Bangun, Yah! Ayah Kenapa?

8 1 1
                                    


Di era media sosial seperti saat ini, tersebar luasnya video seperti itu bisa berakibat fatal.

Jika sesuatu tak segera dilakukan, banyak pelanggan toko roti ayahnya akan hilang. Kalau sudah begitu, dari mana mereka akan mendapatkan uang?

Amel menggemeretakkan gigi. Dia tak habis pikir kenapa masalah terus saja datang mengganggunya.

Selesai menonton video tersebut, Amel membaca komentar-komentar yang ada.

"Anjir! Bisa-bisanya ada bangke cicak! Fix nggak akan gue beli lagi roti ini!"

"Penjual anjing! Jorok banget! Nggak ngotak!!"

"Kecewa gua! Kecewa banget!"

"Padahal enak loh roti ini. Tapi kalo ada bangke cicaknya gini sih siapa yang mau makan? Anjrit! Gua jadi pengen muntah!"

"Gua doain toko roti ini bangkrut dan pemiliknya jatuh miskin!"

Begitulah beberapa dari sekian banyak komentar yang ada. Mata Amel berair. Dadanya seperti kembali ditusuk-tusuk pisau panas.

Sejujurnya, Amel merasa bersalah. Dia tahu, dia yakin, Megan memposting video hoaks ini karena Chika yang menyuruhnya. Dan alasan Chika menyuruh Megan melakukannya tentu saja karena apa yang terjadi di sekolah tadi.

Air matanya akhirnya jatuh juga, mengalir deras di kedua pipinya. Bahunya gemetar saking kuatnya amarah yang dia tahan.

Melihat putri semata wayangnya menangis seperti itu, Melki ikut-ikutan marah. Tapi itu justru membuat dadanya sesak dan kepalanya pening.

"Ah..."

"Ayah kenapa?"

Amel melihat ayahnya memegang dada sebelah kiri, tampak kesakitan.

Melki punya penyakit jantung. Amel khawatir masalah review hoaks ini membuat penyakit jantungnya kambuh.

"Ayah harus istirahat. Nggak usah mikirin ini, ya. Nanti biar aku yang nyelesain. Sekarang Ayah aku anter ke kamar, ya," ajak Amel. Dia papah ayahnya itu ke kamarnya.

Beberapa lama kemudian, dia kembali, mengeluarkan ponselnya dan mencari-cari nomor telepon Megan di grup WA kelas.

Dia pun meneleponnya. Megan mengangkatnya di dering ketiga.

"Megan, maksud kamu apa bikin video kaya gitu?! Kenapa kamu fitnah ayahku sejahat itu?!" labrak Amel dengan nada tinggi.

"Apa sih lo? Berisik banget!" balas Megan.

"Aku minta kamu hapus video review-mu itu sekarang juga! Kamu juga harus bikin video klarifikasi, bilang kalo apa-apa yang kamu bilang di video itu nggak bener!"

"Kalo gua nggak mau?"

"Megan!"

"Lo pikir lo siapa, hah? Berani-beraninya lo nyuruh-nyuruh gua! Sadar woy! Lo itu bukan Chika!"

Kepala Amel terasa panas dan berat. Asap seperti mengepul dari ubun-ubunnya.

"Kalo kamu nggak ngelakuin apa yang kuminta, kamu bakal aku laporin ke polisi atas dugaan pencemaran nama baik!" ancam Amel.

Tanpa sepengetahuan Amel, Melki sudah berdiri di belakanganya. Dia langsung bangun saat mendengar Amel bicara dengan nada tinggi. Dia khawatir sesuatu terjadi pada satu-satunya keluarganya yang tersisa.

"Megan! Kamu denger aku, nggak? Cepet kamu bikin video klarifikasi itu!" desak Amel.

"Gue nggak mau!" bentak Megan. "Lo aja yang bikin kalo lo mau. Gua ragu juga sih bakal ada efeknya. Orang-orang nggak akan percaya sama anak tukang roti yang reputasinya udah hancur!"

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang