KALUT X

316 57 4
                                    

Keesokan harinya Milk tidak ingin konflik yang terjadi kemarin semakin memperburuk hubungan mereka. Dia tau bahwa dia harus segera melakukan sesuatu untuk membujuk Love dan memastikan bahwa hubungan mereka akan baik-baik saja.

Saat sore tiba, Milk menjemput Love seperti biasa. Setelah menatap Love sejenak, Milk akhirnya berani untuk memulai pembicaraan, "Love, soal kemarin... Aku ingin kita melupakan hal itu. Aku nggak bermaksud bikin kamu merasa nggak nyaman."

Love, meski masih sedikit canggung, mengangguk pelan. "Aku juga minta maaf. Mungkin aku yang terlalu sensitif."

Milk tersenyum, mencoba menghilangkan ketegangan. "Gimana kalau kita pergi ke tempat yang kamu suka aja? Aku pikir itu bisa bikin kita lebih santai."

Love setuju, meski ada sedikit keraguan di wajahnya. "Oke, tapi kita mau ke mana?"

Tanpa berpikir panjang, Milk langsung menyebutkan tempat yang sering dia dan Love kunjungi dulu. "Gimana, kalau kita ke tempat ramen Dorami yang ada dipertigaan itu?" Saat menyadari ucapannya, seketika Milk merasa panik. Namun, Love terlihat bingung.

"Ramen Dorami?" tanya Love, alisnya terangkat heran. "Sejak kapan kamu tau tempat itu?"

Milk cepat-cepat mencoba menutupi kesalahannya. "Oh, eh, aku pernah dengar kamu cerita tentang itu... Mungkin dari teman-teman kamu. Aku pikir kamu suka tempat itu, jadi aku ngajak kamu ke sana."

Love menatapnya dengan curiga sesaat, tapi akhirnya mengangguk. "Oh.. mungkin aku lupa, oke, kita ke sana aja."

---

Mereka pun berangkat ke tempat yang dimaksud. Saat tiba, Love tampak sedikit melamun, mungkin karena tempat itu mengingatkannya pada kenangan bersama Milk. Di sisi lain, Milk berusaha keras untuk tetap tenang, meski hatinya terasa berdebar kencang.

Mereka duduk di meja yang biasa mereka pilih dulu. Setelah makanan tiba, Milk dengan refleks mengambil tisu dan mengelap alat makan Love sebelum menyerahkannya.

Love terdiam sejenak, matanya mengamati Gun dengan serius. "Gun... sejak kapan kamu kaya gini?" tanyanya pelan, mengingat kebiasaan ini selalu dilakukan oleh Milk setiap kali mereka makan bersama.

Milk merasakan kegugupan menjalar. "Uh, aku cuma... ya, nggak ada salahnya kan kalau aku bersikap lebih perhatian? Lagi pula, ini sendoknya juga agak kotor, jadi aku bersihin sebelum pacarku makan pakai sendok ini, nanti kalau kamu sakit perut kan aku yang repot harus nyari wc, hehe."

Love tersenyum kecil, tapi di dalam pikirannya, ia merasa ada yang tidak beres. Kebiasaan ini sangat khas Milk, dan semakin Gun melakukan hal-hal yang mirip dengan Milk, semakin Love merasa aneh. Namun, ia mencoba untuk mengabaikannya, mungkin hanya karena dia sangat merindukan Milk sehingga dia mulai melihat sosok Milk di dalam diri Gun.

Makanan mereka tiba, dan Milk mencoba melanjutkan percakapan dengan nada lebih ceria. "Rasa ramen nya masih enak, ya?" katanya sambil tersenyum, berusaha membuat Love lebih nyaman.

Love mengangguk heran, tapi pikirannya masih dipenuhi oleh Milk. Dia merasa bersalah karena, di saat bersama Gun, kenangan tentang Milk terus menghantui pikirannya. Love menghela napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan rasa bersalah itu.

"Aku rasa kamu benar," kata Love pelan. "Mungkin aku dulu terlalu sering membandingkan kamu sama Milk. Maaf-in aku, ya Gun."

Milk tersenyum, meski hatinya terasa perih mendengar itu. "It's okay, Love. Aku nggak masalah, kok. Aku ngerti kamu masih butuh waktu."

Love mengangguk, mencoba untuk percaya bahwa yang ada di depannya adalah Gun, bukan bayangan Milk. Namun, perasaan aneh itu terus mengganggu pikirannya, membuatnya semakin ragu pada perasaannya sendiri.

Mereka melanjutkan makan dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikiran mereka sendiri. Milk berusaha keras untuk tetap terlihat seperti Gun, sementara Love berusaha menenangkan hatinya yang selalu teringat pada sosok Milk. 







- TBC -



Jangan lupa pencet ⭐️ ya guys, makasih 🫶


KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang