. Saya belum pernah merasa seburuk ini."

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang