"Dunia ini telah aku hias
seindah mungkin agar kamu bisa melihatnya, namun mata yang dibutakan oleh luka membuatmu tak mampu melihat itu semua."Pukul 12:30
Matahari siang ini entah mengapa terasa sangat terik dari biasanya, awan putih tak terlihat di penjuru langit, yang bisa di saksikan hanya dua orang laki-laki yang tengah melakukan latihan fisik dasar di halaman belakang sekolah.
"Emang harus banget ya latihan di sini? Emang nggak ada tempat lain?"
"Lo mau latihan di lapangan? Yang ada malah dikira lagi berkelahi dodol!" Sembur salah satu dari laki-laki yang ada di depan nya.
"Omong-omong Sekar kemana, Nir? Tumben nggak ikut Lo ke sini?"
"Nggak tahu, tadi dia bilang ada urusan sama guru BK, tapi sampai sekarang belum balik juga."
Setelah beberapa saat, sesi latihan itu pun di hentikan sementara, karena kondisi sang pelatih yang nampak kelelahan.
"Nih gue bawain air, gue udah duga kalian pasti bakal capek habis latihan siang ini."
Panca segera mengambil botol air dari tangan Nirmala, sedangkan Tyo menatap air itu penuh harap.
"Perhatian amat, buat gue mana?" Tanya Tyo polos.
"Ih Lo siape? Ngarep lo di bawain juga?"
"Pengen ngomong kasar tapi Lo perempuan, haduh, emang dunia nggak pernah adil"
"Bercanda Tyo, nih buat Lo, gue mah perempuan paling peka di bumi ini, nggak kayak kalian, laki-laki tapi inisiatif tumpul."
"Jahat Lo, omong-omong thanks ya."
Ketiganya berisitirahat di bawah pohon rindang yang ada di sana, berteduh dari panas matahari yang kian menyengat kulit.
"Kira-kira Mas Bro lagi ngapain ya sekarang? Padahal baru sehari, tapi rasanya sepi banget kalau dia nggak ada." Ucap Tyo lesu.
"Yang semangat dong! Kalau lo mau teman Lo balik lagi ke sekolah ini, Lo harus bisa berjuang buat dia," sahut Nirmala menyemangati Tyo.
"Gerakan Lo juga udah lumayan bagus, cuman harus lebih gesit lagi, karena kita nggak bisa prediksi gerakan Arthur bakal secepat apa nantinya." Sambung Panca yang ikut memuji Tyo.
Anak jangkung itu pun mulai tersenyum lebar, dia kembali bersemangat untuk melanjutkan latihannya.
"Makasih ya Panca, Nirmala, Lo berdua malah susah-susah bantuin gue latihan di sini."
"Udah santai aja! Kita bertiga kan teman!" Sahut Nirmala yang segera merangkul kedua laki-laki di sebelahnya.
"Teman, ya? Gue nggak nyangka kalau bakal dapat teman baru selain Arthur."
KAMU SEDANG MEMBACA
BEKASI DI TAHUN 2016
Roman pour AdolescentsBekasi, sebuah kota kecil yang menyimpan luka besar bagi seorang anak laki-laki bernama Arthur Wiratama Yudhistira. Nama yang cukup indah untuk seorang siswa SMA yang sehari-harinya disiksa oleh semesta. Hidupnya pilu, semuanya rancu. setiap hari di...