PENANTIAN YANG PANJANG

7 0 0
                                    

"Kita hidup untuk saling melengkapi, berbagi, lalu pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kita hidup untuk saling melengkapi, berbagi, lalu pergi.
Tak ada yang spesial jikalau kamu hanya mementingkan diri sendiri."

Di hari Sabtu ini udara dingin terasa menusuk kulit, semua awan nampak kabur, angkasa tertutup kabut, semua bagaikan layar film yang terputar tanpa henti bagi seorang perempuan berambut coklat di pinggir jalan sana.

"Kak Sekar! Maaf aku telat, tadi si Via ngerengek minta ikut soalnya."

Suara itu menggema dari mulut seorang anak laki-laki yang terlihat lebih muda darinya.

"Nggak apa-apa kok, kakak juga baru saja sampai, ayo kita berangkat."

Selama perjalanan tidak ada perbincangan yang terdengar, hanya ada suara kicauan burung yang hendak mencari makan, semuanya tampak suram, entah mengapa hari ini pun matahari mengkhianati mereka dengan mengirimkan buntalan awan hitam di angkasa.

"Omong-omong, apa kak Sekar udah dapat informasi lain dari buku harian kak Arthur? Atau mungkin tulisan yang pernah kak Arthur tulis di sana buat membantu pencarian kita?"

Sekar menggeleng, matanya masih fokus menatap ke depan, tangan nya erat mendekap buku bermotif laut biru kepunyaan Arthur.

"Kakak cuman temuin beberapa tulisan singkat dan itu nggak ada sangkut-pautnya dengan pencarian ini, kakak kamu memang orang yang paling susah untuk di pahami, ya?"

Cheval tersenyum kecil, anak laki-laki itu seakan sudah tahu kalau Sekar akan mengatakan hal tersebut, ia juga sudah mengerti kalau Arthur adalah orang yang sulit di tebak.

"Padahal kak Arthur udah bikin kak Sekar repot, bahkan sampai bikin kak Sekar harus susah bantuin aku pagi-pagi buta seperti ini, tapi kenapa masih bersikeras buat mencari dia? Apa kak Sekar nggak capek?"

Angin dingin berhembus dan dedaunan berbisik pelan, menggelitik telinga mereka berdua, gemuruh petir yang sesekali terdengar seolah meledek usaha mereka yang kian tersamar.

"Kalau udah sayang, apapun bakal di usahakan, betul nggak?" Tanya Sekar pada Cheval.

"Seburuk apapun kakak kamu, dia itu tetap manusia, dia berhak mendapatkan kasih sayang, walaupun dia kadang memang menyebalkan."

Suara tapak kaki yang perlahan kian menipis menandakan kalau destinasi mereka sudah tak jauh lagi.

"Aku bersyukur kak Arthur bisa menemukan orang yang tepat." Gumam Cheval.

Toko grosir dengan dinding oranye terpampang di hadapan, walaupun jam masih menunjukkan pukul enam pagi tapi semua orang yang ada di dalam sana sudah sangat sibuk.

"Permisi, maaf mengganggu waktunya, apa benar saya berbicara dengan Bu Dela?" Tanya Sekar secara hati-hati pada seorang wanita paruh baya di depannya.

Sorot mata yang hangat, keriput pada beberapa bagian di wajahnya, dan senyuman tipis yang selalu menghiasi bibirnya, membuat siapapun yang melihat beliau akan merasa damai.

BEKASI DI TAHUN 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang