Bab 11 : Dua per Tiga Perjalanan

25 15 18
                                    

"Tidak ada yang mustahil Lady, tapi jika Anda membatasi diri, kata 'mustahil' itu menjadi kenyataan. Percayalah pada saya, perjalanan kali ini adalah tanggungjawab saya. Keamanan setiap orang adalah tanggungjawab saya. Kita akan sampai di mansion Baron Reginald sebelum matahari terbit."

Dahi Lady Selena berkerut, jari-jarinya mengepal. "Apa Anda akan berjalan dengan kecepatan seperti tadi atau mungkin lebih cepat dari tadi? Ini bukan kompetisi berkuda, Duke," protesnya kepada pria di depannya.

Namun betapa terkejutnya Lady Selena dengan apa yang dilakukan oleh Duke Alaric selanjutnya. Pria itu mengeluarkan sebuah botol kecil dan memberikannya kepada Lady Selena. "Saya mengira ini akan terjadi, jadi sebelumnya saya sudah menyiapkan ini," katanya.

"Apa ini?" tanya Lady Selena memperhatikan barang yang baru saja dia terima lalu mendongak menatap Duke Alaric.

"Itu hanya obat tidur, itu bekerja selama lima jam. Jadi Anda tidak perlu khawatir. Berikan secara diam-diam, jangan sampai ketahuan siapapun dan tutup mulut Anda rapat-rapat tentang masalah ini."

Lady Selena menatap Duke Alaric tak percaya, otak pria ini sebenarnya berisi apa? Dari mana ide seperti ini tercetus?

Melihat Lady Selena yang mematung, Duke Alaric tau apa yang sedang gadis bangsawan itu pikirkan. "Anda tidak perlu khawatir Lady, obat ini tidak berbahaya. Kepekatannya sudah saya kurangi," ujarnya berusaha menenangkan, tapi siapa sangka perkataannya barusan tidak berhasil.

"Saya akan merasa bersalah!"

Kedua mata Lady Selena sudah berkaca-kaca, air mata jernih itu sudah siap membanjiri pipinya. Dengan kemarahan dan keterkejutan gadis itu menatap Duke Alaric yang masih tidak bergeming, menatap wajahnya dengan ekspresi yang tenang. Dan akhirnya botol kecil itu diambil kembali oleh Duke Alaric.

"Jika Anda tidak ingin dan tidak bisa melakukannya, katakan secara langsung."

Lady Selena membuang wajahnya dan menghapus air mata yang sempat membasahi wajahnya. Sungguh membingungkan, sungguh menyakiti perasaannya. Bagaimana bisa Duke Alaric melakukan hal seperti itu terhadap rekannya sendiri.

"Lady Selena," panggil Duke Alaric. "Saya memiliki camilan untuk Anda nikmati bersama dengan rekan Anda." Kali ini Duke Alaric memberikan sebuah kotak kecil di tangan Lady Selena.

Lady Selena mengucapkan terima kasih, lalu kembali bergabung bersama dengan Lady Arabella dan Lady Ariadne. Gadis itu memberikan camilan yang diberikan oleh Duke Alaric kepada kedua rekannya.

"Lady Selena tidak ingin makan kukis ini?" tanya Lady Ariadne yang baru saja menghabiskan sebuah kukis.

"Tidak, saya sedang tidak ingin makan camilan. Ngomong-ngomong saya sedikit mengantuk, saya akan masuk ke kereta dahulu. Selamat menikmati camilannya." Lady Selena tersenyum dan segera naik ke kereta kuda.

Beberapa saat kemudian Lady Ariadne dan Lady Arabella menyusul Lady Selena di kereta kuda, entah mengapa mata mereka terasa berat. Kini mereka tidak peduli dengan alas yang akan mereka gunakan untuk tidur, mereka sangatlah mengantuk!

Sementara itu Duke Alaric yang sudah mengawasi secara diam-diam sejak tadi, membereskan beberapa barang sebelum dia mengecek ketiga nona bangsawan di dalam kereta. Setelah mengetuk badan kereta dan memanggil nama masing-masing Lady berkali-kali dan tidak mendapat jawaban dia memanggil Sir Gareth.

"Ya, Tuan. Anda butuh apa dari saya?" ujar Sir Gareth dengan acuh tak acuh.

"Beberapa lembar selimut dan bantal, kamu membawanya bukan, Sir?" Tidak menjawab pertanyaan Duke Alaric secara lisan, Sir Gareth segera menyediakan barang-barang itu kepada Duke Alaric.

"Ayolah Tuan, siapa yang ingin tidur? Lady Arabella saja tadi terlihat sangat segar setelah Anda .... Tunggu, Duke Alaric jangan bilang." Jari telunjuk Sir Gareth mengarah ke Duke Alaric, matanya juga melebar. "Sial, Anda menggunakannya!"

Duke Alaric hanya mengedikkan kedua bahunya dan membantu ketiga Lady dengan alas tidur mereka supaya lebih nyaman. Tak lama kemudian rombongan itu melanjutkan perjalanan mereka sesuai kehendak Duke Alaric.

Di tengah malam bersama dengan bulan dan bintang di atas kepala mereka, udara dingin menyapu lembut setiap inci wajah mereka dan suara gesekan dedaunan ikut berkolaborasi dengan deru langkah kuda-kuda. Dan akhirnya mereka sampai di dua per tiga perjalanan mereka.

"Aku sangat berterima kasih atas bantuan kalian, sekarang kita akan benar-benar ke mansion Baron Reginald. Sir Gareth, buka portal segera. Mari kita kejutkan penjaga mansion," ujar Duke Alaric memberikan perintah.

Pria itu mengecek jam sakunya, pukul 3.45 dini hari. Jika begini maka perjalanan mereka sukses besar. Duke Alaric menghela napas sejenak, dia sangat beruntung karena Ratu Isabelle menugaskan prajurit-prajurit yang bisa menggunakan portal sehingga perpindahan mereka cukup cepat.

Dengan konsentrasi yang tinggi, Sir Gareth mengerahkan tenaganya untuk membuka portal selanjutnya. Meski ini bisa mengurangi hampir seluruh tenaganya, dia tetap melakukan apa yang diperintahkan oleh Duke Alaric. Meski terkadang itu ide yang cukup tidak masuk akal baginya, dia tetap melakukannya.

"Duke, semua sudah siap!" katanya memberikan laporan bahwa dia sudah selesai membuka portal.

"Bagus, cepat-"

Syut

Crash

Sebuah benda melesat dan membuat sedikit goresan di pipi Duke Alaric. Beberapa kuda mulai panik, beruntungnya mereka bisa dikendalikan. "Satu prajurit bersama saya, sisanya ikuti Sir Gareth dan lindungi ketiga Lady!" perintah Duke Alaric segera sembari memincingkan matanya ke segala penjuru.

"Duke, Anda harus ikut!" teriak Sir Gareth.

"Kami akan menahannya, Sir bantu saya mengawal Lady Selena dan rekan-rekannya tiba di mansion Baron Reginald dengan selamat. Ini adalah perintah untuk Anda dan tidak ada penolakan."

Sir Gareth pun membuang napasnya dengan kasar dan segera memandu rombongan untuk melewati portal. "Anda harus sampai di mansion Baron Reginald dalam keadaan utuh," ujar Sir Gareth untuk terakhir kalinya sebelum dia memasuki portal.

Duke Alaric mengeluarkan pedangnya, membuat benda logam itu memantulkan cahaya dari bulan. "Siapa nama Anda?" tanya Duke Alaric kepada seorang prajurit yang bersedia menemaninya.

"Anda bisa memanggil saya Thomas, Tuan," jawabnya dengan tegas.

"Sepertinya Anda belum berusia dua puluh tahun."

"Sebenarnya hari ini saya genap dua puluh tahun."

Duke Alaric tertawa sebentar dan beberapa anak panah melesat ke arahnya. Dengan sigap dia membelahnya. "Mohon kerja samanya Thomas, kita akan menyusul mereka secepat mungkin. Dan ... bagaimana menurut Anda jika kita membagi tugas? Saya akan mengurus mereka yang lari ke sebelah kanan, Anda mengurus yang lari ke sebelah kiri."

"Baik, Duke!" jawab prajurit muda itu dengan jantung yang berdebar kencang.

"Kita bertemu di sini, kembalilah dengan selamat, Thomas. Anda perlu menikmati hari-hari yang cerah." Duke Alaric pun pergi terlebih dahulu, dia memacu kudanya ke sebelah kanan di susul oleh Thomas yang memacu kuda ke sebelah kiri. Kini mereka berada di antara pohon dengan banyak ranting, daun-daun yang menghalangi cahaya bulan dan membuat sekitar mereka remang-remang.

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang