KALUT XXII - END

212 36 7
                                    


Milk merasa dirinya berada di tempat yang aneh, ia dikelilingi oleh kegelapan. Tiba-tiba, udara di sekitarnya terasa dingin. Angin lembut berhembus, membawa aroma bunga yang tidak familiar. Milk mendongak dan di sana, berdiri sesosok bersayap dengan sayap berwarna putih berkilau. Sosok itu tampak sama seperti yang dilihat Milk sebelumnya, penuh cahaya dengan tatapan lembut namun tegas.

"Bagaimana kehidupanmu selama satu tahun ini?" tanya sosok bersayap itu, suaranya lembut seperti perpaduan alunan musik dan bisikan angin.

Milk menatap sosok itu dengan bingung dan putus asa. "Kehidupanku...? Aku tidak tahu... Aku mencoba menjadi Gun, dan menjaga Love, tapi... pada akhirnya aku gagal. Aku telah merusak kepercayaannya. Aku takut dia akan tahu siapa aku sebenarnya dan meninggalkanku. Tapi, saat aku memilih jujur padanya, Love tetap memilih untuk menerimaku."

Sosok bersayap itu menatapnya dengan penuh pengertian. "Mengapa kamu memilih untuk jujur?"

Milk menundukkan kepalanya, merasa berat untuk menjawab. "Karena aku takut... Aku takut jika terus berbohong, aku akan kehilangan segalanya dan termasuk kehilangan Love."

Sosok itu berjalan mendekat, dengan lembut mengangkat dagu Milk agar bisa menatap matanya. "Cinta yang sejati adalah tentang kejujuran. Kamu, Milk, berhak mendapatkan cinta yang tulus, bukan yang dibangun di atas kebohongan."

"Apa yang kulakukan pada Love sudah benar?" tanya Milk, masih ragu.

Sosok bersayap itu mengangguk perlahan. "Hanya dengan kejujuran, kamu bisa menemukan jalan yang benar. Keputusanmu sudah tepat, Milk. Kamu sudah berani jujur pada dirimu dan orang lain. Sekarang saatnya kamu kembali ke realitas, Milk. Semua yang kau alami di sini hanyalah ilusi dari pikiranmu."

"Hah? Hanya ilusi? apa maksudmu, apa yang sebenarnya terjadi?" Milk bertanya, heran.

Sosok bersayap itu memegang tangannya dengan lembut. "Kamu harus bangun. Semua yang kamu rasakan ini, hanya ada di dalam pikiranmu. Kembali lah ke dunia nyata mu, Milk." Sosok putih bersayap itu kemudian membawa Milk keluar dari alam bawah sadarnya.

---

Kenyataannya, Milk mengalami kecelakaan hebat saat dia akan pergi ke kampus. Ternyata, kecelakaan itu bukan disebabkan oleh alasan yang dia ceritakan sebelumnya, melainkan akibat dari tindakan pamannya sendiri yang sengaja menabraknya untuk merebut harta ayahnya yang masih terdaftar atas nama Milk.

Selama koma, Milk telah mengalami berbagai perasaan dan situasi yang membuatnya merasa dia hidup dalam dunia yang berbeda. Dia menyadari bahwa dia menyukai Love, tapi dia juga tahu bahwa dia tidak bisa memilikinya karena Love sudah memiliki kekasih, yaitu Gun. Milk merasa iri karena Gun memiliki keluarga yang hangat dan juga Love yang mencintainya bukan hanya sekadar sahabat.

---

Milk terbangun dari tidur panjangnya, suara mesin-mesin rumah sakit dan cahaya yang terlalu terang membuatnya pusing. Kepalanya terasa berat dan kesadarannya berangsur-angsur kembali, teriakan orang-orang memanggil dokter membuatnya merasa dejavu. Saat matanya fokus, dia melihat Namtan dan Cizee berdiri di samping ranjangnya, wajah mereka penuh kekhawatiran.

"Milk, akhirnya lu bangun!" seru Namtan, air matanya mengalir lega.

Namtan dan Cizee, melihat Milk yang masih diam dan tidak merespons, mulai panik. Cizee bertanya, "Milk, kamu gapapa? masih ada yang sakit?"

Milk mencoba berbicara, tetapi hanya suara serak yang keluar. "Apa yang terjadi?"

Cizee mendekat, memegang tangan Milk. "Kamu mengalami kecelakaan, Milk. Kamu sudah koma selama lebih dari setahun."

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang