Bab 1 : Istirahatkan Mesin Perang Eldoria!

76 21 26
                                    

"Apa yang sedang kalian lihat?" Seorang wanita dengan rambut perak dan mata berwarna abu-abu tajam itu heran dengan beberapa pelayan istana yang asik berdiri di dekat area latihan.

Setelah mengetahui hal yang membuat para pelayan tersebut berhenti sejenak dari pekerjaan mereka, wanita tua itu menghela napasnya. Satu helaan napas itu mampu membuat para pelayan bergidik ngeri ... jika itu berkaitan dengan keponakan laki-lakinya.

"Ya-Yang Mulia, kami harus mengerjakan pekerjaan kami. Semoga keajaiban Eldoria melindungi setiap langkah Anda!" ujar salah satu pelayan dan segera pergi dengan tergesa-gesa bersama dengan rekan yang lain.

Wanita tua itu, Ratu Isabelle dari Eldoria mencoba mendekati keponakannya, keponakan yang paling dia kasihi. "Duke Alaric, beraninya Anda melakukan latihan tanpa izin dariku," ujar Ratu Isabelle kepada keponakan laki-lakinya,Duke Alaric dengan senyuman kaku dan raut muka marah.

Tubuh Duke Alaric membeku saat indra pendengaran miliknya menangkap suara Ratu Isabelle. Melemparkan pedang dan berbalik, Duke Alaric tersenyum kikuk dan menjawab, "Sebenarnya latihan ini seperti camilan, Bibi ... ma-maksud saya Yang Mulia! Maafkan kelancangan saya."

"Lalu di mana Sir Gareth? Biasanya kalian tidak bisa berpisah saat di istana," tanya Ratu Isabelle.

"Sir Gareth sedang membaca buku di kamarnya, haruskah saya-" Duke Alaric langsung menutup mulutnya sesaat setelah salah satu tangan Ratu Isabelle terangkat.

Dengan tatapan tajam, Ratu Isabelle menatap wajah keponakannya. "Segera ganti bajumu dan datanglah ke ruang makan, sebentar lagi makan malam akan siap. Ajak Sir Gareth juga dan tidak ada kata terlambat!" perintahnya kepada Duke Alaric.

Saat Ratu Isabelle pergi, barulah pria itu menghela napas lega. Sungguh menegangkan berhadapan dengan bibinya itu, apalagi saat sedang kesal atau marah seperti tadi. Duke Alaric pun membereskan area latihan dan bersiap untuk makan malam bersama Ratu.

Aneh. Satu kata yang mendeskripsikan pendapat Duke Alaric tentang dirinya saat menggunakan pakaian di istana. Pakaian itu terasa sesak, seolah akan robek jika dia mengayunkan pedang.

"Duke, Anda tidak akan berdiri di sana sampai makan malam selesai bukan?" Seorang pria dengan rambut dan mata berwarna coklat tua menyilangkan tangannya di depan dada.

"Sir Gareth, bagaimana kamu bisa nyaman dengan pakaian semacam ini?"

Pria tadi, yaitu Sir Gareth hanya menganggukkan kepalanya, lalu menarik tubuh Duke Alaric. Tidak peduli apakah pria itu memberikan protes atas rasa takutnya terhadap pakaian yang sedang dia kenakan. Lagipula, mereka berdua tidak boleh terlambat untuk datang ke ruang makan.

Sesampainya di ruang makan, Duke Alaric dan Sir Gareth dihadapkan dengan hidangan yang berbeda dibandingkan saat mereka berada di medan perang. Sudah terlihat jelas kalau daging di piring-piring itu mengepulkan uap yang lembut dengan aroma rempah yang samar-samar.

"Duke, saya tidak paham kenapa Anda sering mengeluh di sini," bisik Sir Gareth tidak melepaskan tatapannya dari daging tersebut.

Namun sebelum Duke Alaric membalas ucapan Sir Gareth, Ratu Isabelle memanggil namanya, "Duke Alaric."

"Ya, Yang Mulia!"

"Izinkan aku mengenalkan Lady Selena Ardentina kepadamu, dia adalah Lady yang membantuku dalam acara amal. Dan Lady Selena, izinkan aku mengenalkan keponakanku dan ksatrianya, Duke Alaric Valenwood dan Sir Gareth Eldric. Mereka lebih sering berada di perbatasan dan medan perang,khususnya Duke Alaric." Dengan lembut Ratu Isabelle mengenalkan ketiga orang tersebut.

"Duke Alaric, Sir Gareth, saya Selena Ardentina, senang bertemu dengan Anda." Suara tenang dan lembut seorang gadis menyusul setelah Ratu Isabelle selesai bicara. Dari sebrang meja, Duke Alaric menatap gadis yang baru saja menyapa, Lady Selena.

"Senang bertemu Anda, Lady," balas Duke Alaric dan Sir Gareth bersamaan.

Makan malam pun segera berlangsung dan hanya suara dentingan alat makan yang terdengar. Membosankan dan canggung untuk Duke Alaric yang menghabiskan lebih banyak waktu di perbatasan yang makan sembari mengobrol dengan prajuritnya. Dan betapa susahnya pria itu menahan mulutnya untuk melakukan satu pekerjaan, yaitu mengunyah makanan.

Plak

"Gareth, apel itu milikku."

Dalam sekejap, semua mata menatap Duke Alaric yang baru saja menghentikan Sir Gareth untuk tidak mengambil satu-satunya apel di meja makan.

Sial, aku melakukan kesalahan!

Sementara itu Lady Selena yang duduk di sebrang mengalihkan pandangannya dari Duke Alaric ke sebuah mangkuk yang berisikan buah-buahan. "Oh, Yang Mulia, maafkan saya yang tidak berhati-hati. Sepertinya Pippin mengambil hampir semua apel di meja," ujar Lady Selena.

"Pi-Pippin?" ulang Duke Alaric dengan wajah penuh pertanyaan.

"Pippin adalah teman saya, dia seorang peri dan sangat suka dengan apel," jawab Lady Selena memberikan penjelasan.

Rasa khawatir yang sempat menguasai Ratu Isabelle pun lenyap saat melihat betapa baiknya percakapan singkat antara Duke Alaric dan Lady Isabelle. Sudah satu minggu penuh wanita tua itu diliputi perasaan khawatir berhubung Duke Alaric yang terus saja menolak permintaan untuk kembali ke ibukota.

Seorang pria yang hanya mementingkan daerah perbatasan dan melindungi kerajaan dengan berperang, membuat Duke Alaric dijuluki dengan 'Mesin Perang Eldoria' oleh musuh dan juga kerajaannya sendiri.

Terus menerus berada di perbatasan pastilah membuat Ratu Isabelle khawatir akan kondisi keponakannya. Apa makanan cukup? Apakah Duke Alaric terluka? Jika iya, seberapa parah luka yang diterima? Bagaimana dia beristirahat? Berapa lama dan apakah Duke Alaric benar-benar beristirahat?

Ratu Isabelle juga sangat berterima kasih kepada Sir Gareth yang bersedia membujuk Duke Alaric untuk kembali ke ibukota, meskipun dengan paksaan. Dan sekarang saatnya bagi sang ratu untuk menjebak Duke Alaric.

"Ehem, aku sangat senang melihat keakraban kalian di pertemuan pertama." Senyuman yang lembut menghiasi wajah Ratu Isabelle. "Bulan ini akan menjadi sibuk untuk acara amal, Duke. Aku memintamu untuk membantu Lady Selena memenuhi setiap agenda," lanjutnya.

Air wajah Duke Alaric langsung berubah pucat. Orang yang tidak terbiasa dengan kehidupan di ibukota harus menetap selama satu bulan, terlebih lagi berpartisipasi di acara amal?!

"Bibi, saya menolak! Saya ... saya tidak bisa memenuhi permintaan Anda!" ujar Duke Alaric dengan panik.

"Maaf sekali Duke Alaric, ini perintah," balas Ratu Isabelle masih dengan senyuman lembut.

"Tidak tidak, bagaimana orang seperti saya melakukan hal seperti itu. Anda pasti bercanda! Yang Mulia, kembalikan saya ke perbatasan segera!"

"Perintah adalah perintah. Lagipula apa Anda yakin akan disambut saat kamu kembali ke perbatasan, Duke?" Sir Gareth yang pandai membaca situasi segera menghentikan kepanikan Duke Alaric.

Atasannya itu menatap dirinya seolah mengatakan Maksudmu Bibi sudah merencanakan semuanya?! Sir Gareth hanya bisa tersenyum tipis, menerka-nerka kehidupan Duke di ibukota selama satu bulan.

Dengan perasaan yang puas, Ratu Isabelle memutuskan bahwa rencananya untuk membuat Mesin Perang Eldoria beristirahat berhasil!

The Duke's Restful HoursTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang