Bab 9 : Kesempatan dalam Kesempitan

24 13 13
                                    

"Tidak bisa ... sa-saya tidak bisa. Saya tidak bisa ibu ...." Napas Lady Selena tersenggal-senggal dan dada terasa sesak. Sedetik kemudian tubuhnya limbung, dia terduduk di tanah dan segera menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan. Sungguh menyedihkan bahwa dirinya masih saja tidak bisa lepas dari hal itu.

Duke Alaric yang mengawasi dari kejauhan pun memutuskan untuk menampakkan dirinya dan mendekati Lady Selena. Pria itu berlutut dan memanggil Lady Selena, membuat si empunya nama memperlihatkan kembali wajahnya.

"Saya tidak bisa Duke, saya merasa bersalah," ujar Lady Selena mulai terisak. Air matanya sudah tidak bisa terbendung lagi, sehingga membuat sebuah aliran di pipi gadis tersebut.

Melihat seseorang yang menangis membuat Duke Alaric sedikit berpikir. Bagaimana cara menenangkan Lady Selena? Haruskah dirinya itu menunggu Lady Ariadne dan Lady Arabella? Akan tetapi waktu terus berjalan, dia harus bertemu dengan raja dan ratu sebelum berangkat ke wilayah Baron Reginald petang ini.

Haruskah aku mencoba cara yang pernah digunakan oleh Madam Evelyn?

Setelah mempertimbangkan dalam waktu singkat, Duke Alaric tidak memiliki ide lain. Jadi dia memberanikan diri untuk melakukan hal yang pernah dilakukan oleh Madam Evelyn terhadap dirinya beberapa tahun yang lalu. Duke Alaric merengkuh tubuh Lady Selena dan membawanya ke dalam pelukannya.

"Saya tidak tau apa yang pernah Lady hadapi, tapi saya pikir itu menyakitkan bagi Anda. Saat ini Anda tidak perlu memaksakan diri," ujar Duke Alaric cukup canggung. Ini pertama kalinya dia menenangkan orang dewasa.

Isakan Lady Selena berhenti, begitu pula dengan air matanya. Terkejut? Tentu saja, siapa yang tidak terkejut jika orang yang baru saja mereka kenal melakukan hal seperti ini. "Duke, saya-"

Sebelum ucapan Lady Selena selesai, seseorang berteriak dengan lantang memanggil Duke Alaric. "DUKE ALARIC!!!" Pria dengan rambut berwarna coklat itu segera menarik tubuh besar Duke Alaric dan meninju beberapa bagian tubuh pria itu. "Beraninya Anda berbuat seperti itu!!!" teriaknya lagi.

"Apa? Apa yang sudah kulakukan?!" balas Duke Alaric dengan pertanyaan.

"Anda menyadarinya atau pura-pura tidak tau, sih? Anda mengambil kesempatan dalam kesempitan! Bagaimana bisa Anda memeluk Lady Selena di saat kalian hanya berdua di tengah hutan pula!"

Sementara Sir Gareth dan Duke Alaric mulai berdebat, Lady Arabella dan Lady Ariadne berasa di sisi Lady Selena, memastikan bahwa tidak ada hal buruk yang terjadi pada gadis itu. "Saya baik-baik saja, terima kasih," ujar Lady Selena menenangkan.

Gadis itu menatap Sir Gareth yang meledak-ledak, begitu juga Duke Alaric yang tak ingin mengalah. Jika tidak segera dihentikan, kesalahpahaman akan semakin parah. "Sir Gareth, mohon tenanglah. Duke hanya menenangkan saya, beliau tidak melakukan apapun," katanya mencoba menghentikan perselisihan tersebut.

"Anda yakin, Lady?" tany Sir Gareth memastikan dan dengan penuh keyakinan Lady Selena menganggukkan kepalanya sebagai jawaban dan sesi latihan ini pun berakhir.

Mereka berlima kembali ke istana, sibuk menyiapkan keperluan untuk perjalanan sore nanti. Di tengah-tengah persiapan, Lady Selena termenung sejenak. Kehangatan singkat yang Duke Alaric berikan masih terasa segar di ingatannya. Sungguh hal yang tidak pernah gadis itu bayangkan seumur hidup.

Suara ketukan pintu membuyarkan pikiran Lady Selena. Selena sadarlah, kamu harus lebih bekerja keras tahun ini! katanya di dalam hati memberikan semangat dan pengingat untuk diri sendiri. Lady Selena pun membawa satu tas kayu di tangannya dan membuka pintu kamar. Dia siap untuk pergi ke wilayah Baron Reginald!

Ketika mata hari mulai bersembunyi dan berganti dengan bulan, saat itu juga rombongan Lady Selena meninggalkan istana kerajaan. Beberapa prajurit, Duke Alaric, Sir Gareth, Lady Ariadne, Lady Arabella, dan Lady Selena bergerak dalam kecepatan yang cukup tinggi.

Beberapa kali rombongan itu menggunakan portal untuk berpindah, menjadikan perjalanan mereka lebih cepat dengan rute berbeda yang lebih jauh di bandung rute biasanya. Derap langkah dari kuda yang membawa mereka terdengar, terkesan terburu-buru dan tidak sabaran.

"Ugh .... Saya tidak percaya ini, ini kali pertama saya merasa mual saat berada di kereta kuda." Lady Arabella menempelkan saputangan di dekat bibirnya dengan sekuat tenaga bertahan dengan rasa mual itu.

"Mungkin sebentar lagi kita akan berhenti, Lady Arabella. Mohon bersabar," ujar Lady Selena berusaha menenangkan rekannya.

Jarinya yang ramping itu menggeser kain yang menutupi jendela kereta kuda. "Permisi, kapan kita akan berhenti?" tanyanya kepada salah satu prajurit yang mengawal.

"Sebentar lagi, Lady Selena. Apakah ada masalah?" balas si prajurit.

"Rekan saya butuh udara segar."

"Saya akan coba supaya laju kereta di perlambat. Maaf atas ketidaknyamanannya, Lady Selena."

"Terima kasih." Mata gadis itu mengikuti sosok si prajurit, tak lama kemudian laju kereta menjadi lebih lambat dan helaan napas yang menyiratkan kelegaan terdengar.

"Terima kasih, Lady Selena," ujar Lady Arabella penuh kelegaan.

Mereka melanjutkan perjalanan itu sedikit lebih lambat, udara dingin yang menusuk tulang semakin terasa saat mereka lebih dekat dengan wilayah Baron Reginald. Pantas saja mereka diminta memakai pakaian yang cukup tebal, jika tidak pasti tubuh mereka sudah menggigil.

Saat kereta berhenti untuk beristirahat, beberapa bongkahan kayu segera dibakar untuk membantu menghangatkan tubuh. Sementara beberapa prajurit memastikan keamanan tempat di mana mereka beristirahat dan beberapa bersiap membuat hidangan makan malam.

"Lady, apakah Anda masih kedinginan?" Seorang prajurit mendekat dan bertanya kepada ketiga Lady yang duduk mengitari api unggun.

"Saya ingin minum dan kemudian bertiga masih kedinginan," jawab Lady Arabella. Tak lama kemudian prajurit tadi kembali dengan air hangat dan di belakangnya ada Sir Gareth yang membawakan selimut.

"Saya sungguh menyesal tidak bisa membuat apinya lebih besar, Lady. Duke meminta kami supaya tidak menarik perhatian. Tapi selimut ini akan membantu suhu tubuh Anda hangat karena sudah terpasang sihir. Mohon bersabar untuk makan malam," ujar Sir Gareth dengan senyuman.

"Kami tidak masalah, Sir Gareth. Terima kasih banyak."

Setelah menerima selimut, Lady Arabella dan Lady Ariadne melakukan perbincangan ringan. Selain berusaha membiasakan diri, mereka juga berusaha mempercerah suasana. Sementara kedua rekannya berbincang, Lady Selena mengamati sekitar dan jumlah rombongan tidak sama seperti di saat berangkat tadi.

"Sir Gareth," katanya memanggil orang yang paling bisa dia jangkau.

"Ya Lady Selena, ada yang bisa saya bantu?"

"Kemana beberapa orang yang lain? Saya rasa jumlah rombongan kita berkurang."

"Oh itu, tenang saja Lady. Beberapa orang sedang mengurus pembatas bersama dengan Duke Alaric. Mereka akan segera kembali," jawab Sir Gareth.

"Sir," panggil Lady Selena lagi. "Bisakah Anda mengantarkan saya ke tempat Duke Alaric berada sekarang?"

"Tentu saja, Lady Selena."

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang