°°°
.
.
.
Setelah kejadian penyanderaan yang Dian lakukan, Orline High School memutuskan untuk meliburkan seluruh murid selama satu minggu. Bukan hanya karena trauma yang para anak didik mereka alami, sekolah juga harus melakukan rapat dalam skala besar untuk menunjuk kepala sekolah baru setelah Dimas masuk ke dalam jeruji besi.
Melihat akan ada banyak hari yang kosong, akhirnya Samudra memutuskan untuk pulang ke mansion setelah sekian lama tidak menginjak tempat itu. Bagaimanapun juga, mansion Alaska adalah tempatnya untuk pulang, meskipun bukan tempat yang tepat untuk pulang. Suka atau tidak, Samudra memang harus kembali masuk ke dalam sana.
Remaja itu mengamati kondisi di sekitarnya. Tidak terlihat perubahan yang mencolok, mansion Alaska tetap sama, dingin dan terasa menyesakkan baginya. Dengan ragu Samudra melangkahkan kakinya memasuki mansion, beberapa maid dan bodyguard yang melihat kepulangan Samudra tersenyum lega. Mereka khawatir dengan keadaan anak itu karena tidak pulang hampir satu bulan lebih.
"Tuan muda baik-baik saja?" tanya salah satu maid yang dibalas anggukan kepala oleh Samudra.
"Ayah, dia dimana?" tanya Samudra.
"Tuan Logan sudah empat hari ini tidak kembali ke mansion. Ada masalah di perusahaan yang membuatnya tidak bisa kembali pulang." Balas salah seorang bodyguard yang mendengar pertanyaan Samudra. Remaja itu mengernyitkan dahinya.
"Masalah apa?" Samudra kembali mengajukan pertanyaan.
"Jika saya tidak salah, salah satu investor terbesar LSK Company menghentikan kerja sama dengan perusahaan." Jawab bodyguard itu.
Samudra menganggukkan kepalanya kecil. Pantas saja, pria itu pasti sedang kalang kabut sekarang mengingat sepenting apa para investor bagi kelangsungan perusahaan Logan. Tetapi yang Samudra lakukan hanyalah mengangkat bahu tidak peduli. Anak itu langsung pergi menuju ke arah kamarnya, merasa tidak tertarik untuk bertanya lebih banyak.
Saat melewati kamar Arjuna, dapat remaja itu lihat adiknya yang sedang sibuk dengan laptopnya. Tidak biasanya Arjuna seperti ini, namun Samudra memilih untuk tidak memikirkannya terlalu jauh. Akan menjadi lebih baik jika adiknya itu sibuk dengan dunianya sendiri daripada terus bergaul dengan Angkasa.
Samudra melangkahkan kakinya memasuki kamar. Anak itu melepaskan jaket yang dia gunakan lalu meletakkan dua buah ponsel ke atas meja. Sembari duduk di tepi tempat tidur, Samudra mengamati gelang dengan gantungan elang kecil di tangannya.
Samudra membuka kembali ponsel Angkasa untuk memastikan apakah gelang ini terpasang alat pelacak. Namun layar ponsel di tangannya masih menunjukkan lokasi rumah Dimas, itu artinya Angkasa tidak memasang alat pelacak di gelang ini.
"Mungkin dia kasih ini supaya Clarissa percaya aja. Bukan urusan gue juga sih dia tahu rumah Dimas dari mana," gumam Samudra.
Padahal kenyataannya Angkasa telah lebih dulu mengacaukan aplikasi buatannya itu tepat setelah dia tidak lagi menjadi bahan sandera agar lokasinya tetap berada di rumah Dimas. Angkasa tahu bahwa Clarissa telah memberikan gelang yang berisi alat pelacak pada Samudra. Pemuda itu bisa memprediksi apa yang akan Samudra lakukan. Contohnya seperti sekarang ini, di mana Samudra sedang memeriksa lokasi dari gelang yang sedang bersamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cross the Line (𝐁𝐞 𝐘𝐨𝐮𝐫 𝐌𝐨𝐧𝐬𝐭𝐞𝐫)
FanfictionDia Angkasa Dewangkara, yang semua orang kenal sebagai manusia tanpa belas kasih. Seperti namanya, Angkasa tumbuh bersama rasa percaya diri setinggi langit, berkuasa atas banyak hal, dan tentunya bersahabat dengan angkara yang selalu menyelimutinya...