Di kantin, setelah bel pulang sekolah.
Amel berada di kantin. Dia di situ untuk bicara dengan Arsel. Dia ingin berterima kasih kepada Arsel karena tadi sudah membantunya dan membelanya.
Amel melihat Arsel sedang duduk di kedai siomay, menunggu pesanan. Dia pun turut memesan satu porsi siomay dan duduk di samping Arsel.
Arsel menatap Amel dengan kening mengernyit.
"Hai, Arsel," sapa Amel, bingung sekaligus canggung. Kebetulan kantin sedang sepi.
"Ada apa?" tanya Arsel dingin.
"Mmm, aku cuma mau bilang makasih buat yang tadi itu," jawab Amel.
Arsel melirik Amel sebentar, kemudian mengarahkan lagi matanya ke si tukang siomay yang sedang membuatkan pesanan mereka.
"Yeah, don't mention it," balas Arsel.
Untuk sesaat mereka sama-sama diam. Amel sempat membuang muka sambil menggigit bibirnya. Kecanggungan ini membuatnya tak nyaman.
Arsel, di sisi lain, berusaha menahan diri untuk tidak memandangi Amel secara terang-terangan. Aslinya, di balik sikapnya yang dingin itu, dia lumayan penasaran dengan si siswa baru bernama Amel Dzakarin ini.
"Oh, ya. Karena kamu udah bantu aku, gimana kalo aku traktir? Siomaymu biar aku aja yang bayar," tawar Amel.
Arsel akhirnya menoleh, menatapnya serius, lalu berkata, "Gue pesan 100 ribu loh. Emang lo ada duitnya?"
"Hah? 100 ribu? Buat apa kamu beli siomay sebanyak itu?" tanya Amel kaget.
Tiba-tiba saja Arsel tersenyum tipis. Amel menatapnya bingung.
"Just kidding. Orang gila mana yang beli siomay sampe 100 ribu?" ucap Arsel.
"Oalah. Kupikir betulan," balas Amel.
Tanpa disadarinya, Amel tersenyum. Arsel membalas senyumnya. Untuk beberapa detik mereka saling bertukar pandang.
Lama-lama pipi Amel merona merah. Dia pun memalingkan mukanya lagi. Kecanggungan tadi kembali menyerangnya.
"Btw, Mel, lo ada di pertandingan final kompetisi basket antar SMA tahun lalu, kan?" tanya Arsel tiba-tiba.
Amel langsung menatapnya lagi. "Lah, kok kamu tau? Kamu ngeliat aku di situ? "tanyanya.
"Ya, gue liat lo sama temen-temen lo," Jawab Arsel.
Amel memang ada di acara yang dimaksud Arsel tetapi dia tak melihat Arsel di sana.
Well, jangankan melihat Arsel, dia toh peduli pada orang-orang di sekitarnya. Amel ke acara itu untuk mengisi waktu luangnya saja. Dia ada di sana karena teman-temannya mengajaknya.
Pesanan siomaynya Arsel sudah siap. Mang Ujang, yang jualan, menyodorkannya pada Arsel. Arsel langsung menyantapnya tanpa menunggu pesanan Amel siap.
Lagi-lagi, kecanggungan menghampiri Amel. Dia tak tahu apa yang harus dikatakannya. Dia juga mulai menyesal telah memesan siomay di situ.
Dia sudah berterima kasih kepada Arsel dan Arsel sudah memberikan tanggapannya. Bukankah sekarang dia bisa pergi?
"Ketika hidup yang lo jalanin nggak ngasih apa yang lo mau, bukan berarti lo nggak pantes buat dapetin itu. Bisa jadi karena lo pantes dapetin yang lebih dari itu. Gue percaya lo bisa lewatin masalah lo, Mel," ujar Arsel tiba-tiba, di sela-sela mengunyah siomay.
Amel menoleh dan menatapnya lama. Kata-kata Arsel tersebut menyentuh hatinya, membuat dadanya terasa hangat. Sudah sangat lama dia tak mendengar seseorang berkata seperti itu padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Triangle Love
RomanceAmel Dzakarin menjadi sasaran perundungan di sekolah barunya. Arsel dan Raja yang datang membantunya justru menambah masalah Amel. Raja dan Arsel memperebutkan Amel, untuk mendapatkan hatinya. Kedekatan Amel dengan kedua pria tersebut, membuahkan pa...