KALUT V

230 44 2
                                    

Milk POV

Sudah satu minggu sejak aku pulang dari rumah sakit. Dokter akhirnya meyakinkan ayah bahwa kondisiku sudah stabil untuk kembali ke rumah. Namun, sudah tiga minggu berlalu sejak aku mengusir Love rasa hampa semakin menguasai diriku. Sejujurnya, aku merasa hidup ini sudah tak ada artinya lagi. Aku yang selalu menginginkan kematian dari pada terus menjalani hari-hari yang penuh dengan kenangan menyakitkan tentang kehidupan ku yang dulu.

Love wanita itu masih terus tinggal dipikiranku. Kenangan kami saat bersama dari saat kita masih sekolah sampai terakhir aku hidup masih begitu indah, namun sekarang aku hanya bisa mengenangnya dengan perasaan getir. Aku rindu padanya, tapi rasa kecewaku terlalu dalam, mengalahkan semua kerinduan yang tersisa.

---

Pagi ini, aku sedang sarapan bersama ayah, bibi Anong, dan sepupu Gun namanya Tin. Mereka semua percaya seperti yang didiagnosa oleh dokter, bahwa Gun mengalami amnesia.

Besok aku akan kembali ke kampus dengan kehidupan ku yang baru, Aku sudah memutuskan untuk pindah jurusan, meninggalkan segala hal yang berkaitan dengan hidup Gun yang dulu. Gun berada di jurusan Ekonomi, sedangkan aku dulu di Komunikasi. Untuk memulai hidup baru, aku meminta agar Gun pindah jurusan ke Hukum, dan untungnya ayah Gun setuju. Karena Tin juga ada di jurusan yang sama, jadi setidaknya ada seseorang yang bisa kuandalkan di lingkungan baru ini.

---

Selama di kampus, suasana terasa aneh. Banyak teman-teman Gun yang menatapku dengan pandangan heran, mungkin karena mereka masih kaget dengan kabar bahwa Gun pindah jurusan. Mereka bertanya-tanya apakah ini efek dari kecelakaan itu atau ada alasan lain yang belum mereka ketahui. Aku hanya bisa tersenyum tipis dan menghindari dari segala pertanyaan mereka. Bagaimana mungkin aku bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi?

Tin selalu berada di sisiku, dia membantuku dalam beradaptasi dengan lingkungan baru ini. Dia memang sepupu yang baik, penuh perhatian, dan aku bersyukur atas kehadirannya. Namun, ada saat-saat di mana aku merasa terlalu lelah untuk berpura-pura, lelah untuk mencoba menjalani hidup sebagai orang lain. Di sela-sela kelas, ketika aku duduk sendirian di sudut kampus, perasaan asing dan kesepian menghantamku lagi.

Terkadang aku rindu dengan teman-teman ku, aku kadang berpapasan dengan mereka tapi aku tidak bisa memeluk atau hanya sekedar menyapa mereka.

Di sinilah aku sekarang terjebak dalam tubuh Gun, mencoba memulai hidup baru, namun masih dibayangi oleh masa lalu yang tak sepenuhnya bisa kuhapus.

Apakah aku akan menemukan jalan keluar dari semua ini? Ataukah ini adalah takdir yang harus kuterima? Hanya waktu yang akan menjawab, dan sampai saat itu tiba, aku hanya bisa bertahan, hari demi hari.



- TBC -

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang