42: Kesedihan

8.6K 528 108
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Pesan Mommy jangan jadi silent readers dong!!! Vote dan komen juga.

Book ini akan terbit. Belum tau kapan akan open po nya, jadi kalian yang mau beli bisa mulai nabung dari sekarang.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ TAKDIR TERBAIK ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Nyalain musiknya biar dapat feelnya hehe

Disiang hari ini rintik-rintik air hujan mulai membasahi bumi, seakan langit pun mengerti dan ikut sedih. sepasang mata menatap gundukan tanah basah dengan berlinang air mata. Sang anak, Abimanyu Rayyanka Rizqullah telah berpulang. Hati Mayor Adam hancur, tangannya menggenggam erat tanah basah itu.

"Meski Abimanyu belum sempat melihat Abi dan Umi, percayalah kita berdua sangat menyayangi Abimanyu, Nak." Ia kembali menitikkan air mata. Dadanya sesak, sang anak yang sangat dinanti-nanti kehadirannya memilih menyerah.

"Kenapa takdir seperti ini ya Tuhan?!" Bahu Mayor Adam bergetar, kala mengingat sekarang sang istri terbaring koma selepas operasi pengangkatan rahim.

"Mas, kita kembali ke rumah sakit ya?" Bujuk Arhan memegangi payung hitam agar dirinya dan sang Mas tidak kehujanan. Ia menatap iba Mayor Adam dengan segala keputus-asaan.

"Mas masih mau disini Arhan," tolak Mayor Adam tanpa menoleh, ia lebih memilih mengelus batu nisan dihadapannya itu. Suasana menjadi hening, hanya diisi dengan suara hujan yang mulai deras. Pemakaian sudah mulai sepi, hanya ada Mayor Adam dan Arhan, sedangkan kedua orang tua dan mertuanya kembali ke rumah sakit setelah pemakaian selesai.

"Mas baru saja merasakan bahagia," celetuk Mayor Adam. Ia baru saja merasakan bahagia dengan kehadiran sang istri sambil menanti calon buah hatinya.

"Mas tidak munafik, Mas tidak kuat diberi ujian seperti ini," sambungnya.

"Dosa apa yang Mas lakukan di dahulu sampai ujiannya begitu berat." Lalu Mayor Adam tertawa hambar meratapi nasibnya.

Arhan terdiam, bingung mau menanggapi seperti apa. Suasana hati Mayor Adam tengah sensitif.

"Kita kembali ke rumah sakit ya Mas, Kakak Ipar butuh dukungan Mas. Kalau Masnya seperti ini, nanti siapa yang menyemangati dan mendukung dia? Abimanyu juga pasti bakal sedih kalau melihat Mas seperti ini."

Mayor Adam terdiam beberapa detik lalu mengangkat pandangnya, ia menatap Arhan yang dibalas anggukan oleh lelaki itu. Mayor Adam kembali menatap nisan dihadapannya.

"Abi pulang dulu ya, Nak. InsyaAllah nanti Abi akan datang lagi bersama Umi. Do'akan Umi ya supaya cepat sadar ya Nak." Lalu Mayor Adam mengecup tulus baru nisan itu. Setelahnya ia beranjak tertatih diikuti Arhan dibelakangnya.

"Kita langsung ke rumah sakit Han?" Tanya Mayor Adam. "Kita pulang dulu ya Mas sebenar buat ganti baju," ucapnya.

Tiga puluh menit berlalu, Mayor Adam dan Arhan sudah kembali ke rumah sakit setelah mengganti pakaian. Ia melewati lorong rumah sakit, berjalan menuju ruang ICU (Intensive Care Unit) adalah ruang khusus di rumah sakit untuk merawat pasien yang memerlukan perawatan intensif dan pengawasan ketat. Salah satunya Najla, yang habis melakukan operasi lalu berujung koma.

Di luar ruangan itu, terlihat Ayah, Bunda, Abi dan Umi yang setia menunggu diluar ruangan. Dengan wajah mereka yang tidak bisa dibohongi, mereka lelah juga sedih menghadapi situasi seperti ini. Ditambah Ayah yang baru saja melakukan transfusi darah, untuk Najla. Perempuan itu kekurangan darah, dan Ayah memaksa untuk mendonorkan lebih dari dua kantung darah.

TAKDIR TERBAIK (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang