SEMBUH

8 2 0
                                    

"Apakah aku kuat menjalani hidup penuh luka ini? Sekarang aku sudah menemukan jawaban tersebut, aku kuat dan aku sudah melewati semuanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Apakah aku kuat menjalani hidup penuh luka ini? Sekarang aku sudah menemukan jawaban tersebut, aku kuat dan aku sudah melewati semuanya."

-Arthur Wiratama Yudhistira-

"apa?! Gue nggak salah dengar kan?! Gue juga mau ikut! Gue mau ketemu Arthur!"

Masih di hari yang sama, Tepatnya ketika jam istirahat kedua. Sekar, Nirmala dan Panca menemui Tyo di kelasnya, mereka memberitahukan rencana untuk menjenguk Arthur dan meminta Tyo menemani Panca ke rumah Tante Jesica untuk menjenguk Cheval dan Viandra. Namun anak itu justru menolak, ia malah merengek kepingin di ajak ke rumah sakit dengan alasan ingin melihat kondisi Arthur.

"Jangan kayak bocah deh! Kemarin Senin kita sudah dapat giliran buat jenguk Arthur, jangan serakah!" tegur Panca.

"Terserah! Pokoknya gue mau ikut! Lagipula Cheval dan Viandra juga sudah aman-aman saja sama ibunya, kenapa harus di jenguk setiap hari?"

"Lo nggak lupa sama cerita yang udah gue ceritakan kemarin kan?" Tanya Sekar.

Tyo mengangguk, dia sudah mendengar semua cerita dari Sekar mengenai ibu Arthur yang menelantarkan anak-anaknya sejak kecil. Jujur Tyo sendiri bingung mengapa orang itu datang kembali, tapi selagi Cheval dan Viandra senang dan menerima kehadirannya, itu bukan menjadi masalah bagi mereka bertiga. Hanya saja Sekar khawatir akan keadaan mereka, dia takut jikalau ada hal-hal tidak menyenangkan selama mereka di asuh oleh ibunya.

"Gue mengerti, tapi mereka juga senang bisa bertemu ibunya kan? Kenapa Lo semua malah keta-- aargghh!!"

Tiba-tiba Tyo meringis ketika Nirmala menjewer telinga nya, anak perempuan itu menatap Tyo dengan wajah garang.

"Kalau begitu gue sama Tyo aja yang datang ke rumah Tante Jesi, kalian berdua bisa datang ke rumah sakit," ucap Nirmala.

"Hah?! Apa?! Nggak-nggak! Gue mending bareng sama Panca dibanding sama nenek lampir!"

Mata Nirmala melotot mendengar kata-kata Tyo.

"Apa Lo bilang barusan?! Kurang ajar! Mau gue jewer lagi hah?!"

Wajah Tyo memucat ketika melihat mata Nirmala yang melotot seram sembari menyeringai ke arahnya.

"Sekar! Tolongin gue! Nenek lampir ngamuk!"

Sementara Sekar hanya bisa menepuk dahi karena pusing melihat tingkah kedua anak tersebut, begitu juga dengan Panca yang menghela nafas berat.

"Nggak ada ampun buat lo kali ini! Kemari! Gue jewer telinga Lo sampai merah!"

Tanpa banyak pikir lagi Tyo segera berlari menjauhi Nirmala. tentu Nirmala sendiri tidak tinggal diam, dia segera ikut berlari mengikuti kemana Tyo pergi.

"Sudahlah biarkan saja mereka. Tapi Lo nggak keberatan kan kalau gue ikut menemani ke rumah sakit mengganti si Nirmala?" Tanya Panca.

"Nggak kok. Gue justru senang karena bisa terbebas dari dua makhluk bawel tadi," jawab Sekar.

BEKASI DI TAHUN 2016Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang