KALUT VI

272 48 1
                                    

Milk POV

Tahun pertama di jurusan baru terasa lebih sulit dari pada yang kubayangkan. Meski Tin selalu ada di sisiku, tapi rasa canggung dan asing gak pernah hilang. Semuanya berubah ketika aku bertemu dengan Love lagi. Kami berada di fakultas yang sama dan meski aku sudah berusaha menghindar, tapi takdir sepertinya selalu menemukan cara untuk mempertemukan kami.

Love selalu berusaha mendekatiku, mencoba berbicara dan meminta maaf atas kesalahpahaman yang terjadi. Dia tidak tahu, tentu saja, bahwa aku bukanlah Gun yang sebenarnya. Setiap kali dia mendekat, aku merasa semakin sulit untuk menahan perasaan, bukan hanya perasaan sakit dan kecewa tapi juga ketakutan bahwa Love akan mengetahui kenyataan yang sebenarnya.

"Aku benar-benar minta maaf, Gun," ucapnya suatu hari setelah kelas selesai. "Aku tahu aku salah, dan aku nggak tahu harus gimana lagi supaya kamu memaafin aku."

Aku hanya mengangguk pelan, berusaha menahan diri. "Nggak apa-apa, Love. Aku... Aku cuma butuh waktu."

Tapi Love tidak berhenti di situ aja. Dia terus mencoba dengan berbagai cara untuk mendapatkan maafku, dari membawakan makanan kesukaanku hingga mengirim pesan-pesan panjang setiap malam. Aku tahu dia tulus, tapi semakin dia berusaha, semakin aku merasa bersalah. Ini bukan keadilan untuknya dan ini bukan keadilan untukku.

---

Suatu hari, ketika kami berdua bertemu di koridor fakultas, Love akhirnya kehilangan kesabaran.

"Gun, kenapa kamu terus menjauh? Apa kamu benar-benar lupa bahwa kita masih pacaran?!" teriaknya, suaranya penuh dengan keputusasaan.

Kalimat itu menghentikanku. Aku merasa dadaku sesak dan kepalaku berputar-putar. Tentu saja dia marah, aku sudah berusaha menjauh darinya menolaknya tanpa alasan yang bisa dia mengerti.

"Love... aku... aku nggak bisa..." Aku mencoba menjelaskan, tapi kata-kata itu tidak pernah selesai.

Love menatapku dengan mata yang penuh amarah dan air mata. "Kamu benar-benar lupa segalanya, ya? Kamu lupa kalau kita pernah saling mencintai?" suaranya bergetar, dan dia menunggu jawaban dariku, tapi aku hanya bisa menatapnya dengan kebingungan.

Di saat itu, sesuatu dalam diriku runtuh. Aku sadar, bukan Gun yang terlupakan tapi aku, yang sekarang berada dalam tubuh ini, yang terperangkap antara ingin mengingat dan ingin melupakan.

Tanpa mengatakan apa-apa lagi, Love pergi meninggalkanku di sana, dengan segala kekacauan emosi yang masih berputar di dalam hati. Aku tidak tahu harus melakukan apa lagi dan rasa bersalah itu terus menghantui setiap langkahku.

Bagaimana mungkin aku bisa menjalani hidup ini, ketika setiap harinya aku hanya berusaha untuk menjadi seseorang yang bukan diriku? dan bagaimana aku bisa melupakan Love, ketika aku tahu bahwa dia masih mencintai orang yang sekarang tubuhnya kumiliki?

Ini bukan hanya masalah hidup atau mati lagi, ini tentang bagaimana aku bisa menemukan jalanku di dunia yang tidak pernah kuminta untuk ada di dalamnya.





- TBC -

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang