"Mudah bagimu mengatakan padaku untuk terus menjalani hidup yang penuh luka, tapi bagaimana dengan aku yang menjalani nya? Apakah aku siap? Apakah aku kuat?"
-Arthur Wiratama Yudhistira-
DRAP! DRAP! DRAP! DRAP!
Derap langkah kaki yang makin lama makin kencang menggema di sepanjang lorong rumah sakit. Isak tangis, air mata, harapan, dan penantian panjang akhirnya berbuah dengan hasil yang tidak sesuai ekspektasi.
"KAK ARTHUR!!! BANGUN,KAK!! KAKAK PASTI KUAT, JANGAN TINGGALKAN KITA, KAK!!".
Suara rintihan dari dua jiwa yang hatinya kini tengah hancur menggaung di depan sebuah ruangan bertuliskan IGD, terlihat beberapa orang di sekitar ikut prihatin melihatnya, sama halnya seperti ketiga remaja yang segera memeluk mereka erat-erat, menenangkan diri mereka dari pelukan kesedihan.
"Kakak kalian pasti selamat, dia sangat kuat, percaya sama Kak Sekar, kakak nggak akan biarkan dia meninggalkan kalian, nggak akan pernah, kakak janji."
"Sekarang kalian yang tenang, berdo'a supaya keadaan Kakak kalian bisa pulih secepatnya, kalau kalian menangis maka kakak kalian juga akan ikut sedih nantinya," Ucap Panca.
Cheval dan Viandra masih terus terisak, air mata kian deras membasahi pipinya. Sekar, Panca, dan juga Tyo ikut merasakan kesedihan yang mereka rasakan, ternyata memang benar dugaan mereka, hal-hal yang di takutkan benar-benar terjadi dan bahkan sampai mengancam nyawa.
Mereka berlima terus duduk di sekitar ruang tunggu IGD, menunggu kabar yang paling baik untuk di dengar, tak lama seorang wanita paruh baya keluar dengan derai air mata, mulutnya membisu namun air matanya seolah berteriak keras meluapkan kesedihan.
"Tante... Bagaimana kondisi Arthur sekarang?" Tanya Sekar perlahan sembari mendekap tubuh wanita itu.
"Kondisi dia... sedang kritis...
urat nadinya tersayat cukup dalam... walaupun terlihat seperti luka gores biasa... tapi ternyata luka itu bisa membuat dia kehilangan banyak darah, kesadarannya kian menurun," ujar Jesica sambil terbata-bata menahan tangisnya.Ketiga remaja itu langsung menunduk lesu, Tyo mengacak-acak rambutnya gusar, Panca hanya bisa menggigit bibir saking gelisahnya, Sekar mencoba menguatkan dirinya untuk tersenyum namun air mata tetap keluar sedikit demi sedikit.
"Golongan darah Arthur cukup susah untuk di cari, stok persediaan Golongan darah O di rumah sakit ini sedang habis, harus ada salah satu anggota keluarga yang mendonor untuk melakukan transfusi," jelas Jesica.
Harapan selalu ada bagi mereka yang memiliki hati suci, siapa sangka kalau golongan darah dari Sekar cocok dengan jenis darah yang di butuhkan oleh Arthur, mata gadis itu yang sebelumnya di genangi oleh air mata akhirnya memiliki sebuah senyuman.
"Aku bisa! Golongan darah aku O, Aku mau melakukan donor untuk Arthur, apapun asalkan dia kembali sehat seperti semula," ucap Sekar.
Cheval, Viandra, Panca dan Tyo sama-sama menatap Sekar sambil menghembuskan nafas lega, Jesica kembali tersedu, merasa terharu oleh pengorbanan Sekar untuk keponakannya, tanpa banyak bicara lagi Sekar segera berlari ke arah ruangan yang telah di arahkan oleh perawat untuk melakukan pendonoran darah, namun sebelum pergi ia sempat berpesan pada Panca dan Tyo untuk mengajak serta menemani Cheval dan Viandra untuk pulang.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKASI DI TAHUN 2016
Teen FictionBekasi, sebuah kota kecil yang menyimpan luka besar bagi seorang anak laki-laki bernama Arthur Wiratama Yudhistira. Nama yang cukup indah untuk seorang siswa SMA yang sehari-harinya disiksa oleh semesta. Hidupnya pilu, semuanya rancu. setiap hari di...