KABAR AYAH

11 1 0
                                    

"Banyak yang mengejek ketika diriku tengah berperang tanpa suara melawan ketakutanku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Banyak yang mengejek ketika diriku tengah berperang tanpa suara melawan ketakutanku."

-Arthur Wiratama Yudhistira-

"Ayo cepat! Kejar aku kalau bisa! Hahaha."

Tawa riang dari Sekar menggema di telinga Arthur, membuat wajah anak laki-laki itu seketika berbinar. Ia segera mempercepat langkahnya setengah berlari, berusaha menyusul Sekar yang sudah berada jauh di depan sana.

"Kena kamu! Aku menang!" Seru Arthur yang berhasil menggenggam tangan Sekar.

"Hahaha, boleh juga. Kebetulan kita sudah sampai di tempat tujuan."

Arthur menoleh, mereka berdua kini sudah ada di dekat Danau Asri. Tempat mereka pertama kali menghabiskan waktu bersama, tempat mereka saling bertukar cerita dan cita-cita. Air danau saat itu sangat tenang, pantulan cahaya senja kala itu mendamaikan jiwa.

"Kita duduk di sana yuk," ajak Sekar.

Ia berjalan persis ke arah pohon yang sama yang pernah menaungi mereka saat dulu, sebuah pohon yang menjadi saksi bisu bagi kisah asmara mereka.

"Kamu mau ice cream? Biar aku yang belikan nanti," tawar Arthur pada Sekar.

"Boleh, tapi jangan lama-lama ya. Ada sesuatu yang pengin aku bicarakan sama kamu."

Arthur mengangguk dan segera pergi ke toko terdekat untuk membeli Ice cream kesukaan Sekar. Setelahnya ia kembali dan duduk di sebelah perempuan tersebut sambil menikmati cahaya senja.

"Entah kenapa rasanya selalu damai di sini, apalagi setiap bareng sama kamu." Celetuk Arthur.

Ia menoleh menatap Sekar sambil menyunggingkan sebuah senyuman, anak perempuan itu hanya tertawa kecil dan membalas senyuman Arthur.

"Oh ya, tadi kamu bilang ada sesuatu yang ingin kamu bicarakan sama aku. Tentang apa?" Tanya Arthur penasaran.

Sesaat Sekar hanya terdiam, mempersiapkan sebuah kata-kata untuk Arthur.

"Aku cuman pengin tanya, apa kamu sudah memaafkan masa lalu?" Tanya Sekar hati-hati.

"Tentu, kamu nggak perlu khawatir soal hal itu. Aku akan berusaha supaya tidak melakukan hal-hal nekat seperti dulu lagi."

Mata Arthur dipenuhi oleh tekad, Sekar bisa membaca tekad yang kuat tersebut. Tidak ada lagi mata sendu, tidak ada lagi air mata.

"Lalu bagaimana dengan.. ayahmu?"

Mata Arthur seketika melotot, kaget. Ia bingung harus menjawab apa, jelas ia tidak nyaman akan pertanyaan yang di lontarkan Sekar.

"Kalau aku nggak menjawab, maka aku sama saja telah megingkari janjiku. Tapi aku juga tidak bisa asal menjawab, ini sulit."

BEKASI DI TAHUN 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang