KALUT XIII

288 49 3
                                    

Saat malam hari di rumah Love, Milk duduk di balkon sambil memandang bintang-bintang di langit. Pikirannya melayang jauh, terjebak dalam lamunan tentang bagaimana dia ingin memberitahu Love bahwa dia sebenarnya adalah Milk. Namun, ada ketakutan yang besar-bagaimana jika Love tidak bisa menerima fakta yang tidak masuk akal ini?.

Saat masih dalam lamunan tiba-tiba, Milk merasakan pelukan hangat dari belakang.

"Kamu lagi liat apa?" tanya Love dengan suara lembut, membuat Milk terkejut dan tersadar dari lamunannya.

Milk tersenyum kecil, mencoba menutupi kegugupannya. "Liat langit yang begitu indah," jawabnya pelan. Kemudian, dengan suara yang tanpa sadar, dia bertanya, "Kamu kalau lagi stress masih suka liat bintang nggak?".

Love sedikit heran mendengar pertanyaan itu. "Kok kamu bisa tau sih, aku suka lihat bintang kalau lagi stress?" tanyanya, wajahnya penuh tanda tanya. "Aku nggak pernah cerita soal itu ke kamu loh?".

DEG DEG DEG DEG

Milk merasakan jantungnya berdebar kencang. Dia lupa bahwa dulu dia sendiri lah yang menyarankan hal itu kepada Love. Dengan gugup, Milk tergagap-gagap.

"Eh... aku... aku cuma nebak aja. Mungkin... mungkin karena aku juga suka liat bintang kalau lagi banyak pikiran," katanya dengan canggung, berharap Love tidak semakin curiga.

Namun sebelum Love bisa menanyakan lebih lanjut, ponselnya berbunyi. Milk menghela napas lega, merasa bersyukur bahwa sesuatu telah mengalihkan perhatian Love dari kecerobohannya barusan.

Love mengangkat telepon, dan suara dari seberang sana terdengar akrab. "Oh, Namtan! Apa kabar? Udah lama kita nggak ketemu," sapa Love dengan riang.

Milk merasa hatinya tercekat mendengar nama itu. Namtan adalah sahabat dan teman serumah Milk dulu, Namtan juga orang yang selalu mendengarkan semua keluh kesahnya, termasuk tentang perasaannya pada Love.

"Ketemu lusa? Main bareng? Boleh, boleh," kata Love sebelum menutup telepon.



---



Lusa kemudian

Love sudah ada di restoran favorit Milk bersama Gun (Milk) dan Namtan. Suasana restoran yang hangat dan penuh kenangan membuat Milk terdiam, membiarkan Love dan Namtan berbincang ringan.

"Oh iya aku lupa ngenalin kalian. Gun, ini Namtan temen deket Milk. Namtan, kenalin ini Gun pacarku," kata Love memperkenalkan mereka.

"Senang kenalan sama lu, Gun," kata Namtan dengan ramah, dan mereka bersalaman.

Sementara itu, Milk hanya bisa diam memperhatikan Love dan Namtan yang sedang mengobrol, membicarakan kenangan bersama dirinya dulu. Ada rasa rindu yang mendalam pada sahabatnya itu. Di dalam hati, Milk berandai-andai bisa dekat lagi dengan Namtan dan membicarakan semua yang telah terjadi. Dia tahu, Namtan pasti akan mendengarkan dan mempercayainya. Karena dulu Namtan suka dengan hal yang tak masuk akal. Tapi sayangnya dia tak berani untuk melakukan itu.

Namun, lamunan Milk buyar ketika Love menyenggolnya. "Gun, Namtan mau pamit pulang dulu."

Saat Namtan akan berpamitan, Milk tiba-tiba melihat sesuatu yang membuatnya terkejut-Namtan memberikan sebuah buku kecil dan gelang buatannya kepada Love. Milk tau barang-barang itu. Buku itu adalah tempat dia menulis semua isi hatinya dan gelang itu, yang dia buat sendiri, yang seharusnya diberikan kepada Love saat ulang tahunnya nanti.

"Namtan...," gumam Milk dengan perasaan campur aduk. Dia heran bagaimana Namtan bisa menemukan barang-barang itu, padahal dia sudah menyembunyikannya dengan hati-hati.

Love mengambil barang-barang pemberian Namtan dengan perasaan terharu. "Wah, ini... terima kasih, Namtan. Kamu masih suka perhatian," kata Love sambil tersenyum. Saat Love akan membuka buku itu untuk melihat isinya,

"Jangan!" seru Milk, tanpa sadar sambil merebut buku itu dari tangan Love.

Love dan Namtan terkejut melihat reaksi Milk yang panik. "Gun, kamu kenapa?" tanya Love dengan alis terangkat, bingung dan sedikit marah. Namun, sebelum Love bisa berkata lebih jauh, Namtan memandang Milk dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Ada sesuatu dalam tatapan Namtan yang membuat Milk merasa terpojok.

"Aku cuma... nggak suka kalau ada yang lihat buku pribadi orang lain," dalih Milk, mencoba mengendalikan situasi, tapi suaranya terdengar tidak meyakinkan.

Namtan hanya tersenyum samar, lalu berpamitan. "Kalau gitu gua pulang dulu ya, Love, Gun. Senang bisa ketemu kalian," katanya sebelum pergi.

Begitu Namtan pergi, Love menatap Milk dengan tatapan penuh tanda tanya. "Gun, kamu kenapa sih? Kenapa kamu sampai merebut buku itu? kamu cemburu ya?" tanya Love dengan nada setengah bercanda, tapi ada kekhawatiran dalam suaranya.

Milk hanya bisa menunduk, sambil menahan semua emosinya. "Mungkin... aku cuma nggak mau kamu terlalu dekat sama orang lain," jawabnya pelan, mencoba tersenyum, tapi senyum itu terasa berat.

Love sedikit marah, tapi lebih karena kebingungan. "Ya ampun, Gun. Kamu aneh banget," katanya sambil menghela napas, meski dalam hatinya dia masih merasa ada yang tidak beres. Tapi dia memutuskan untuk tidak memperpanjang masalah, berpikir mungkin Gun hanya sedang cemburu.

Namun, di balik semuanya, baik Love maupun Milk tahu bahwa sesuatu telah berubah. Dan perubahan itu, entah bagaimana, membuat jarak antara mereka terasa semakin dekat, meski dihiasi oleh rahasia dan kebingungan yang belum terpecahkan.










- TBC -



Jangan lupa pencet ⭐️ ya guys, makasih 🫶

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang