Aku Iri Sama Amel

1 0 0
                                    

"Lo ngapain di sini. Nguping?" tanya Seina sewot. Tatapannya pada Raja penuh permusuhan.

Tentu saja dia kenal Raja. Seperti halnya Arsel, Raja terkenal di sekolah berkat aktivitas ekskulnya.

"Apa yang mau kamu katakan pada Ibu, Raja? Apa benar kamu menguping dari tadi?" tanya Bu Dina.

Raja merespons pertanyaan Bu Dina dengan cengengesan, kemudian berkata, "Emm, ini, Bu, tadi saya disuruh ambil buku paket ke sini, terus saya nggak sengaja mendengar Ibu bicara soal Amel yang dituduh mencuri uang kas."

"Lalu? Urusannya dengan kamu apa, Raja?" tanya Bu Dina keheranan.

"Emm, saya nggak setuju kalau Amel dihukum, Bu," ujarnya sambil melebarkan senyum, raut wajahnya membuat Seina sebal.

Bu Dina mengernyitkan kening. Dia menatap Raja heran.

"Kenapa kamu nggak setuju? Saya menghukum Amel karena dia melakukan kesalahan. Karena kamu dari tadi menguping, mestinya kamu tahu kesalahan dia apa."

Raja menggelengkan kepala. Dia lalu menatap Seina, bertanya, "Gue tanya sama lo. Tadi, uang kas hilang di jam berapa?"

"Enggak tau. Tadi di jam istirahat gue liat udah enggak ada," jawab Seina ketus. "Paling ya dia ambil uang kas kelas pas yang lain lagi ke kantin."

Raja kembali menggelengkan kepala, kali ini sambil tersenyum miring. Dia kemudian menatap Bu Dina lagi dan berkata, "Di jam istirahat tadi, Bu, Amel berdua sama saya di kantin. Kami makan batagor. Ngobrol. Kayaknya enggak mungkin deh dia punya waktu buat ngelakuin itu."

Selanjutnya Raja melirik Seina dan tersenyum sinis, berkata, "Saya sih curiga, Bu, dia udah ngerencanain semua ini dengan baik. Tadi saya sempat mencari Amel ke kelas pas jam istirahat, dan saya melihat dia masukin sesuatu ke tasnya Amel."

Lengan Seina yang berada di bawah meja bergetar saat itu juga. Seina terlihat gugup. Bola matanya bergerak ke sana-sini.

"Seina, benar yang dibilang Raja barusan?" tanya Bu Dina, menatap Seina curiga.

Panik, Seina langsung geleng-geleng kepala. "N-nggak, Bu. S-saya nggak ngelakuin itu," ucapnya.

Kemudian dia memelototkan matanya pada Raja. "Apa si lo enggak jelas banget! Ya kali gue masukin uang itu ke tasnya Amel. Ngaco lo!"

"Bukannya lo emang ngelakuin itu?" Raja mengangkat sebelah alisnya.

"Nggak, ya! Gue nggak lakuin itu! Lo ada masalah apa sih sama gue, hah?"

Raja tersenyum miring, senang karena Seina terpancing. Dia bukan hanya memergoki Seina memasukkan sesuatu ke tasnya Amel di jam istirahat tadi. Dia juga merekamnya dengan ponselnya. Saat ini Seina masih bisa mengelak. Tapi setelah Raja menunjukkan rekaman itu pada Bu Dina, dia tak akan bisa mengelak lagi.

"Bu, usir Raja dong. Masa aku dituduh tanpa bukti begini," Seina mencoba menghasut Bu Dina.

Bu Dina menatap Raja dan menatapnya tajam. Katanya, "Raja, apa kamu punya bukti? Apa ada orang lain yang bisa jadi saksi atas apa yang kamu tuduhkan ke Seina barusan? Kalau nggak ada, silakan keluar. Ibu paling nggak suka sama siswa yang berbohong!"

Seina tersenyum miring, melirik Raja dengan sinis. Tapi Raja tak sedikit pun panik. Dengan santainya dia keluarkan ponselnya.

"Ini buktinya, Bu," kata Raja, menunjukkan rekaman video yang dimaksud tadi itu kepada Bu Dina.

Bu Dina menontonnya dengan muka serius. Pupil matanya membesar. Dia bahkan mengambil ponselnya Raja itu untuk menontonnya lagi dalam jarak yang lebih dekat. Setelah itu dia menatap Seina, memberi Seina tatapan penghakiman.

Triangle LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang