chapter 二十八

81 18 1
                                    

HAPPY READING

28






Hempas kencang permasalahan di masa lalu, remuk redam hati menanggung rindu dan kini telah sampai pada pulau harsa bersama kebahagiaan menaunginya.

Apa sekiranya yang terbersit ketika melihat pemandangan indah di depan sana, seorang lelaki dewasa berbisik penuh kasih kepada dua anak kecil yang sedang terlelap di kedua bahunya.

Ayah dan anak.

Gelar itu terlampau biasa untuk di dengar, namun bagi mereka yang telah melewati beribu ombak untuk mencapai ujung samudera mungkin terasa luar biasa ketika di ucapkan.

"Sudah tidur?"

Yang ditanya mengangguk, namun kedua tangannya tidak berhenti mengelus surai halus anak-anaknya.

"Kenapa belum tidur?" Bisiknya pelan pada sang istri, takut membangunkan kedua malaikatnya.

Felix menggeleng, "Aku tidak bisa tidur."

Christopher mengerti, sudah menjadi kebiasaan istrinya untuk selalu tidur beralaskan lengannya. Mereka melakukan hal itu hampir 6 tahun lamanya sejak pernikahan kedua di laksanakan.

"Tunggu aku di kamar," titahnya lembut.

...

Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam, Christopher mendapati Felix masih duduk di depan mejanya sembari memeriksa beberapa laporan.

Kakinya melangkah mendekati seseorang yang sudah menemaninya dalam ikatan suci pernikahan, "Ayo tidur."

Felix membalik kursinya hingga berhadapan dengan Christopher yang masih berdiri, keduanya hanya terulur.

"Masih kuat menggendongku?"

Yang lebih tua tertawa, Felix meledeknya.

"Jangan meremehkankanku sayang," setelahnya tubuh ramping Felix dibawa dalam gendongan. Lengan besar Christopher benar-benar melingkupi Felix dengan baik.

Lengan Felix memeluk erat leher kokoh Christopher, menumpukan seluruh hidupnya pada seseorang yang kini selalu ada untuknya.

Sedangkan Christopher membawa tubuh mereka untuk berbaring nyaman di atas tempat tidur, tanpa melepas pelukan.

"Felix."

"Hm?"

"Sayangnya kakak," panggil Christopher sekali lagi.

Yang lebih muda mengeluarkan tawa pelan, walaupun telah mendengar panggilan itu lebih dari ratusan kali Felix tetap tidak terbiasa. Selalu ada detakan menakjubkan.

"Tahun depan usiaku telah memasuki kepala empat, sedangkan istri cantikku masih tetap segar di angka 3." Christopher menghidu sepanjang garis leher Felix, melayangkan kecupan ringan namun terasa intim.

"Itu hanyalah perihal angka, tidak ada yang istimewa. Bagiku pernikahan kita tidak mengenal usia." Ujarnya membalas kekhawatiran seseorang yang tengah sibuk membuka kancing piyamanya.

Christopher tersenyum.

"Aku selalu penasaran mengapa Asla dan Daisy selalu suka menghisap benda ini," telunjuk yang lebih tua menekan halus titik dua berwarna kecokelatan di bagian dada yang lebih muda.

Felix menahan nafas, sentuhan suaminya kali ini benar-benar meluluh-lantakan akal sehat. Bagaimana usapan-usapan kecil itu menjadi jilatan basah memusingkan kepala.

Hello, Goodbye, and Everything in BetweenWhere stories live. Discover now