Sudah seminggu berlalu, tapi perasaan Love tidak kunjung tenang. Dia mencoba untuk menutupi kecurigaannya, mencoba menikmati kebersamaannya dengan Gun, tetapi semakin hari, perasaan itu semakin kuat. Ada sesuatu yang tak bisa diabaikan. Dan malam ini, Love merasa dia tidak bisa menunggu lebih lama lagi.
Love memandang buku di tangannya. Buku yang penuh dengan perasaan Milk. Buku yang dulu diberikan Namtan kepadanya. Love tahu, buku ini adalah kunci—kunci untuk mengungkap kebenaran yang selama ini dia rasakan. Tapi, bagaimana caranya untuk mengungkapkan kecurigaannya tanpa menuduh? Tanpa membuatnya tersudut.
Sekarang Gun lagi main dirumah Love. Love menuruni tangga dengan langkah hati-hati, mencari Gun di ruang tamu. Sesampainya di sana, dia melihat Gun yang sedang duduk di sofa, menonton televisi. Namun, kali ini, Love tidak melihat sosok Gun yang biasa dia kenal. Dia seperti melihat Milk, dengan caranya yang khas duduk dengan tenang penuh perhatian pada hal-hal kecil di sekitarnya.
Dengan langkah pelan, Love berjalan mendekat. Hatinya berdegup kencang, dan buku di tangannya terasa semakin berat. Saat tiba di depan Milk, dia menarik napas dalam-dalam, mencoba untuk menenangkan dirinya.
"Gun, aku mau bicara," ucap Love, suaranya bergetar sedikit, tapi ia berusaha terdengar tenang.
Milk mematikan televisi, lalu menoleh padanya dengan alis sedikit terangkat. Dia bisa merasakan sesuatu yang berbeda dari nada suara Love. Ada ketegangan, ada keseriusan yang membuat Milk sedikit gugup.
"Iya, ada apa, Love?" jawab Milk, berusaha terlihat tenang, meski di dalam hatinya ia merasa cemas.
Love duduk di sampingnya, masih menggenggam buku itu dengan erat. Dia menatap buku itu sejenak sebelum menyerahkannya kepada Milk.
"Ini... ini buku punya Milk, yang Namtan kasih waktu itu." suaranya terdengar pelan dan hati-hati.
Milk merasakan darahnya berdesir saat melihat buku itu. Buku catatan pribadinya, tempat dia mencurahkan semua perasaannya tentang Love. Seketika itu juga, hatinya terasa seperti berhenti berdetak. Love sudah membacanya. Dia sudah tahu tentang perasaannya.
Love menarik napas pelan. "Aku sudah membacanya," kata Love, matanya mulai berkaca-kaca. "Aku tahu tentang perasaan Milk padaku, tentang bagaimana dia selalu ada untukku bahkan ketika aku nggak menyadarinya."
Milk terdiam, tak tahu harus berkata apa. Di dalam dirinya, ada keinginan untuk segera mengakui semuanya. Ingin mengatakan bahwa dia adalah Milk, bahwa dia masih mencintai Love seperti dulu. Tapi, bagaimana caranya mengungkapkan sesuatu yang begitu... mustahil?
Love memandangnya dengan serius, mata mereka bertemu. "Selama ini, aku merasa ada yang beda sama kamu, Gun. Kamu nggak seperti Gun yang dulu, dan semakin lama... aku merasa seperti aku bersama Milk, bukan bersama Gun, pacarku sendiri."
Kata-kata itu seperti menusuk hati Milk. Dia ingin sekali meraih tangan Love, memeluknya, mengatakan bahwa semua yang Love rasakan adalah benar. Bahwa Milk masih di sini, bersamanya. Tapi ketakutan akan reaksi Love membuatnya terdiam.
Love menatap Milk lebih dalam, suaranya semakin lembut namun penuh harapan. "Aku cuma mau kamu jujur, Gun. Kenapa kamu bisa berubah 180° dari sifat kamu yang dulu? Ada sesuatu yang kamu sembunyiin dari aku, kan? "
Milk menelan ludah, mencoba mencari kata-kata yang tepat. Dia tahu ini adalah saatnya untuk mengungkapkan segalanya, tapi bagaimana dia bisa melakukannya tanpa menghancurkan perasaan Love?
"Aku..." Milk terdiam sejenak, suaranya gemetar. "Aku nggak tahu harus mulai dari mana."
"Mulai dari yang sebenarnya, Gun," jawab Love, matanya dipenuhi air mata yang ia tahan. "Aku cuma ingin tahu kebenarannya."
Milk merasa hatinya semakin berat. Semua yang dia sembunyikan selama ini terasa seperti beban yang tak lagi bisa ia tanggung. Akhirnya, dia tahu dia harus berkata jujur.
"Love... kamu harus tahu sesuatu," suara Milk terdengar sangat pelan, hampir seperti bisikan. "Selama setahun terakhir ini, aku... aku bukan Gun. Aku Milk. Aku nggak tahu kenapa ini bisa terjadi, tapi aku terjebak di tubuh ini."
Love terdiam, tubuhnya membeku sejenak. Kata-kata Milk terasa begitu aneh, begitu mustahil, tapi di saat yang sama, perkataan itu sangat masuk akal. Semua perasaan aneh yang dia rasakan selama ini mulai terhubung. Perlahan, air mata mulai mengalir di pipinya.
"Apa... kamu bilang?" suaranya hampir tak terdengar.
Milk menunduk, merasa sangat takut. "Aku tahu ini sulit untuk dipercaya, tapi aku benar-benar Milk. Aku selalu mencintaimu, Love, sejak dulu. Dan perasaanku nggak pernah berubah. Tapi... aku nggak tahu harus gimana bilang ini ke kamu."
Love menatap Milk dengan mata yang basah, hatinya berkecamuk. Semua kecurigaan, kebingungan, semuanya sekarang terasa begitu nyata. Namun, dibalik itu semua, ada rasa sakit yang mendalam.
"Jadi... Gun yang sebenarnya, dia dimana?" tanya Love, suaranya semakin bergetar.
Milk menelan ludah, merasa sesak. "Aku nggak tahu, Love. Aku... aku cuma tahu kalau jiwa Gun sudah nggak ada di sini. Aku nggak tahu dia ada di mana, atau apakah dia bisa kembali."
Love menarik napas dalam-dalam, tapi isakannya pecah, tak bisa lagi ditahan. "Kenapa kamu nggak bilang dari awal? Kenapa kamu biarkan aku terus percaya kalau Gun masih ada, sementara sebenarnya dia udah pergi?"
Milk tidak tahu harus berkata apa. Rasa bersalah menghantamnya keras. "Aku takut... Aku takut kamu bakal benci sama aku. Aku nggak mau kehilangan kamu, Love."
Love menangis, menutupi wajahnya dengan tangan. "Aku nggak tahu harus gimana... Aku nggak tahu aku bisa percaya lagi sama kamu atau engga ."
Tanpa berkata-kata lagi, Love bangkit dari sofa dan berjalan menuju kamarnya.. Dia berhenti di ambang pintu, menoleh ke arah Milk dengan tatapan penuh kesedihan.
"Gun... maksudku, Milk, atau siapa pun kamu yang ada di dalam tubuh pacarku. Aku nggak tahu apakah aku masih bisa percaya lagi sama omongan kamu atau nggak. Untuk sekarang, tolong pergi dari sini. Aku butuh waktu.. buat menerima ini semua," ucapnya pelan, sebelum akhirnya meninggalkan Milk sendiri di ruang tamu, tenggelam dalam kebingungan dan rasa sakit.
- TBC -
Jangan lupa pencet ⭐️ ya guys, makasih 🫶
![](https://img.wattpad.com/cover/375884326-288-k790159.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
KALUT
FanfictionSetelah kecelakaan tragis, seorang wanita terbangun dalam tubuh pria yang tidak dikenalnya. Dalam kebingungan dan kecemasan, dia menyadari bahwa pria yang tubuhnya sekarang dia huni adalah kekasih dari orang yang sangat dia cintai. Kini, dia harus m...