chapter 二十三

89 22 13
                                    

HAPPY READING

23






Jumantara melapisi bentala sarat akan perlindungan dari serangan di balik seluruh tatanan alam semesta, asmaraloka yang tercipta dari keduanya menimbulkan iri hati dari segenap bintang yang kerap menyaksikan keduanya dari atas sana. Suatu hari lapisannya menipis hingga panas melingkupi permukaan sang terkasih, panik menyelimuti hingga keduanya berseteru akan siapa kiranya yang melakukan kesalahan sefatal ini.

Di sisi lain Procyon mengetahui hal tersebut lalu menggoda nabastala dan melancarkan salah satu bukti dari iri hati, hasutan buruk dikalangan para bintang. Dan parahnya Sirius termakan ujaran benci lalu memerintahkan meteor untuk melakukan sedikit guncangan agar keduanya semakin renggang.

Telaga sekelam arangnya telah basah keseluruhan, ada luka yang begitu sulit untuk di jabarkan tentang betapa berdosa dan merasa bersalah dirinya karena telah menyakiti salah satu permata paling berharga miliknya.

"Felix Calvary masih mencintai Christopher Edevane." Ujarnya riang.

"... aku membencimu." Hanya ada pandangan sendu namun tersirat kesakitan disana.

Perkara dosa yang kini tak lagi mendapatkan maaf, Christopher memakluminya tanpa bantahan.

Hisapan tembakaunya tidak lagi terasa nikmat bahkan setelah bakaran ketiga, hampa sepi senyap menerkam jiwa yang kini sedang rapuh merenungi garis takdir.

Sumpah pernikahan itu terngiang laksana kaset rusak, manusia memang selalu berbuat kesalahan tetapi jika kesalahan itu terulang kembali karena kebodohan sendiri maka tidak salah jika pintu maaf sudah hilang ditelan kekecewaan.

"Kalian berakhir?" Tanya Ibunya.

Anggukan lemah menjawab, Christopher seakan mati harapan.

Tarikan nafas panjang dari wanita paruh baya yang tengah memandang kecewa dirinya seakan menegaskan kembali bahwa keadaannya yang sekarang memang sangat pantas untuk dijalani.

"Kau menyesalinya?"

"Sangat," jawabnya sekali lagi.

Christopher menyentuh dua cincin pernikahan yang berada di jari manisnya, "Aku menghancurkannya."

Yuri mendekat, memeluk anaknya yang kini semakin menangis meratapi kebodohan.

Ada kalanya pelukan terhangat seorang Ibu bisa menenangkan guncangan hati, namun tetap tidak mampu menyembuhkannya secara sempurna.

Maaf.

...

Felix memandang alat tes kehamilan yang baru saja ia beli, setelah merasakan mual serta pusing dan lemas secara mendadak ia baru mengingat satu hal.

Rahimnya telah dibuahi.

Seharusnya saat ini mereka tengah berbahagia, menanti kehadiran buah hati yang memiliki hubungan darah langsung setelah tahun-tahun dilewati hanya berdua.

Entah sejak kapan tetesan hangatnya membasahi pipi, mengantarkan getaran halus dari rasa takjub juga tidak percaya bahwa dirinya sedang mengandung.

Tangannya menyentuh perut, mengelus lembut.

"Tidak apa kan jika kita hanya berdua?" Lirihnya.

Felix terluka, sangat malah.

Tetapi tidak ada yang dapat ia lakukan selain menerima kenyataan juga melakukan sedikit aksi balas dendam, lidahnya terasa kelu bahkan untuk sekedar mengeluh pada semesta yang menaungi tempatnya berteduh.

Hello, Goodbye, and Everything in BetweenWhere stories live. Discover now