KALUT VIII

239 47 3
                                    


Pagi ini, Milk yang berada dalam tubuh Gun, sudah berdiri di depan rumah Love. Seminggu terakhir ini ia membuat keputusan untuk mengantar dan menjemput Love setiap hari. Sebenernya waktu pulang dari rumah Love bulan lalu, Milk berencana menjauhi Love lagi, karena ia merasa bersalah telah berbohong. Namun, setelah melihat Love yang selalu nangis dan memohon agar tidak ditinggalkan membuat Milk berubah pikiran. Akhirnya, ia memutuskan untuk melanjutkan hidup sebagai Gun kekasih Love. Dalam hatinya, Milk merasa ini adalah cara untuk tetap merasakan cinta dari Love, meskipun tidak jadi dirinya sendiri.

Saat Love keluar dari rumah dan melihat Milk dengan motor, ia tersenyum. Namun, di dalam hatinya ada rasa aneh yang tak bisa diabaikan. Gun biasanya akan menjemputnya kalau dia yang minta dan juga biasanya Gun akan membawa mobil karena ia tidak bisa mengendarai motor. Tapi Love memilih untuk mengesampingkan rasa aneh itu.

"Selamat pagi, Gun!" sapa Love dengan senyum hangat.

"Pagi Love. Udah siap buat berangkat?" Milk mencoba tersenyum, meskipun hatinya masih diliputi keraguan.

Love mengangguk. "Gun, kenapa sekarang kamu jemput aku pakai motor, bukannya kamu nggak bisa nyetir motor ya?"

Milk terdiam sejenak, ia merasa panik. Namun, ia mencoba untuk tetap tenang. "Hmm.. iya, sebulan kemarin aku udah mulai belajar nyetir motor. Tapi sekarang aku udah lancar kok. Kamu tenang aja," jawabnya sambil memaksakan senyum, mencoba menenangkan Love meskipun dalam hati dia merasa cemas karena baru mengetahui bahwa Gun tidak bisa mengendarai motor.

Love tampak masih ragu, tapi dia mengangguk dan naik ke motor. "Oke, aku percaya sama kamu, tapi hati -hati ya bawa motornya," ujarnya sambil merangkul pinggang Milk dengan erat.

Milk mengangguk, merasa lega karena Love tidak terlalu curiga. "Siap kapten. Yuk, berangkat!"

Dengan itu, mereka pun berangkat ke kampus, Milk mengendarai motor dengan hati-hati, sementara Love memeluknya dari belakang. Meskipun Milk tahu ini bukan situasi yang ideal, ia berusaha untuk menikmati momen-momen ini, setidaknya selama ia masih bisa menjadi bagian dari kehidupan Love walaupun dalam tubuh orang lain.

---

Dalam perjalanan menuju kampus, angin pagi yang sejuk berhembus pelan, membuat perjalanan terasa tenang dan nyaman. Love memeluk pinggang Milk dengan erat, seolah ingin memastikan bahwa orang yang ia cintai ini tetap berada di sisinya. Milk bisa merasakan kehangatan dari pelukan Love dan meski hatinya masih dipenuhi rasa bersalah, ada perasaan tenang yang perlahan tumbuh di dalam dirinya.

Di sepanjang jalan, Love dan Milk terlibat dalam percakapan ringan. Mereka membicarakan hal-hal kecil, mulai dari tugas kuliah hingga rencana liburan akhir pekan. Milk yang masih belajar menyesuaikan diri dengan peran sebagai Gun, berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi pendengar yang baik. Setiap kali Love tertawa, Milk merasa hatinya sedikit lebih ringan.

Setelah beberapa waktu, mereka tiba di kampus. Milk memarkir motor dan membantu Love turun. Saat Love melepaskan helmnya, ia tersenyum manis ke arah Milk.

"Makasih ya udah jemput aku hari ini. Aku seneng banget kita bisa kayak gini lagi, Dulu kamu harus dipaksa dulu baru mau anter jemput aku" ucap Love sambil menggenggam tangan Milk dengan lembut.

Milk menelan ludah, mencoba menahan emosi yang bercampur aduk. Ia hanya bisa tersenyum dan mengangguk. "Aku juga ikut seneng, Love."

Mereka berjalan berdampingan menuju kelas. Di sepanjang koridor, beberapa teman love menyapa dan Love dengan bangga memperkenalkan Milk sebagai pacarnya. Meskipun di dalam dirinya Milk merasa canggung, ia tetap berusaha menunjukkan senyum ramah kepada semua orang.

Saat mereka hampir sampai di kelas, Love tiba-tiba berhenti dan menarik Milk ke sudut yang lebih sepi. Milk terkejut dan bertanya, "Kenapa, Love? Ada apa?"

Love menatap Milk dalam-dalam, seolah ingin memastikan sesuatu. "Gun, aku tahu kamu sedang berusaha keras untuk kita. Tapi aku cuma mau kamu tau kalau aku sangat menghargai itu. Aku minta maaf kalau dulu aku sering nuduh kamu yang macem-macem, tapi mulai hari ini aku akan coba untuk mempercayaimu lagi."

Milk tertegun, merasa ada sesuatu yang hangat mengalir dalam hatinya. Ia menggenggam tangan Love lebih erat, lalu berkata dengan suara yang pelan, "Love, yang penting sekarang kita udah bersama di sini. Aku juga minta maaf kalau aku pernah membuat kamu merasa curiga dan nggak nyaman."

Love tersenyum lembut, dan tanpa berpikir panjang, ia mendekatkan wajahnya ke arah Milk, memberikan ciuman singkat di bibirnya. "Aku sayang kamu, Gun," bisiknya.

Milk merasa jantungnya berdegup kencang dan ia terdiam memegang bibirnya.

"Gun? Kenapa kok diem?" Tanya love heran.
Panggilan dari love membuat Milk tersadar dan ia tidak tau bagaimana harus merespon, tapi satu hal yang pasti, ia sangat senang dan juga sangat merindukan Love. "Aku juga sayang kamu, Love," jawab Milk akhirnya, meskipun dalam hatinya, ia tahu bahwa kata-kata itu datang dari Milk, bukan Gun.

Mereka berpisah di depan kelas Love. Milk melanjutkan langkahnya menuju kelasnya dengan perasaan campur aduk dan mencoba fokus pada materi meski pikirannya terus berputar.

---

Setelah kelas selesai, Milk merasa rindu pada Love dan memutuskan untuk menyusulnya ke kantin. Saat sampai di sana, dia terkejut saat melihat Love yang lagi kumpul bareng sama sahabat Milk, mereka terlihat tertawa dan bercanda seperti biasa. Rasa ragu menghampiri Milk, tetapi Love menyadari keberadaannya dan memanggilnya dengan senyuman yang begitu hangat.

Dengan hati yang berdebar, Milk melangkah dan mendekati meja Love. Saat ia melihat wajah sahabatnya satu per satu, kenangan masa lalu langsung membanjiri pikirannya. Rasa rindu yang mendalam membuatnya ingin menangis dan memeluk mereka, tapi ia segera tersadar bahwa dirinya sekarang adalah Gun, bukan Milk. Tidak mungkin dia bisa kembali seperti dulu.

Love menepuk kursi di sebelahnya, mengajak Milk duduk. "Ayo, Gun! Gabung sama kita," katanya dengan senyuman yang mengingatkan Milk pada masa-masa indah mereka dulu. Milk tersenyum tipis dan duduk di samping Love, berusaha menutupi perasaan yang berkecamuk di dalam dirinya.

Love dan sahabatnya mulai bercanda dan berbincang, membuat suasana semakin ramai. Namun, di dalam hati Milk merasakan kekosongan yang sulit diungkapkan. Dia menatap Love yang sedang tertawa lepas, dan untuk sesaat, Milk merasa seolah-olah semuanya kembali seperti semula-seperti saat dia masih menjadi Milk. Tapi kenyataan segera menamparnya, membuatnya tersadar bahwa hidupnya kini berbeda.

Meski begitu, Milk selalu berusaha untuk menikmati momen ini. Dia tertawa bersama mereka, mendengarkan cerita-cerita yang pernah ia tau. Setidaknya, dengan tetap berada di sisi Love sebagai Gun, Milk bisa merasakan sedikit kebahagiaan yang tersisa dari kenangan lama.

Di akhir makan siang, saat mereka semua mulai selesai, Love berbisik kepada Milk, "Makasih ya kamu udah di sini. Aku senang kamu sudah mulai memperbaiki sikapmu."

Milk hanya bisa tersenyum, meskipun di dalam hatinya ada rasa penasaran juga rasa getir. Dia tahu bahwa meski fisiknya kembali bersama Love, tapi jiwanya tetap terpisah jauh. Tapi untuk saat ini Milk memutuskan untuk menghargai setiap momen kecil yang dia dapatkan bersama Love, meskipun dalam bentuk yang berbeda.






- TBC -





Jangan lupa pencet ⭐️ ya guys, makasih 🫶

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang