chapter 八

99 32 9
                                    

HAPPY READING

08






Pertengkarannya dengan Felix sukses membuat Christopher menjadi tidak tenang bahkan beberapa kali dirinya kedapatan melampiaskan amarahnya ke beberapa karyawan.

Jaehyun mengetahuinya setelah Christopher menceritakan semuanya, tentang Jihyo dan juga Felix.

"Jika Felix tidak mencintaimu, seharusnya ia tidak marah bukan? Seperti dulu."

Satu kalimat dari Jaehyun benar-benar membuat kesadaran Christopher nyaris hilang, Felix memiliki perasaan untuknya namun ia justru masih enggan melepas Jihyo.

Sialan.

Ketika Christopher memiliki ketakutan akan Felix yang jatuh cinta pada orang lain namun di saat yang sama ternyata ia adalah satu-satunya pelaku kejahatan dalam rumah tangga mereka.

Maka disinilah Christopher berada, di salah satu kafe yang jaraknya tidak terlalu jauh dari perusahaan.

Menanti seseorang.

Langit begitu cerah namun warna itu tidak serta-merta membuatnya gembira, masalah demi masalah selalu datang menghampiri mereka yang tidak berani memutuskan perkara.

"Sudah lama menunggu?" Tanya seorang wanita.

Christopher menatapnya, tersenyum namun tidak ada sapaan berupa pelukan seperti dulu.

"Belum lama, Jihyo."

...

Jaehyun dan Sungchan memandang temannya prihatin.

Tidak ada yang mengira bahwa Christopher akan melakukan tindakan ceroboh seperti itu, terlebih setelah beberapa saat yang lalu ia mengakui bahwa hatinya memang telah berlabuh untuk Felix seorang.

Tidak Jihyo, tidak siapapun.

Hanya Felix.

Mengakui di sela-sela penyesalan terdalamnya.

"Aku tidak kaget jika dalam waktu seminggu kedepan Felix akan mengajukan surat permohonan cerai," ucapan Jaehyun sukses membuat Christopher semakin memijat pelipisnya.

Ini yang Christopher takutkan, ketika Felix tidak bisa berpikir mengenai rasa sakit dan lebih memilih berpisah darinya.

"Christopher, jangan membuat Jihyo dan Felix tenggelam dalam satu wadah yang sama. Setidaknya berikan kebebasan untuk salah satunya." Jaehyun benar, Christopher bukanlah remaja tanggung yang bisa seenaknya mempermainkan perasaan seseorang.

Untuk kali ini mari lupakan Felix sejenak, ia harus memutuskan.

"Aku sudah bisa menebak kemana arah pembicaraan kita kali ini," Jihyo menyeruput Americano-nya perlahan.

Christopher tersenyum simpul, Jihyo memang sangat mudah membaca suasana.

"Kalau begitu apakah aku harus menjelaskannya lagi?"

Wanita itu mengetuk jemarinya, "Aku sudah pernah mengatakannya padamu sebelum ini. Biarkan aku menjadi egois sekali saja."

Pandangan Christopher jatuh jauh ke jalanan padat di seberang sana, enggan terlibat kontak mata dengan Jihyo yang semakin mengeratkan genggaman pada ujung meja.

"Sebelumnya, kita memang telah menyepakati satu hal, tentang perpisahan yang akan terjadi tidak dalam keadaan terburu-buru. Tetapi sebagai seorang suami dari orang lain, tentu aku harus memilih istriku bukan?" Tepat, Christopher ternyata tidak memerlukan basa-basi untuk mengatakan tujuannya siang ini.

Hello, Goodbye, and Everything in BetweenWhere stories live. Discover now