LUKA DI AWAL PERANG

15 1 0
                                    

"Semesta selalu memaksaku untuk menjadi kuat dengan sendirinya, dan tak peduli dengan apa yang aku tanggung setelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Semesta selalu memaksaku untuk menjadi kuat dengan sendirinya, dan tak peduli dengan apa yang aku tanggung setelahnya."

Cuaca hari ini agak kelabu, awan hitam bergulung di atas langit semenjak tadi pagi. tidak ada yang bisa memprediksi kapan hujan akan turun, yang bisa dilakukan hanya berwaspada sebelum derasnya tetesan air itu membasahi bumi.

Sama seperti hari-hari biasanya, Arthur dan Sekar aktif bertemu. mereka sering menghabiskan waktu bersama saat jam istirahat untuk sekedar bertukar cerita.

Kehadiran Sekar dalam hidup Arthur perlahan membuat hidupnya kembali berarti. namun tak disangka dibalik ketenangan yang tengah dirasakan oleh Arthur, seseorang justru merasa iri dan ingin menyingkirkan nya.

"Arthur! Mau kemana?" Tanya Sekar ketika dia tak sengaja melihat laki-laki itu keluar dari kelas.

"Ke ruang guru, mau ikut?"

Sekar mengangguk dan segera berjalan di samping Arthur.

"Nanti pulang sekolah Lo mau nggak temenin gue sebentar?"

"Temenin kemana?" Tanya Arthur.

"Gue mau ke toko bunga dekat sini, ada yang mau gue beli. nggak apa-apa kan?"

"Boleh-boleh, nanti gue tunggu kayak biasa di depan kelas."

"Oh ya omong-omong, Lo ke ruang guru mau ngapain? Tumben banget ke sana."

"Minta tugas tambahan ke Bu Eli buat tambahan nilai, soalnya ulangan bahasa Inggris gue kemarin dibawah KKM."

"Hahaha, ternyata masih aja ya nggak bisa bahasa Inggris."

"Ih bawel, makanya ajarin dong," gerutu Arthur sambil mendengus kesal.

"Jangan marah dong, ya udah nanti deh kapan-kapan. kalau ada waktu senggang kita belajar bareng."

Selesai bertemu dengan Bu Eli, Arthur keluar dari ruang guru dengan wajah yang pucat pasi ketika melihat rentetan soal-soal bahasa Inggris yang merumitkan kepala.

"Kar... Bisa bantuin gue nggak? Gue nggak ngerti soal beginian." pinta Arthur sambil memasang wajah memelas.

"Ya udah ayo kita ke perpus, kerjain nya di sana aja mumpung istirahat pertama masih lama," jawab Sekar sambil menarik lengan baju Arthur menuju kearah perpustakaan.

Di dalam perpustakaan, keduanya sibuk mengerjakan soal-soal tadi dengan seksama. di sini aku melihat Sekar seperti ibu-ibu yang sedang mengajari anak laki-laki nya belajar menulis, lucu kalau melihat mereka berdua sedekat ini

BEKASI DI TAHUN 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang