TIRAI PENUTUP

16 1 0
                                    

"Kisahku, tawaku, bahagiaku, sembuhku hanya untuk aku dan untukmu juga untuk semua yang mewarnai nya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kisahku, tawaku, bahagiaku, sembuhku hanya untuk aku dan untukmu juga untuk semua yang mewarnai nya."

"Mas Bro!! Ini gue bawakan cireng mbok Sari kesukaan lo! Masih hangat dan dijamin enak!! Semangat ya buat pertandingan lo hari ini, fighting!!"

Padahal masih pagi, tapi sepertinya kicauan burung di langit sudah terkalahkam oleh suara Tyo yang amat berisik. Anak itu sengaja datang lebih awal di hari sabtu ini karena ingin melihat pertandingan taekwondo antarkelas yang diadakan di Trikula.

"Hahaha makasih banyak lho Tyo, sorry malah ngerepotin," Ujar Arthur.

"Santai aja, omong-omong lawan pertama lo siapa?" Tanya Tyo penasaran.

"Abraham dari kelas XII.IPS 8." Jawab Arthur singkat.

Anak laki-laki itu mulai melahap beberapa potong cireng yang sudah dibawakan oleh sahabatnya tersebut.

"Nwanti jwangan lupha bhuat lwihat pertwandinguan gwhue yha." Ucap Arthur berantakan karena mulut yang penuh cireng.

(Nanti jangan lupa buat lihat pertandingan gue ya.)

"Iya-iyaa. habiskan dulu makanan nya, jangan sampai tersedak."

Arthur hanya mengangguk-angguk kecil menanggapi perkataan Tyo, tak lama handphone nya berdering dan sudah ada dua pesan masuk dari Sekar.

PING! PING!

-Sekar-
Kamu dimana?
Apa acara nya sudah dimulai?

Belum, acara baru mulai pukul 07:00.
Aku ada di kelas, datang saja ke sini.

-Sekar-
Okee, aku kesana sekarang.

Tyo hanya melirik ke arah Arthur yang sedang tersenyum tipis sambil memandangi handphone nya.

"Siapa? Sekar ya?" Tanya Tyo penasaran.

Arthur mengangguk, ia lalu segera menyimpan kembali handphone nya dan kembali bersiap.

"Gue akan menampilkan yang terbaik hari ini, gue akan buktikan kalau gue layak!" Ucap Arthur dengan lantang sambil membusungkan dada.

Tyo tertawa kecil dan mulai menepuk-nepuk pundak Arthur pelan.

"Gue yakin dengan potensi yang lo punya. tapi ingat, jangan sampai terbawa emosi saat bertanding nanti. Anggap saja ini semua seperti permainan biasa, oke?"

Arthur mengangguk dan merangkul Tyo erat, ia perlahan menitikkan beberapa tetes air mata karena mengingat betapa baiknya sahabat satu-satunya tersebut. Ia jadi teringat memori ketika mereka bertemu, mereka menghabiskan waktu bersama, tertawa bahagia, bertukar cerita. Dan tak sekalipun Tyo memandang atau melihat Arthur dengan jijik, justru ia memperlakukan Arthur dengan sebagaimana layaknya seorang sahabat. Yang bahkan Arthur sendiri tak pernah rasakan saat itu.

BEKASI DI TAHUN 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang