Shareloc Posisi Lo!

8 2 1
                                        


"Cowok brengsek!"

Arsel menarik tangan si pria bertato, lalu memelintirkannya ke belakang.

Bugh!

Pria bertato itu membangunkan singa tidur. Dengan aura yang dingin, Arsel melayangkan pukulan kepadanya. Pria bertato itu pun terjengkang.

"Anjing! Siapa lo? Berani-beraninya lo mukul gue!" sentak si pria bertato sambil bangkit berdiri.

Arsel mendengus kesal. Dia hampiri pria bertato itu dan memukulnya lagi, membuatnya terjengkang lagi.

Kali ini dia tak berhenti di situ. Ditendang-tendangnya si pria bertato sampai-sampai dia hanya meringkuk melindungi kepalanya.

"Ampun, Bang. Ampun," pinta si pria bertato akhirnya.

Arsel berhenti menendang si pria bertato. Dadanya kembang-kempis dan matanya menyala-nyala.

"Jawab jujur, siapa yang nyuruh lo? Gue tau lu udah ngikutin Amel dari tadi," kata Arsel dengan suara yang sangat dingin.

Si pria bertato bangkit terduduk, tapi dia tak berani menatap Arsel.

"Jawab! Jangan cuman diem kayak orang bego!" bentak Arsel.

Pria bertato itu tersentak, kemudian berkata dengan lemah, "Maaf, Bang. Saya... disuruh sama orang."

"Siapa? Dia pasti punya nama, kan?"

"Chika, Bang. Namanya Chika. Cewek."

Mata Arsel membulat. Dia sudah menduga ini. Tapi dia sedikit terkejut, tak mengira Chika bisa melangkah sejauh ini.

"Lu bilang nama orang yang nyuruh lo itu Chika? Cewek?" tanya Arsel sambil memelototi si pria bertato.

"Iya, Bang. Maaf, Bang. Saya cuma cari duit aja buat menuhin kebutuhan saya," jawab si pria bertato. Dia masih tak berani menatap mata Arsel.

Arsel menghela napas. "Ya udah sekarang lo pergi sana. Jangan pernah lo ganggu cewek ini lagi. Paham lo?" katanya.

"Paham, Bang. Sekali lagi saya minta maaf. Makasih bang. Permisi," balas si pria bertato.

Setelah berdiri, si pria bertato langsung lari terbirit-birit. Tak sekali pun dia menoleh.

Amel masih membeku di tempatnya. Sedari tadi dia tidak bergerak. Baru kali ini dia melihat sosok lain Arsel. Ketika Arsel menghajar si pria bertato itu, dia begitu menakutkan.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Arsel, menatapnya dan mendekatinya.

"Ah, ya. Aku nggak apa-apa sekarang. Tadi sih takut banget. Untung kamu dateng," jawab Amel.

Untung saja tadi si pria bertato itu belum sempat menciumnya. Amel bisa-bisa dihantui mimpi buruk berkepanjangan jika saja itu sampai terjadi.

"Syukur deh kalo lo nggak apa-apa. Sekarang lo mau ke mana? Balik ke rumah sakit?" tanya Amel.

Amel menatap Arsel bingung. Bagaimana bisa Arsel tahu kalau dia mau kembali ke rumah sakit? Apakah dia juga mengawasinya dari tadi? Sejak kapan?

Seakan bisa membaca isi kepala Amel, Arsel menjelaskan, "Tadi perasaan gue nggak enak, makanya gue diem-diem ngikutin lo pulang. Eh, tau-tau, ada ambulans dateng ke rumah lo."

Amel membuka mulutnya sedikit dan mengangguk-angguk. Penjelasan Arsel lumayan masuk akal.

"Ayah lo sakit apa, Mel? Gimana kondisinya sekarang? Aman?" tanya Arsel.

"Aman. Sekarang udah aman. Tadi sempat ditangani di IGD. Kena serangan jantung dia," jawab Amel.

Raut muka Arsel berubah serius. Dia tampaknya tak menduga kalau penyakit yang diderita ayahnya Amel separah itu.

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang