KALUT XVI

203 50 5
                                    

Malam ini, Milk berencana mengajak Love jalan-jalan keliling kota dengan motor. Udara malam yang sejuk dan suasana kota yang mulai sepi membuat perjalanan mereka terasa menyenangkan. Love memeluk erat pinggang Gun, tapi di dalam pikirannya, ia masih diliputi kebingungan.

"Gun, kita mau ke mana?" tanyanya dengan nada penasaran, masih ada sesuatu yang aneh dengan perasaannya.

Milk hanya tersenyum di balik helmnya. "Sabar ya, nanti juga kamu tahu. Ikut aja, kamu aman kok," jawabnya, mencoba menenangkan Love yang mulai terlihat gelisah.

---

Motor terus melaju hingga keluar dari pusat kota, mendekati sebuah gedung kampus yang terlihat gelap dan sepi. Saat motor berhenti di depan gerbang, Love mulai merasa tidak nyaman. Gedung kampus yang sepi di malam hari terlihat menakutkan baginya, dan hatinya kembali berdebar.

"Kenapa ke sini? Ini... tempat sepi, Kamu nggak bawa aku buat hal aneh, kan?" Love bertanya dengan nada khawatir, tatapannya penuh tanda tanya.

Milk tertawa kecil, lalu menatapnya sejenak sebelum berkata, "Tenang, aku nggak akan bawa kamu ke tempat yang bahaya. Ayo ikut, nanti juga kamu bakal suka."

Meski masih ragu, Love akhirnya mengikuti Milk yang menuntunnya masuk ke dalam gedung. Mereka berdua berjalan melewati lorong yang gelap menuju tangga, hingga tiba di atap gedung. Saat Love melihat sekeliling, ia terdiam. Langit malam dipenuhi bintang-bintang yang tampak begitu terang dan indah, seakan-akan pemandangan itu dirancang khusus untuk menenangkan hatinya yang  sedang gelisah.

"Wow... ini indah banget" gumam Love, kagum.

Milk tersenyum puas melihat reaksi Love. "Aku tahu kamu bakal suka. Kadang kalau aku stres, aku ke sini buat ngeliat bintang-bintang. Rasanya tenang banget."

Love mengangguk setuju, namun angin malam yang dingin mulai terasa menusuk kulitnya. Milk menyadari hal itu dan tanpa ragu melepas jaketnya, menyelimutkan di bahu Love.

"Pakai ini, nanti kamu kedinginan," ucap Milk lembut.

Love menolak dengan senyum tipis, "Aku nggak apa-apa, kok. Nggak usah repot."

Namun Milk memaksa dengan tegas namun lembut. "Jangan keras kepala. Aku nggak mau kamu sakit." Akhirnya, Love menerima jaket itu dan memakainya.

---

Love merasakan kehangatan dari jaket yang dikenakannya. Namun, semakin lama, dia merasa kehangatan itu bukan hanya dari jaket, melainkan dari sosok yang ada di depannya. Perasaan aneh yang terus mengganggunya selama ini kembali muncul—perasaan bahwa Gun yang bersamanya sekarang bukanlah Gun yang dulu.

Tiba-tiba, Milk memeluk Love dari belakang, membuatnya terkejut. Love diam sejenak, membiarkan dirinya merasa nyaman di pelukan itu. Tapi pikirannya berputar.

"Kenapa kamu tiba-tiba peluk aku?" tanya Love pelan, mencoba mencairkan suasana dengan sedikit canda, meskipun ada keraguan dalam hatinya.

Milk menyandarkan dagunya di pundak Love, berbicara dengan suara lembut. "Karena aku pengen. Aku cuma pengen kita menikmati malam ini bareng-bareng, dengan tenang, tanpa mikirin hal yang lain."

Love terdiam, tapi hatinya tidak bisa berhenti bertanya-tanya. Ini bukan Gun. Ini bukan cara Gun memperlakukannya selama ini. Sosok ini, sentuhan ini, lebih mengingatkannya pada Milk.

Perlahan, Love menoleh dan matanya bertemu dengan mata Milk. Tatapan itu terasa begitu familiar, seperti mata seseorang yang pernah dia kenal dekat—mata Milk.

Love terdiam, jantungnya berdegup kencang. Tatapan itu, sentuhan itu, semua terasa seperti Milk, bukan Gun. Dan sebelum Love bisa berpikir lebih jauh, Gun perlahan mendekatkan wajahnya, dan Love pun membiarkan itu terjadi.

Saat bibir mereka bertemu, ciuman itu lembut, hangat, dan penuh perasaan. Namun, di dalam diri Love, konflik berkecamuk. Siapa yang sebenarnya menciumku ini? Apakah ini Gun? Ciuman itu berlangsung singkat, namun terasa begitu berarti—dan sekaligus membingungkan.

Setelah itu, Love tersenyum kecil, pipinya sedikit memerah. Namun, perasaan aneh itu masih belum hilang. "Kamu ini, selalu bikin aku nggak bisa marah."

Milk tertawa pelan, lalu kembali memeluk Love lebih erat. "Aku cuma pengen bikin kamu bahagia."

Malam itu, di bawah langit yang penuh bintang, mereka berdua tampak melupakan rasa khawatir sejenak. Tapi di dalam hati Love, perasaan bingung dan curiga masih menggantung, seakan-akan malam ini hanya jeda sebelum pertanyaan yang lebih besar harus dihadapi.






- TBC -

Jangan lupa pencet ⭐️ ya guys, makasih 🫶

KALUTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang