Bab 14. PTO ( perebut tunangan orang?

220 17 3
                                    

"Nara sakit bim?". Tanya Willi yang tengah menyantap mie ayam.

"Nggak". Jawab Bima acuh, apalagi mendengar nama Nara moodnya langsung berubah.

"Loh tadi dia nggak masuk. Kata Pak Ahmad, Nara izin sakit makanya dia ngga masuk sekolah. Kok kalian nggak tahu sih? Kan satu rumah". Tanya Willi kembali.

Sementara Marvel ikut mendengar apa yang di katakan oleh Willi, ingin rasanya bertanya juga tapi egonya begitu tinggi, apalagi di sampingnya ada Refa. Rasanya tak begitu etis jika bertanya mengenai Nara didepan sang kekasih takutnya sesha akan ngambek pada nya.

Marvel begitu menghargai perasaan Refa dan mengabaikan perasaan Nara yang memang adalah tunangannya. Entah apa yang terjadi nanti jika pihak keluarga akan mengetahui, Marvel tidak mencintai Nara melainkan mencintai adik angkat nya.

Apakah kedua keluarga akan menerima ? Atau menolak?.

"Dia bukan keluarga kami lagi". Ucapan Bima, sontak membuat semua orang terdiam ditempat kecuali Refa.

"Maksud nya?". Kini Abian yang ikut menimpali Karena begitu penasaran apa yang telah dikatakan oleh Bima.

Hembusan nafas kasar keluar dari mulut Bima, dihentak nya sedikit kasar sendok yang berada di mangkoknya. Kini mood makannya benar-benar hancur karena temannya menyebut Nara.

Bima melirik kearah Willi dan juga Abian, kenapa teman-teman harus menanyakan adik yang tak pernah di harapkannya itu.

"Kalian tidak perlu membahas anak pembawa sial itu. Mood ku langsung hancur. Intinya Nara bukan lagi bagian dari keluarga Mahendra, dia sendiri yang memutuskan kekeluargaan pada kami. Jadi jangan pernah membahas nya lagi didepan ku. Karena aku sangat membencinya". Jawab Bima langsung meninggalkan teman-temannya nya yang masih melongo melihat reaksi Bima, apalagi mendengar jika Nara bukan lagi bagian dari keluarga Mahendra.

"Buset!!! Dia kok sampai marah begitu. Kita kan cuma bertanya, kenapa juga dia sangat benci Adik nya. Dasar aneh". Ungkap Willi yang tidak suka akan perangai Bima.

"Apa benar yang dikatakan Bima?". Tanya Marvel menatap Refa yang tengah duduk disampingnya.

Kini semua mata tertuju pada Refa yang hanya tertunduk sedih. "Itu benar kak". Jawabnya dengan mata berkaca-kaca.

Marvel menghela nafas panjang tak tega melihat kekasihnya sedih, apalagi memikirkan Nara.

"Sudah, jangan sedih yah. Aku rasa memang Nara tidak pernah bersyukur telah menjadi bagian dari keluarga Mahendra. Seharusnya dia tidak bertindak bodoh seperti itu sampai memutuskan hubungan keluarga. Aku tidak habis pikir dengannya". Balas Marvel mengelus pucuk kepala sesha dengan lembut.

"Ini semua salah aku kak makanya kak Nara pergi dari rumah hiks...".

"Maksudnya?". Tanya Marvel.

"Sebelum kak Nara pergi dari rumah, aku melihatnya sedang jalan-jalan di mall dengan laki-laki yang lebih tua dari kita, mereka sangat mesra kak. Makanya aku bilang sama papa, aku nggak mau jika terjadi sesuatu sama ka Nara, apalagi dia masih sekolah dan masa depannya masih panjang hiks... Tapi kak Nara marah sama aku karena terlalu ikut campur urusannya. Padahal aku...aku hikss...".

Marvel langsung memeluk Refa yang sesenggukan menjelaskan kronologi kepergian Nara dengan kebohongan, sungguh gadis licik bukan.

"Jadi maksudnya Nara pergi karena nggak mau diatur sama papa, mama kalian?". Tanya Abian segera diangguki oleh Refa didalam dekapan Marvel.

Abian tercengang. "Gila sih ini Nara. Mainnya sama om-om!!! Jangan-jangan sudah jebol lagi".

Bughhhh

Abian tersentak kaget ketika sebuah hantaman keras mengenai kepalanya, pemuda itu meringis kesakitan dan terus mengusap kepalanya.

Dengan emosi yang memuncak, dia segera berbalik melihat siapa yang telah melempar kepalanya menggunakan sepatu.

"KURANG AJAR!!! SIAPA YANG LEMPAR SEPATU INI HAAAA!!!". teriaknya menggema membuat seisi kantin langsung mengalihkan perhatiannya pada nya.

"AKU YANG LEMPAR. KENAPA? NGGAK TERIMA? IYA?". ternyata pelakunya adalah Indira. Gadis itu langsung melayangkan sepatunya pada kepala Abian karena mendengar ucapan Abian yang mengatai Nara jika sudah jebol. Sungguh hal itu membuat Indira langsung emosi, apalagi mendengar penjelasan Refa sungguh membuat nya muak.

Nafas Abian memburu, kepalanya begitu sakit ketika sepatu itu telah mendarat di kepalanya.

"Apa masalah mu HAAA!!!".

"Masalahku adalah karena kamu mengatakan sesuatu tentang sahabat ku. Sekali lagi aku dengar kalian menjelek-jelekan Nara maka bukan cuma sepatu yang melayang dikepala mu tapi meja ini akan terbang mengenai mu. Terutama kamu Refa, jaga omongan mu, karena sahabat ku bukan gadis rendahan sepertimu!!! Cihhh". Geram Indira dengan dada kembang kempis.

Willi menatap takut pada Indira, apalagi tatapan tajamnya seakan menghunus mereka, jika melalui tatapan saja dapat membunuh mereka mungkin saja sejak tadi geng itu sudah meninggal.

Siapa yang tidak mengenal Indira, juara taekwondo di sekolah mereka. Tentu hal itu membuat mereka tak ingin mencari gara-gara pada Indira.

"DASAR PTO (PEREBUT Tunangan ORANG)". teriak Indira.

Bisik-bisik mulai terdengar di seluruh penjuru kantin, siapa yang tidak mengetahui pertunangan antara Marvel dan juga Nara, beritanya sudah tersebar luas. Tapi anehnya Marvel malah berpacaran dengan adik angkat Nara dan malah membenci Nara. Miris bukan.

"Jaga ucapkan mu Indira!!! Jangan pernah mengatai kekasih ku seperti itu". Ucap Marvel dengan mata memerah.

"Kenapa? Kenapa kamu marah? Memang kenyataannya seperti itu kan? Kalian berpacaran dan memamerkan kemesraan kalian didepan Nara. Apa kalian tidak tau malu? Terutama kamu Refa!!!". Tunjuk Indira pada Refa.

"A-aku hiksss... Kak Marvel mencintai ku, aku juga mencintai nya. A-apa salah jika kita pacaran?". Tanya nya dengan wajah polos di iringi tangis.

"SALAH S*ALAN!!! yang kamu pacari itu sudah punya tunangan b*go. Gila nih cewek". Kata-kata kasar mulai keluar dari mulut Indira. Sungguh menghadapi Refa sangat menguras tenaga, pikiran dan waktu.

"Jangan campuri urusan ku Indira!!! Jangan pernah berkata kasar pada Refa. Dia gadis baik-baik". Bela Marvel dengan tangan terkepal kuat. Jika bukan wanita didepannya mungkin saja Marvel sudah adu jotos sejak tadi.

"Hahahaha!!! Aduh perut ku sakit karena terlalu banyak ketawa. Dasar t*lol si Marvel ini, dia gadis baik-baik? Dari mana baik nya? Dia saja tega merebut tunangan orang. Itu yang dibilang baik?".

"Ah sudahlah, percuma ladenin kalian. Buang-buang tenaga aja. Ingat!!! Sekali lagi aku dengar kalian menjelek-jelekan Nara maka jangan salahkan aku jika wajah tak seberapa kalian itu aku gebukin satu persatu!!!". Indira melototkan matanya.

"Kamu...". Tunjuk nya pada Willi yang sejak tadi sedikit bergetar.

Willi menunjuk dirinya. "S-saya?".

"Iya kamu, siapa lagi".

"S-saya nggak salah". Ucap Willi sedikit takut.

Indira menghela nafas panjang." Ambilkan sepatuku cepat". Willi langsung mengangguk dan dengan cepat mengambil sepatu Indira dibawah kaki Abian dan langsung membawakannya didepan Indira langsung.

"Hmmm bagus, terimakasih".

"S-sama-sama".

Setelah memasang sepatunya Indira berlalu begitu saja meninggalkan kantin yang masih saja hening.

Refa menatap kepergian Indira dengan tatapan benci, apalagi Indira telah membuatnya malu didepan banyak orang.

Disudut kantin, seorang pemuda tersenyum miring melihat perdebatan tadi. Sungguh tontonan yang begitu mengasikkan baginya.

Bersambung...

Y.A.K.A.D Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang