KALUT III

309 51 4
                                    

POV Milk

Sudah hampir satu bulan lebih aku terbaring di ranjang rumah sakit. Tubuhku juga perlahan mulai pulih, sebenarnya aku sangat ingin pulang, tapi Ayah Gun tetap bersikeras agar aku dirawat sampai benar-benar sembuh. Ah iya, aku mulai menerima tubuh ini meski masih sulit dan asing tapi aku berusaha untuk tetap hidup. Dan juga sosok bersayap itu tidak pernah muncul lagi, seolah menghilang entah ke mana. Mungkin tugasnya sudah selesai atau mungkin dia hanya menunggu di suatu tempat mengawasiku dari kejauhan, entahlah.

Sepertinya Gun si pemilik tubuh ini adalah anak yang baik. Dia memiliki ayah dan bibi yang sangat menyayanginya, berbeda jauh dengan hidupku dulu. Aku tumbuh sebatang kara setelah ayah dan ibuku meninggal ketika aku berumur lima tahun. Paman yang seharusnya merawatku malah mengambil semua harta peninggalan orang tuaku dan meninggalkanku di panti asuhan. Sejak saat itu, aku tidak pernah merasakan lagi yang namanya kasih sayang dari keluarga.

Namun, berada dalam tubuh ini, aku merasakan hangatnya cinta keluarga lagi. Ayah Gun begitu peduli, meski dia tinggal jauh diluar negeri untuk mengelola perusahaannya dan dia hanya tinggal bersama bibi Anong asisten rumah tangga yang memperlakukan Gun seperti anaknya sendiri. Ibu kandung Gun entah kemana, mereka tidak pernah menceritakan soal ibu Gun. Setiap aku bertanya mereka hanya menjawab "kami tidak tau".  

Sementara Gun disayangi keluarganya, aku hanya disayangi oleh teman-temanku. Aku rindu mereka, terutama satu orang yang sangat aku cintai. Sebelum kecelakaan ini, aku sedang dalam perjalanan untuk bertemu dengannya, tapi takdir berkata lain. Kecelakaan ini membuatku tidak sempat menemuinya dan sekarang mungkin aku tidak akan pernah bisa bertemu dengannya lagi. Aku menyesal tidak pernah mengungkapkan perasaanku padanya, aku terlalu takut dia akan risih dan menjauhiku.

---

Saat aku tenggelam dalam lamunan, pintu kamarku tiba-tiba terbuka. Seorang wanita masuk dengan tergesa-gesa memanggil nama Gun dan langsung memelukku. Tangan yang gemetar menyentuh wajahku seolah ingin memastikan bahwa aku benar-benar ada di depannya. Aku terdiam, membeku dalam pelukannya. Itu dia, wanita yang kucintai, yang tadi kuceritakan. Dia ada di sini, di hadapanku. Perasaanku campur aduk. Senang, bingung, sedih, semua bercampur menjadi satu. Di dalam tubuh ini, aku bukan lagi diriku yang dulu. Aku adalah Gun, bukan Milk. Tapi meski begitu, aku tidak bisa menahan perasaan ini, perasaan yang telah kupendam begitu lama. 

Dalam pelukan itu, aku merasakan kehangatan yang pernah hilang sesuatu yang membuatku ingin tetap bertahan hidup, meski dalam tubuh yang bukan milikku. Tapi bagaimana jika dia tahu? Apa yang akan terjadi jika dia tahu siapa aku sebenarnya?

"Apa aku harus memberitahunya? atau haruskah aku tetap diam dan menjalani hidup sebagai Gun dengan cinta yang tak pernah bisa kugapai?" pikirku dalam hati, sambil membalas pelukannya dengan erat.


- TBC -

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang